RATU AGUNG SELENDANG MERAH
...***...
Di Istana Kerajaan Tiga Warna.
Saat ini keluarga istana sedang berduka. Karena Raja Agung tidak sadarkan diri, keadaannya semakin parah. Mereka semua berkumpul, melihat keadaan Raja Agung.
"Kita harus segera mengamankan raja agung." Penasehat Raja Agung Dewandaru. Penasehat Raja yang paling setia, bahkan sudah tiga generasi raja yang ia dampingi. "Akan berbahaya jika raja agung masih berada di istana ini." Hatinya sangat sedih melihat keadaan Raja Agung yang semakin parah. "Raja agung tidak bisa memegang pemerintahan untuk sementara waktu." Lanjutnya lagi. "Tapi secepat mungkin raja agung harus disembuhkan." Dengan berat hati ia berkata seperti itu.
"Lalu bagaimana dengan pemerintahan?." Selir Indraswari Jayanti. Selir mendiang Raja sebelumnya. Ibunda dari Raja Agung bertanya mengenai tahta. "Siapa yang akan memegang tahta, jika putraku saat ini tidak bisa memimpin kerajaan ini?." Perasaan cemas menghampirinya saat ini.
"Mohon maaf Gusti Ratu, sebelum raja agung dalam keadaan parah seperti ini, sepertinya Raja agung telah menuliskan nama seseorang yang bisa menggantikannya untuk sementara waktu." Penasehat Raja Dewandaru memperlihatkan sebuah gulungan kecil.
"Kapan putraku raja agung menuliskan surat itu?." Selir Indraswari Jayanti meragukan itu. "Kenapa aku sama sekali tidak mengetahuinya? Apakah ada seseorang yang telah melakukan penipuan pada kami?." Rasanya ia sangat tidak terima dengan apa yang telah terjadi.
"Surat ini ditulis sendiri oleh raja agung, dan hamba telah menjadi saksinya." Jawabnya sambil memperhatikan Raja Agung yang saat ini sedang terbaring di tempat tidurnya. "Tidak ada yang berniat melakukan penipuan sama sekali." Lanjutnya. Ia sama sekali tidak suka dengan gaya bicara Selir Indraswari Jayanti yang seakan-akan sedang menabuh fitnah yang sangat keji pada saat itu.
"Dalam keadaan seperti ini mereka malah berkumpul? Benar-benar tidak tahu malu." Dalam hati Ratu Agung Selendang Merah merasa sangat marah pada mereka semua. "Jika tidak seperti ini? Mana mungkin mereka akan peduli pada rakanda gusti raja agung." Sungguh, hatinya sangat sakit mengingat itu semua. Apakah ia tidak boleh marah pada mereka yang bersikap seperti itu?.
...***...
...S...
ementara itu di sebuah tempat.
Matanya terus memperhatikan apa yang telah terjadi di sana?. Memangnya apa yang terjadi di sana?.
"Hei! Apakah kalian tidak dengar? Kami sangat tidak suka kalian kaum kumuh berada di sini!."
"Sebaiknya kalian pergi dari sini! Kalian hanya akan mengotori tempat ini!."
Saat itu ada dua orang terhormat sedang berjalan bersama, namun sepertinya mereka tidak menyukai ada seorang anak dan ibu dengan pakaian kucel mendekati mereka sambil membawa kaleng kecil untuk meminta sedekah?.
"Kami hanya ingin meminta sedekah tuan, berikan kamu sedikit saja."
"Aku bilang pergi! Apakah kalian tuli? Hah?."
"Rasanya aku sangat jijik sekali melihat kalian!."
Keduanya sangat marah, berkata kasar, dan bahkan menendang anak dan ibu itu.
"Hentikan!."
Mereka semua melihat ke arah sumber suara, saat itu wanita muda terlihat marah sambil menatap tajam ke arah mereka semua.
"Siapa kau? Tidak usah ikut campur!."
"Kau juga orang miskin! Sebaiknya kau pergi dari sini."
Plok!.
"Hwa! Apa yang kau lakukan?."
Kedua lelaki bangsawan itu sanga terkejut karena wanita muda itu malah melempari pakaian mereka dengan buah tomat busuk?.
