...***...
Masalah di kawasan kumuh satu per satu telah berhasil diselesaikan. Menteri keuangan Jibat saat ini sedang menyamar untuk menyelidiki kasus itu. Kasus dimana seseorang atau lebih, telah berani memberi racun pada bahan makanan yang diberikan Ratu Agung Selendang Merah pada penduduk rakyat kumuh. Saat ini menteri keuangan Jibat sedang bersama Lukita, mereka bekerjasama ingin mencari orangnya?.
"Bagaimana menurutmu nona lukita?. Apakah kau telah menyelidikinya sebelum masalah itu terjadi?." Menteri keuangan Jibat ingin mendengarkan penjelasan dari Lukita.
"Um, hanya beberapa dari mereka yang saya curigai. Tapi saya ragu untuk menangkap mereka." Balas Lukita sambil memikirkan cara untuk memberi mereka pelajaran.
"Jadi begitu?. Lalu apa yang akan kau lakukan nona lukita?." Karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Lukita.
"Saya harus bisa menangkap, serta membuktikan jika mereka telah melakukan kejahatan. Mereka telah mengambil hal orang-orang kawasan kumuh yang diberikan gusti ratu agung. Tapi mereka malah mengambilnya begitu saja. Benar-benar orang rakus. Sudah kaya, tapi masih saja rakus ingin mengambil harta orang lain. Benar-benar tidak tahu malu." Lukita terlihat sangat kesal, marah, dan ingin menghajar mereka semua.
"Jadi benar apa yang dikatakan oleh gusti ratu agung?. Bahwa ada beberapa orang yang memang mengambil dana yang gusti ratu berikan untuk membantu rakyat kawasan kumuh?." Sekarang ia memang percaya jika apa yang dikatakan oleh Ratu Agung Selendang Merah itu benar adanya. "Jika nona ingin menangkap mereka semua, nona harus memiliki kekuasaan, atau seseorang yang bisa menjamin nona untuk bertindak." Sepertinya ia memiliki ide untuk membantu Lukita?. "Jika kau mau mengatakan padaku siapa saja orangnya, maka aku akan membantumu untuk menangkap mereka semua. Bagaimana menurut nona?. Apakah kau mau bekerjasama denganku?." Mentri keuangan Jibat tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya, tanda ia ingin bekerjasama dengan Lukita.
Namun saat itu, Jendral Kuasa datang menemui mereka?. Apakah itu benar?. Tapi untuk apa mereka datang ke sini?.
"Oh, jendral kuasa. Apa yang sedang kau lakukan di sini?." Mentri Keuangan Jibat sangat terkejut melihat kehadiran Jendral Kuasa.
"Nona, apakah kau bernama nona lukita?." Dengan wajah datar ia bertanya seperti itu pada Lukita?. "Apakah benar kau adalah orang kepercayaan gusti ratu agung?. Katakan padaku. Supaya aku bisa mengambil keputusan yang tepat." Lanjutnya lagi.
Deg!!!.
Menteri keuangan Jibat sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Jendral Kuasa?. "Jadi lukita adalah orang kepercayaan gusti ratu agung?." Dalam hatinya merasa tidak tenang. Karena ia tidak menduganya sama sekali.
"Silahkan duduk jendral kuasa." Lukita mempersilahkan Jendral Kuasa untuk duduk, sepertinya ia memahami kedatangan Jendral Kuasa. "Jadi gusti ratu agung telah memberi tahu kepada jendral?. Bahwa saya adalah orang kepercayaannya?." Lukita ingin memastikannya.
"Seperti itu lah." Jawabnya. "Tapi aku tidak menyangka, jika gusti ratu agung menggunakan mata-mata di kawasan kumuh." Jendral Kuasa berkata sambil melirik ke arah Mentri Keuangan Jibat.
"Aku bukan mata-mata gusti ratu agung. Aku hanya penasaran saja, kenapa bisa uang itu berkurang, juga kenapa mereka melakukan kejahatan itu?. Sehingga nama baik gusti ratu agung tercemar. Benar-benar harus segera diatasi." Mentri Keuangan Jibat sangat kesal dengan apa yang telah terjadi.
"Aku pikir kau melakukan itu demi membersihkan nama baikmu, setelah kau dipanggil gusti ratu agung. Aku yakin kau telah melakukan kelalaian, tidak menyadari adanya korupsi." Jendral Kuasa hanya menebaknya saja.
"Diam kau!. Tidak usah kau mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna!." Tiba-tiba saja amarahnya memuncak mendengarkan apa yang dikatakan Jendral Kuasa.
