CHAPTER 18

...***...

Cibatu dan Rembung tidak menduga jika Lukita memiliki bukti yang dapat ia gunakan untuk mencari tahu siapa yang memiliki senjata itu?. Bagaimana mungkin wanita muda itu mendapatkan senjata itu?. Apakah dia telah menyimpannya?. Atau bagaimana?. Keduanya sangat bingung dengan apa yang telah dilakukan oleh Lukita.

"Senjata ini, kenapa kau memiliki senjata itu?. Seberapa jauh kau menyelidikinya?." Rembung kembali bertanya padanya.

"Apakah tuan akan membantu saya untuk menemukan pelakunya?. Meskipun pelakunya telah terbunuh?." Balasnya dengan santainya.

"Jadi pelakunya terbunuh?. Tapi bagaimana caranya kita mengetahui siapa yang mengirimnya untuk melakukan itu?. Aneh!. Sangat di sayangkan sekali." Cibatu kecewa dengan apa yang ia dengar dari penjelasan Lukita.

"Tidak usah kecewa seperti itu. Masih ada yang harus kita lakukan dengan senjata ini." Lukita tersenyum kecil sambil menunjukkan tanda yang ada di senjata itu. "Kita bisa mengetahuinya melalui tanda yang ada di senjata ini." Lanjutnya lagi sambil menunjukkan tanda yang ada di balik senjata itu.

"Hah?!." Rembung dan Cibatu sangat terkejut melihat tanda yang ada di sana. Rasanya tanda itu sangat tidak asing sama sekali. Mereka pernah melihat simbol itu di suatu tempat, tapi dimana?.

"Tentunya tuan-tuan mengetahuinya dengan jelas bukan?. Siapa yang memiliki tanda itu." Lukita mengingatkan mereka, supaya mereka bisa mengetahui siapa yang telah mengutus pembunuh itu.

"Jika dilihat dari simbol ini, seperti simbol yang ada di senjata ini. Bisa dipastikan itu adalah miliki keluarga menanti." Rembung tidak salah ingat dengan apa yang ia lihat.

"Ya, simbol ini hanya dimiliki oleh keluarga menanti. Keluarga bangsawan yang terkenal dengan persediaan senjata yang sangat menakutkan." Cibatu sangat ingat dengan apa yang ia lihat. "Tapi kenapa mereka menyerang kawasan kumuh?. Rasanya sangat aneh sekali jika mereka ingin membunuh orang-orang yang ada di sini." Cibatu sangat tidak mengerti kenapa mereka melakukan itu.

"Kenapa kita tidak mencari tahu sendiri?. Kenapa tidak kita datangi tempat itu, juga ingin mengetahui kebenarannya?. Kenapa mereka semua melakukan itu?." Lukita tersenyum lebar, ia juga ingin mengetahuinya, kenapa mereka ingin membunuh orang-orang di kawasan kumuh?.

"Baiklah. Kita harus menyelidikinya dengan benar, apakah memang benar mereka yang melakukan itu." Rembung juga ingin mengetahui.

"Tapi bagaimana caranya kita melakukan itu?. Akan berbahaya jika kita ke sana jika hanya mengandalkan perlindungan gusti ratu agung?." Cibatu belum menemukan cara agar bisa menemukan cara untuk mengetahui, apakah benar keluarga Menanti adalah dalang dari penyerangan sadis itu?.

"Ya. Kita tidak boleh melibatkan gusti ratu agung. Sebaiknya kita cari cara lain, jangan sampai mereka berpikiran jika gusti ratu agung sedang mencari-cari kesalahan mereka, dan kita malah memberi kesan yang buruk pada gusti ratu agung." Lukita tidak mau itu terjadi, karena itulah ia harus bertindak dengan hati-hati.

"Lalu bagaimana dengan pendapatmu mengenai ini semua?. Apakah kau memiliki cara yang aman untuk melakukan itu?." Rembung meminta pendapat dari Lukita.

"Ya, apakah kau memiliki pendapat untuk menyelesaikan masalah itu?." Begitu juga dengan Cibatu. Ia tidak memiliki ide untuk membuktikan,jika keluarga Menanti adalah dalang dari pembunuhan itu.

"Bagaimana jika kita menyamar menjadi pembantu, atau menyamar menjadi pembunuh bayaran. Dengan begitu kita bisa mengetahui rencana mereka." Lukita mencoba memikirkan cara seperti itu.

"Hum." Rembung dan Cibatu nampak sedang berpikir, apakah cara seperti itu bisa mereka gunakan untuk mengetahui kebenarannya?. "Apakah itu akan berhasil?." Dengan kompaknya keduanya memberikan pertanyaan pada Lukita.

"Aku rasa, cara menjadi pembunuh bayaran itu bisa kita gunakan. Karena dengan begitu mereka akan mengatakan apa rencana mereka untuk membunuh orang-orang kawasan kumuh." Cibatu setuju dengan ide itu, ia berpikir cara seperti itu lebih berguna bagi mereka.

"Ya, aku aku rasa aku juga setuju. Aku akan melakukannya bersama kalian." Rembang setuju dengan ide itu. Ia merasa kesal dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang bangsawan yang membenci kawasan kumuh.

"Baiklah, sudah kita luruskan bersama, jika kita akan melakukan ide itu." Lukita tersenyum kecil mendengarkan ucapan Rembung dan Cibatu. "Semoga apa yang kita lakukan ini akan membawa perubahan baru nantinya." Dalam hatinya sangat berharap.