"Kurang ajar sekali kau orang miskin!."
"Heh! Pakaian kalian tidak ada harganya sama sekali, sama halnya dengan harga diri kalian."
"Apa kau bilang? Akan aku penggal kepala kau!."
"Kejar saja jika kau bisa."
"Awas kau!."
Kedua lelaki bangsawan itu mengejar wanita muda itu, hati mereka panas karena merasa dihina oleh wanita muda itu. Sedangkan anak dan ibu itu malah melongo melihat kejadian yang terduga itu, namun tak berselang lama?. Wanita muda itu kembali lagi?.
"Ini untuk kalian." Ia menyerahkan beberapa lembar uang?.
"Eh?."
Anak dan ibu itu tampak kebingungan, apa lagi ketika wanita muda itu pergi begitu saja dari hadapan mereka?.
***
Di sebuah bangunan yang cukup mewah?.
Terlihat seorang pemuda berpakaian jendral sedang menghela nafas, rasanya ia sangat lelah karena mendapatkan tugas di sana.
"Apakah tidak ada jabatan yang lebih bagus dari apa yang aku dapatkan sekarang?." Keluhnya.
"Tidak ada gunanya tuan jendral mengeluh sekarang, bukankah tuan sudah cukup lama bertugas di sana?."
"Diam kau rampun aku sedang kesal saat ini."
"Hahaha! Tuan jendral sekarang seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk."
"Hmph!."
Lelaki setengah baya yang merupakan pelayan dari jendral itu malah tertawa melihat bagaimana majikannya sedang dalam keadaan kesal.
"Rasanya aku sangat kesal melihat mereka, apakah mereka tidak bisa berusaha dengan baik dalam mencari nafkah?." Itulah yang ada di dalam pikirannya. "Apakah mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari pihak istana yang akan memberikan bantuan? Sangat menjijikkan sekali, tidak bisa menafkahi diri sendiri, malah memelas memohon seakan-akan hidup mereka yang paling menderita." Ungkapnya lagi, hatinya bertanya-tanya dengan sikap yang seperti itu.
Sedangkan Rampun?. Memperhatikan itu dengan baik, senyuman kecil terlihat dengan jelas di wajahnya.
"Karena tidak semuanya terlahir hidup untuk bahagia, ada juga seseorang lahir dibawah kata baik, sama halnya seperti mereka yang berada di kawasan kumuh."
Tidak ada tanggapan sama sekali darinya, ia juga sedang memikirkan ucapan itu.
"Hidup ini seimbang, ada yang lemah? Dan ada juga yang kuat, ada yang kaya? Dan ada juga yang miskin, sehingga saling melengkapi satu sama lain."
"Tapi kenyataannya saling berseberangan, yang kuat akan menindas yang lemah, yang kaya akan menghina yang miskin." Suasana hatinya saat itu agak terganggu karena memikirkan masalah itu.
"Itu adalah hati manusia, nafsu manusia yang merasa dirinya lah paling, makanya terjadi seperti itu.
"Aku masih tidak mengerti."
"Suatu saat nanti tuan jendral akan mengerti."
Hanya itu yang bisa ia katakan, karena ia juga tidak mengerti jalan hidup yang sebenarnya. Kenapa semuanya saling bertolak belakang?. Ia tidak sepenuhnya memahami hidup manusia yang saling berseberangan hanya karena menuruti keinginan berkuasa, keinginan untuk memiliki sesuatu, dan banyak keinginan lainnya, hingga menginjak manusia lainnya.
...***...
Kembali ke istana utama.
Penasihat Raja Agung Dewandaru menatap mereka semua. Matanya melirik ke arah Ratu Agung Selendang Merah yang belum bersuara sama sekali. Apakah suasana seperti ini karena ini adalah pertama kali baginya?. Tapi sepertinya itu hanya berlaku untuk ratu agung saja. Karena yang lainnya tidak sabar lagi untuk mengetahui apa yang telah ditulis oleh Raja Agung pada mereka semua.
"Kalau begitu bacakan isinya, upaya kami semua mengetahui siapa yang akan menggantikannya untuk sementara waktu." Pangeran Arzaguna Barata tidak sabaran. "Jangan terlalu lama menyampaikan pesan dari rakanda raja agung." Desaknya lagi.