"Ekhm!." Lukita memberi kode pada mereka. "Sebaiknya tuan-tuan sekalian tidak usah berdebat. Ini adalah kawasan kumuh. Jika tuan-tuan tidak menyamar menjadi rakyat biasa, saya takut tuan-tuan tidak akan bertahan lama di sini." Ucapannya memberikan peringatan pada mereka. "Jadi jangan sampai mereka mengetahui siapa saya yang sebenarnya. Atau gusti ratu agung akan marah pada tuan-tuan sekalian." Lukita menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menduga akan melihat pertengkaran antara keduanya yang sangat aneh menurutnya.
"Jadi dia memang orang suruhan gusti ratu agung yang sedang menyamar?. Pantas saja gusti ratu agung mengetahui apa saja yang terjadi di wilayah kumuh ini." Dalam hati Jendral Kuasa mulai menyadarinya. "Jadi kau yang mengatakan masalah yang terjadi beberapa hari yang lalu pada gusti ratu agung?." Jendral Kuasa ingin memastikannya.
"Wanita ini yang menceritakan jika jendral kuasa tidak melaporkan adanya kejadian mengerikan itu?." Dalam hati Mentri Keuangan Jibat tidak menyangka, jika Ratu Agung Selendang Merah melakukan itu semua demi mengungkapkan apa saja yang ada di kawasan kumuh ini?. "Sungguh berani sekali dia." Dalam hatinya sangat kagum akan keberanian wanita itu.
Lukita tersenyum kecil, ia menopang dagunya dengan santainya. "Itu adalah kelalaian yang sangat tidak bisa dimaafkan." Hatinya sangat sakit saat mengatakan itu. "Pembunuhan itu sedang saya selidiki. Kenapa kejadian itu tidak jendral laporkan pada gusti ratu agung?. Apakah karena kelalaian yang jendral lakukan, membuat jendral tidak mengatakannya pada gusti ratu agung?." Lukita menyeringai lebar.
"Kau juga melakukan kelalaian!. Berani-beraninya kau berkata jika aku ini lalai!." Kemabli amarah Mentri Keuangan Jibat marah. "Ternyata kau lebih menyebalkan dari apa yang aku bayangkan selama ini!." Menteri keuangan Jibat sangat dendam pada Jendral Kuasa.
"Kegh!." Jendral Kuasa sangat kesal mendengarkan apa yang dikatakan oleh Menteri Keuangan Jibat. "Kau ini benar-benar kurang ajar!." Jendral Kuasa hampir saja tidak bisa menahan dirinya.
"Pantas saja gusti ratu agung sangat murka padamu!. Kelalaian yang kau lakukan sungguh tidak bisa dimaafkan!. Begitu banyak nyawa yang melayang karena kelalaian yang telah kau lakukan itu!." Ia juga mengerti kenapa Ratu Agung Selendang Merah sangat marah pada Jendral Kuasa. "Jika aku jadi gusti ratu agung, aku pasti akan memenggal kepalamu sebagai gantinya!." Dengan penuh amarah ia berkata seperti itu.
"Diam!. Kau tidak berhak menghakimi ku seperti itu!." Jendral Kuasa tidak terima dengan ucapan itu. "Apakah kau tidak pandai berkaca?. Sehingga kau berani berkata seperti itu padaku?." Jendral Kuasa telah mengeluarkan semua amarah yang ia rasakan pada saat itu.
"Ekhm!." Lagi, sehingga keduanya yang sedang berdebat melihat ke arahnya. Namun mereka dapat merasakan kemarahan yang berbeda dari Lukita. Hawa itu sama seperti yang ditunjukkan oleh Ratu Agung Selendang Merah. "Sudah saya katakan, sebaiknya tuan-tuan tidak boleh menunjukkan jati diri tuan di sini." Ia menyeringai lebar. "Apakah tuan-tuan tidak menyadari, jika orang-orang kawasan kumuh sangat membenci orang-orang bangsawan. Apalagi terhadap tuan jendral yang dianggap sama sekali tidak bertanggungjawab atas apa yang terjadi." Lanjutnya. "Jika tuan ingin selamat saat bertugas di sini, maka tuan harus lebih menenangkan diri. Karena selama ini tuan telah ditargetkan oleh orang-orang kawasan kumuh. Mereka menganggap, kejadian itu karena tuan tidak bisa menjaga kawasan ini dengan baik, sebaiknya tuan harus segera mencari siapa dalang dibalik pembunuhan itu." Lukita benar-benar memberikan peringatan yang keras. Jika tidak segera dilakukan, maka nyawa Jendral Kuasa yang akan menjadi taruhannya. Apakah ia bisa menemukan siapa pelakunya?. Kenapa itu bisa terjadi?. Temukan jawabannya dalam kisah berikutnya ya.
Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments