CHAPTER 14

...***...

Mereka semua tidak percaya jika prajurit yang memakan sayuran itu memang terkena racun. Jadi benar?. Prajurit tersebut terkana racun?. Tapi bagaimana mungkin itu bisa terjadi?. Mereka semua yang melihat itu tidak percaya, jika mereka semua akan mati dengan keracunan bahan makanan yang dikirim oleh Ratu Agung Selendang Merah?. Apakah benar Ratu Agung ingin membunuh mereka semua melalui bahan makanan yang dikirimnya?. Hati mereka semua sangat gelisah memikirkan apa yang mereka alami jika saja Lukita tidak memeriksanya?.

"Kau!. Pasti kau yang telah memberikan racun pada bahan makanan!." Bentak kepala prajurit dengan penuh amarah. "Jika bukan kau?!. Siapa lagi yang memberikannya?!. Kau sendiri yang mengetahui jika bahan makanan ada racunnya!. Pasti kau lah pelakunya!." Ketua prajurit tersebut malah menuduh Lukita yang telah meracuni bahan makanan yang dikirim oleh Ratu Agung Selendang Merah.

Duakh!!!.

Lukita memberikan pukulan keras perut ketua prajurit itu. Hingga ia terjajar beberapa langkah ke belakang sambil mengerang kesakitan.

"Berani sekali kau menyalahkan aku atas keteledoran!. Kau pikir kami orang-orang kawasan kumuh akan melakukan tindakan bodoh dengan menghina junjungan kami?." Lukita terlihat sangat marah. "Kalian lah yang memberikan kami kesan yang buruk pada gusti raja agung, serta gusti ratu agung!."

"Ya!. Kalian lah yang memberi kami semua kesan buruk pada gusti raja agung serta gusti ratu agung!." Mereka yang tadinya menyimak apa yang terjadi setuju dengan apa yang dikatakan Lukita. Memang itulah kenyataannya selama ini, mereka yang berkuasa memberikan kesan yang buruk tentang orang-orang kawasan kumuh.

"Kegh!." Prajurit yang tersisa sangat terkejut dengan apa yang mereka katakan, mereka sedikit gentar dengan reaksi mereka saat ini.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini!. Sebelum kami mengamuk!." Lukita mengusir para prajurit yang mengantar bahan makanan dari istana.

"Kegh!. Kalian akan menerima balasan dari kami nantinya!." Setelah itu mereka semua pergi dari sana, mereka tidak mau berdebat terlalu lama dengan orang-orang kawasan kumuh.

"Siapa anak muda ini?. Kenapa auranya sangat berbeda sekali?. Dia memiliki penciuman yang tajam mengenai racun yang ada di bahan makan itu?. Sepertinya dia memiliki kemampuan yang berbeda dari yang lainnya." Dalam hati pemuda yang tidak dikenali itu merasakan ada yang berbeda dengan Lukita.

"Lalu apa yang akan kita lakukan jika bahan makanan yang diberikan oleh gusti ratu agung telah diracun?." Zamar mengamati bahan makanan itu mulai busuk.

"Setidaknya masih ada uang yang mereka sisakan dalam kotak ini." Lukita mengambil kotak kecil yang ada di sana. "Kita beli bahan makanannya di kota, setelah itu kita masak di satu tempat, lalu kita bagi rata untuk semua." Lukita memberi saran untuk mereka semua, tapi syukurlah mereka setuju dengan apa yang dikatakan Lukita.

"Sepertinya di kawasan kumuh ini masih ada seseorang yang bisa diandalkan. Gusti ratu agung harus mengetahui ini." Pemuda itu ternyata menteri keuangan Jibat. Ia mengamati mereka yang mengantar bahan makanan. Namun siapa sangka itu ada racunnya, dan hampir saja membunuh orang-orang yang berada di kawasan kumuh. "Mungkin aku bisa meminta bantuannya untuk menemukan siapa pelakunya pada gadis itu." Dalam hatinya lagi. Apakah ia akan meminta bantuan Lukita untuk menemukan siapa orang yang telah berani mengambil keuntungan dari apa yang telah diberikan Ratu Agung Selendang Merah pada orang-orang kawasan kumuh?. Simak terus ceritanya.

...***...

Jendral Kuasa datang bersama Jebat, Tareh, dan Harapara. Mereka sangat terkejut karena mendapatkan surat panggilan dari Ratu Agung Selendang Merah.

"Hormat kami gusti ratu agung." Mereka semua memberi hormat.

"Aku terima hormat kalian." Ratu agung memberi kode pada mereka untuk duduk.

"Sepertinya mereka datang karena yang memanggil gusti ratu agung." Dalam hati Penasehat Raja Agung Dewandaru. "Apakah karena ancaman, atau penghargaan?. Bisa jadi seperti itu." Dalam hatinya mulai memikirkan alasan kenapa mereka datang dengan patuhnya.

"Aku tidak akan berbasa-basi lagi pada kalian bertiga." Sepertinya Ratu Agung Selendang Merah terlihat sedang marah. "Penasehat raja agung. Katakan pada mereka apa kesalahan yang telah mereka lakukan!. Bacakan berita laporan apa saja yang telah mereka lakukan selama gusti raja agung memegang kekuasaan!. Jika mereka tidak mau mengaku, cambuk mereka seratus kali, atau bahkan cambuk mereka sampai mau mengakui kejahatan yang telah mereka lakukan!."

Jebat, Tareh, dan Harapara terlihat sangat panik. Mereka tidak menduga jika gusti ratu agung memanggil mereka karena memang untuk membahas masalah yang telah mereka lakukan selama ini?. Mereka juga takut mendengarkan ancaman dari Ratu Agung Selendang Merah.

"Akan hamba laksanakan gusti ratu agung." Penasehat Raja Agung Dewandaru tersenyum lebar menatap ketiganya yang terlihat ketakutan, jika kejahatan yang telah mereka lakukan terbongkar begitu saja dihadapan Ratu Agung Selendang Merah. Akan tetapi saat Penasehat Raja Agung Dewandaru hendak membacakan itu, mereka malah bersujud dengan suara ketakutan meminta ampun.

"Ampuni kami gusti ratu agung!. Kami mengaku bersalah!. Kami telah berbuat jahat selama ini!." Mereka bertiga memohon pengampunan, mengakui bahwa mereka telah berbuat salah?.

"Mereka ini benar-benar kurang ajar!." Dalam hati Jendral Kuasa sangat kesal dengan apa yang mereka katakan. "Setelah apa yang kalian lakukan, dan baru sekarang kalian meminta pengampunan?!." Ia benar-benar merasa kesal.

"Mereka meminta pengampunan gusti ratu agung. Sepertinya mereka telah menyadari kesalahan yang telah mereka lakukan selama ini." Penasehat Raja Agung Dewandaru tersenyum kecil menatap mereka bertiga.

"Benar gusti ratu, ampuni kami. Kami telah menyadari kesalahan yang telah kami lakukan selama ini ini." Jebat berusaha untuk mengambil hati Ratu Agung Selendang Merah agar mengampuninya?.

"Kami akan melakukan apapun demi menebus semua kesalahan yang telah kami lakukan gusti ratu agung. Karena itulah ampuni kami gusti ratu agung." Tareh juga meminta pengampunan.

"Hamba juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kami akan melakukan apapun yang gusti ratu agung inginkan, asalkan kami terbebas dari hukuman. Kami mohon dengarkan permohonan ampun kami gusti ratu." Harapara meminta pengampunan dengan wajah memelas pada Ratu Agung Selendang Merah.

"Diam!." Bentak Jendral Kuasa dengan suara yang sangat keras, ia tidak tahan lagi mendengarkan apa yang mereka katakan. Nafasnya sampai naik turun karena menahan amarah yang ia rasakan saat ini. Sedangkan mereka sangat terkejut mendengarkan suara Jendral Kuasa. "Beraninya kalian meminta pengampunan setelah apa yang telah kalian lakukan selama ini?. Benar-benar makhluk rendahan!. Tidak berguna!." Itu adalah kemarahan yang muncul dari hatinya.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Kemarahan itu muncul begitu saja?. Lalu bagaimana dengan Ratu Agung Selendang Merah menanggapinya?. Temukan  jawabannya.

...***...

Terpopuler

Comments

Rani nay

Rani nay

Pas baca nama Rembung jadi keinget Rebung 🤤

2022-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!