"Bacakan, supaya kami bisa mendengarkan apa yang disampaikan oleh gusti raja agung dalam suratnya." Selir Indraswari Jayanti juga memaksa Penasihat Raja Agung Dewandaru untuk membacakan surat itu.
"Cepat bacakan!." Selir Kamala Hastanti juga ikut berbicara sambil memerintah.
"Baiklah! Hamba akan membacakannya." Penasehat Raja Dewandaru membuka gulungan itu dengan hati-hati. "Mereka terlihat sangat antusias sekali, kecuali Ratu agung yang tampak tenang." Dalam hatinya kembali mengamati mereka semua. Sedangkan mereka menunggu dengan perasaan berdebar-debar, nama siapa yang dituliskan Raja Agung pada gulungan kertas itu.
"Saya sebagai raja agung, sepertinya ada seseorang yang telah berniat menjahati saya, saya tahu bahwa saya tidak akan mungkin memimpin kerajaan untuk sementara waktu ini, jika surat kecil ini dibacakan oleh penasehat raja dewandaru? Maka keadaan saya benar-benar parah." Ia memberi jeda ucapannya. Sehingga menjadi tanda tanya bagi mereka semua. Karena yang mereka tunggu adalah nama siapa yang disebut oleh Raja Agung. "Untuk sementara waktu, saya menunjuk Ratu agung untuk memimpin istana ini beserta kerajaan ini, saya percayakan semuanya pada ratu agung, karena itulah tolong sembuhkan saya, supaya saya bisa kembali memimpin kerajaan ini, saya tidak ingin membebankan ratu agung dengan masalah yang belum saya selesaikan, salam dari saya Raja agung." Setelah selesai membacakan surat dari Raja Agung, ia menatap mereka semua. "Kira-kira seperti itulah yang ditulis oleh raja agung." Penasehat Raja Dewandaru menggulung kembali gulungan itu.
Di saat yang bersamaan, mereka semua memperhatikan seseorang yang selama ini selalu bersembunyi di balik cadar merah. Ia adalah Ratu Agung Selendang Merah, istri sah Raja Agung. Satu-satunya Istri sah Raja Agung yang belum diketahui identitas aslinya oleh siapapun juga.
"Tidak mungkin!." Selir Indraswari Jayanti tidak terima dengan hasil keputusan itu. "Tidak mungkin putraku menunjuknya! Ini pasti ada kesalahan!." Amarahnya membuncah karena bukan salah satu dari anaknya. "Tidak mungkin anakku arzaguna aswangga menunjuk wanita itu menjadi penggantinya!." Sakit hati, itulah yang ia rasakan saat ini.
"Ya, itu benar! Tidak mungkin rakanda agung menunjuk wanita yang tidak jelas identitasnya ini ditunjuk oleh rakanda agung untuk menggantikannya." Pangeran Arzaguna Barata tidak terima. "Itu semua pasti telah diatur olehnya!. Wanita itu pasti telah merencanakan sesuatu untuk menjadi ratu agung!. Aku yakin dia yang telah mencelakai rakanda gusti raja agung!." Tangannya menunjuk ke arah Ratu Agung Selendang Merah. Sehingga mereka semua menatap Ratu Agung Selendang Merah penuh kebencian yang mendalam. Namun Ratu Agung Selendang Merah hanya diam saja, tidak menanggapi apa yang mereka katakan padanya.
"Aku juga tidak terima dengan keputusan itu! Pasti itu diubah oleh seseorang! Pasti ada yang telah menggantikan tulisan asli dari nanda raja agung!." Selir Kamala Hastanti juga tidak terima.
"Saya juga istri dari raja rakanda raja agung! Saya harusnya juga berhak untuk memimpin istana ini, tapi kenapa malah ratu agung yang tidak jelas siapa dirinya itu." Selir Raja agung baru Manik Keshwari juga tidak terima?.
"Diam kau selir rendahan! Berani sekali kau bersuara, dan mengatakan jika kau berhak menggantikan rakanda raja agung?." Putri Selir Indraswari Jayanti menunjuk kiri ke arah Selir Raja Agung baru dengan penuh kemarahan. "Apakah kau tidak bisa berkaca? Jika kedudukan mu di sini sangat lemah? Sebaiknya kau diam saja!." Putri Kemuning Indraswari benar-benar merendahkan Selir Raja Agung baru Manik Keshwari.