Apakah yang akan mereka lakukan setelah ini?. Apakah benar mereka akan melakukan penyamaran hanya untuk mengetahui kebenaran, apakah benar keluarga Menanti yang merupakan dalang dari pembunuhan kejam itu?. Sepertinya ada kesenjangan yang sangat nyata antara mereka semua. Tidak ada kata baik lagi diantara mereka kecuali kebencian yang sangat mendalam. Apakah mereka tidak sadar atas apa yang telah mereka lakukan sama halnya dengan menghancurkan negeri mereka sendiri?. Harga diri yang tinggi telah menghilangkan jiwa kemanusiaan mereka. Apakah kesalahan itu tidak bisa diperbaiki dengan adanya peraturan yang membuat mereka saling menghormati satu sama lain?. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.

...***...

Sementara itu, di kediaman Selir Indraswari Jayanti. Ia menceritakan pada mereka semua jika Ratu Agung Selendang Merah mengancamnya?. Ancaman yang seakan-akan itu membuatnya lemah tidak berdaya untuk membalas apa yang telah dilakukan menantunya itu pada dirinya. Tentunya itu membuat mereka merasa simpati padanya. Apalagi kalau bukan itu tujuannya selain memberikan kesan yang buruk Ratu Agung Selendang Merah pada keluarganya sendiri?.

"Wanita itu mengancamku, dia mengatakan jika aku yang telah meracuni anakku sendiri." Itulah yang ia katakan pada kedua anaknya. "Sikap kurang ajarnya, dia sama sekali tidak menghormati ku sebagai mertuanya. Aku benar-benar terhina atas sikapnya itu." Selir Indraswari Jayanti merasa tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh Ratu Agung Selendang Merah saat itu. "Bagaimana mungkin aku menyakiti anakku sendiri?. Apakah wanita itu sudah gila setelah menyembunyikan keberadaan anakku?." Ia hampir saja menangis untuk menarik simpati mereka semua.

"Wanita sialan itu, bagaimana mungkin ia bisa menuduh ibunda?." Arzaguna Barata sangat sakit hati mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibundanya mengenai tindakan, perlakuan kakak iparnya itu. "Apakah dia sudah bisa hidup?. Sehingga dia berani mengancam ibunda?." Pangeran Arzaguna Barata sangat marah jika ibundanya disakiti oleh orang lain. "Rakanda gusti raja agung memiliki istri yang sangat buruk. Tidak pandai menghormati orang tua. Benar-benar istri yang tidak tahu diri!. Akan aku beri dia pelajaran nantinya." Lanjutnya lagi dengan perasaan geram.

"Itu sudah sangat keterlaluan sekali ibunda. Kenapa wanita itu bisa menjadi bagian keluarga kita?. Kenapa wanita kurang ajar itu bisa memperlakukan ibunda seperti itu?. Sungguh sangat kurang ajar." Kemuning Indraswari sangat marah mendengarkan ucapan dari ibundanya. "Apa kesalahan yang ibunda lakukan sehingga dia berani berbuat tidak baik pada ibunda?. Setinggi apa derajatnya saat ini sehingga berani mengancam ibunda?." Kemuning Indraswari juga tidak terima jika ibundanya diperlukan kasar, apalagi ancaman seperti itu dari seseorang yang sangat ia benci.

"Saat ini dia merasa berkuasa. Sehingga kita tidak bisa menyentuhnya. Bahkan dia tidak mau mengatakan pada ibunda dimana ia menyembunyikan kakak kalian." Selir Indraswari Jayanti menangis sedih dihadapan kedua anaknya. Mencari simpati dari kedua anaknya, karena itulah ia harus melakukan sesuatu agar mendapatkan dukungan dari kedua anaknya.

"Benar-benar wanita tidak tahu diri!." Azraguna Barata sangat marah sekali. "Aku telah menduganya, jika ia memang ingin menyingkirkan rakanda gusti raja agung. Aku yakin dia telah merencanakan ini semua. Benar-benar wanita licik yang apa yang gila akan kekuasaan. Suatu saat nanti, aku pasti akan membongkar kebusukan yang ia miliki." Itulah tekadnya saat ini. Ia tidak akan membiarkan Ratu Agung Selendang Merah melakukan apapun yang ia inginkan, sedangkan  kakaknya menderita karena sakit yang tidak diketahui sama sekali.

"Aku akan datang padanya, aku akan menuntut balas atas apa yang telah ia lakukan." Kemuning Indraswari juga bertekad akan membalas perbuatan Ratu Agung Selendang Merah.

"Kita akan melakukannya sama-sama. Aku tidak tahan lagi dengan apa yang dia lakukan pada kita semua. Kita harus mencari cara untuk menyingkirkannya dari istana." Selir Indraswari Jayanti terlihat sangat senang mendengarnya, ia tidak menyangka sama sekali, memancing amarah kedua anaknya yang masih labil akan memberinya ide yang sangat bagus untuk menyingkirkan orang-orang yang telah menghalanginya untuk melakukan apapun yang ia inginkan?.

"Tentu saja ibunda. Tentu saja kami akan melakukannya supaya ia mengatakan dimana keberadaan rakanda gusti raja agung." Kemuning Indraswari terlihat sangat menyeramkan, ia membayangkan apa yang akan ia lakukan pada kakak iparnya itu.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah mereka bisa berkerja sama dengan baik untuk menjatuhkan Ratu agung Selendang Merah. Apakah mereka bisa melakukan itu?. Temukan jawabannya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!