"Kegh!." Selir Raja Agung baru tidak bisa bersuara, apalagi tatapan mata mereka yang menghakimi diri agar diam.
Mereka semua merasa berhak untuk mendapatkan paksa ratu agung. Tapi pada kenyataannya raja agung memilih ratu agung untuk memerintah kerajaan untuk sementara waktu.
"Meskipun aku selir kedua dari mendiang raja agung azraguna chandra, aku juga berhak, karena anakku memiliki kemampuan untuk memimpin kerajaan ini." Selir kedua mendiang Raja Agung Arzaguna Chandra bersuara.
"Saya pasti tidak akan mengecewakan siapapun saja yang memberikan saya kesempatan pada saya untuk memimpin istana berserta kerajaan ini." Putri Mustika Gendari memberi hormat pada mereka semua.
"Kalian berdua sebaiknya diam saja." Selir Indraswari Jayanti, Selir pertama dari mendiang Raja Agung Arzaguna Chandra menatap tajam ke arah mereka. "Yang paling berhak itu adalah putriku. Putriku sedarah sekandung dengan ananda raja agung. Jadi sebaiknya kalian tidak usah banyak bicara dan banyak keinginan, serta bermimpi!." Selir Indraswari Jayanti tersenyum lebar menatap mereka semua.
Hingga terjadi keributan di bilik Raja Agung pada saat ini. Mereka semua merasa tidak suka dan tidak senang atas apa yang dikatakan oleh Selir Indraswari Jayanti. Saat itu juga Penasehat Raja Agung Dewandaru memperlihatkan bagaimana sikap mereka. "Diam!." Bentaknya dengan suara yang sangat keras. Membuat mereka semua terkejut, terdiam karena tidak menyangka jika Penasehat Raja Agung Dewandaru berani membentak mereka semua?.
"Kalian semua tidak usah meragukan apa yang telah ditulis oleh yang mulia raja agung, aku sendiri yang menyaksikan yang mulia raja agung menuliskan surat ini." Penasehat Raja Dewandaru sangat kesal melihat sikap protes mereka. "Apakah kalian meragukan keputusan dari raja agung? Apakah kalian tidak menghormati keadaan raja agung saat ini? Sungguh sangat memalukan sekali atas apa yang kalian lakukan." Penasehat Raja Agung Dewandaru menatap tajam ke arah mereka semua. "Apakah kalian pikir, siapa yang selalu setia di saat raja agung sakit? Hingga dalam keadaan seperti ini? Apakah kalian tidak menyadari kenapa raja agung mempercayakan semua ini pada ratu agung? Apakah kalian masih belum menyadarinya?." Penasehat Raja Agung Dewandaru membuka kembali ingatan mereka.
Dibalik cadar merah itu, Ratu Agung Selendang Merah menangis sedih. Karena ia yang selalu memperhatikan raja, dan merasakan ada bahaya yang mengancam Raja Agung. Namun pada akhirnya Raja Agung kalah dengan rasa sakit yang ia rasakan. "Mereka semua akan mendapatkan hukuman dariku setelah ini aku akan membuat mereka mengakui apa yang telah mereka lakukan pada rak anda raja agung." Dalam hatinya telah bertekad akan melakukan sesuatu pada mereka semua memberi pelajaran kepada siapa saja yang telah menyakiti suaminya.
Mereka semua terdiam, tentunya mereka semua menyadarinya. Mereka semua mengetahui, jika Ratu Agung adalah wanita yang sangat setia pada suaminya. Melayani suaminya dengan sangat baik. Tapi kenapa masih saja keadaan Raja Agung sakit parah hingga tidak sadarkan diri seperti ini?. Mereka semua ingin bertanya seperti itu. Tapi saat itu mereka melihat ada urusan yang membawa Raja Agung untuk diamankan di sebuah tempat. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Next halaman.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Evi 060989
up
2022-10-09
0
Rani nay
bagus nih drama kerajaan dah lama nggak baca novel yg kayak gini
2022-08-31
3