...**...
Menteri keuangan Jibat telah sampai di istana. Ia melaporkan pada Ratu Agung Selendang Merah tentang apa yang telah ia lakukan. Tentunya ia harus bertemu dengan Ratu Agung, supaya ia bisa meluruskan masalah yang terjadi.
"Terimalah hormat hamba gusti ratu agung selendang merah." Ia memberi hormat pada Ratu Agung Selendang Merah.
"Salam hormat mu aku terima menteri keuangan jibat." Sang Ratu mempersilahkan menteri keuangan Jibat untuk duduk di hadapannya dengan jarak yang cukup jauh. Sedangkan di sampingnya ada Penasihat Raja Agung Dewandaru yang selalu memberikan masukan padanya. "Apakah kau telah melakukan apa yang aku katakan?." Ratu Agung Selendang Merah ingi memastikan semuanya sesuai dengan apa yang telah mereka rencanakan. "Aku harap kau bersedia melakukannya." Ratu Agung Selendang Merah di balik cadar merahnya memperhatikan bagaimana bawahannya yang dipercayakan untuk mengurus keuangan Negera. Memperhatikan bagaimana ia bersikap, juga rasa hormat padanya.
"Tentu saja gusti ratu agung. Hamba telah melakukan apa yang telah gusti ratu sampaikan di dalam surat tersebut." Mentri Keuangan Jibat merasa terhormat karena mendapatkan kepercayaan dari Ratu Agung Selendang Merah. "Hamba telah melakukan semuanya dengan sangat baik." Ia memberi hormat pada Ratu Agung Selendang Merah.
"Baguslah kalau begitu. Aku ingin melihat, apakah mereka memakannya atau tidak, umpan yang aku berikan." Ratu Agung Selendang Merah menatap Mentri Keuangan Jibat dengan seksama.
"Sebelum itu hamba sangat berterima kasih pada gusti ratu agung, karena telah memberikan kepercayaan kepada hamba. Mempercayai bahwa hamba tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan negara juga rakyat." Ia senang mendapatkan surat yang baik dari Ratu Agung Selendang Merah. "Hamba sangat senang luar biasa, karena mendapatkan kepercayaan dari gusti ratu agung."
"Itu karena aku selalu mengawasi kalian semua. Mengawasi kalian tanpa kalian sadari, aku melihat semuanya. Melihat apa saja yang telah kalian lakukan." Ratu Agung Selendang Merah sedang tersenyum lembut di balik cadar merah yang menutupi wajahnya, dan hanya memperlihatkan matanya saja.
"Jadi gusti ratu telah mengetahui semua apa saja yang kami lakukan?. Bahkan termasuk siapa orang dalam yang mencoba untuk memicu terjadinya pemberontakan itu?." Menteri keuangan Jibat sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ratu Agung Selendang Merah. "Sungguh tidak terduga sama sekali. Sangat berbeda sekali dengan wanita yang lainnya." Dalam hatinya antara kagum dan tidak percaya jika Ratu Agung Selendang Merah melakukan itu?.
"Ya. Termasuk itu juga." Balasnya dengan ramah. "Namun untuk saat ini aku menunda masalah itu, Karena aku cemas dengan masalah keuangan negara, serta takut rakyat di kawasan kumuh akan mendatangi istana dalam jumlah yang lebih besar lagi. Aku takut mereka akan melakukan pemberontakan hanya karena masalah keuangan." Ratu Agung Selendang Merah hanya ingin menghindari perpecahan yang terjadi saja. Karena itulah ia mengikuti aturan Raja Agung terdahulu mengenai pemisahan kasta yang berada dengan mereka yang mengharapkan kerajaan akan bermurah hati memberikan bantuan pada mereka semua.
"Sepertinya kabar itu memang tersebar dengan sangat cepat. Aku yakin mereka sangat waspada." Dalam hati Penasihat Raja Agung Dewandaru memperhatikan raut wajah Menteri Keuangan Jibat. "Gusti ratu memang cepat dalam bertindak." Dalam hatinya sangat kagum dengan apa yang telah dilakukan oleh Ratu Agung Selendang Merah.
"Gusti ratu agung menunda masalah itu?. Tapi kenapa gusti ratu agung menunda masalah itu?. Bukankah akan berbahaya jika masalah itu ditunda?." Menteri keuangan Jibat sedikit heran, kenapa Ratu Agung Selendang Merah menunda masalah itu.
Bagaimana tanggapan Ratu Agung Selendang Merah?. Simak terus ceritanya.
...***...
Kediaman Keluarga Menanti.
Mereka telah merima kabar, bahwa anak buah yang mereka kirim telah tewas dibunuh oleh seseorang. Mereka semua berkumpul di ruangan keluarga, mereka membahas apa yang akan mereka lakukan setelah ini.
"Sayang sekali ayah. Padahal menurutku dia adalah ahli penembak yang hebat. Tapi siapa sangka dia malah ikut tewas dalam sebuah pertarungan." Teru Menanti sedikit kecewa dengan kabar yang ia dengar.
"Tapi rasanya aneh sekali ayah." Boushe Menanti, istri dari Teru Menanti sedikit heran.
"Apa yang membuatmu merasa aneh menantuku?. Katakan padaku." Merekah Menanti bertanya.
"Jika terjadi pembunuhan besar-besaran di kawasan kumuh, kenapa gusti ratu agung sama sekali tidak menanggapinya?. Apakah dia tidak berani bertindak?." Boushe Menanti sedikit berpikir tentang masalah itu.
Mereka semua tampak berpikir dengan apa yang terjadi. Memang benar apa yang dikatakan Boushe itu, kenapa Ratu Agung Selendang Merah tidak bertindak dengan cepat jika masalah itu telah tersebar?.
"Si kuasa itu juga tidak bertindak. Tidak ada tanda-tanda penyelidikan. Apakah mungkin ratu agung memang ingin kita menghancurkan orang-orang kawasan kumuh?." Muntari Menanti malah berpikiran ke arah sana.
"Bisa jadi seperti itu." Mereka terlihat senang, karena Ratu Agung Selendang Merah tidakbeeyu sama sekali.
"Tapi bagaimana dengan senjatanya ayah?. Jika dipungut oleh orang lain akan berbahaya." Enticha Menanti ingat dengan senapan api yang dibawa oleh pendekar pembunuh bayaran itu.
"Jika masalah itu, nanti akan ayah selidiki." Ia menepuk pelan pundak putrinya itu. "Untuk saat ini kita harus mencari beberapa orang untuk bertindak lagi." Ia terlihat begitu bersemangat.
Apakah yang akan mereka lakukan setelah ini?. Simak terus ceritanya.
...***...
Kembali ke istana
Ratu Agung Selendang Merah menjawab apa yang ditanyakan oleh Menteri Keuangan Jibat. "Itu karena ada masalah baru yang sedang terjadi di kawasan kumuh, tapi sepertinya jendral kuasa menyembunyikan padaku. Ia tidak melapor sama sekali atas apa yang terjadi di sana. Dia bungkam, karena ia takut aku akan memecatnya. Menganggapnya sebagai jendral penjaga wilayah timur yang tidak bisa diandalkan." Lanjutnya lagi.
"Mohon ampun gusti ratu agung. Masalah apa yang terjadi di sana?. Apakah itu masalah keuangan lagi?." Menteri keuangan Jibat sangat khawatir dengan apa yang terjadi. Masalah apa yang dikatakan Ratu Agung Selendang Merah?.
"Kejadian yang sangat tidak manusiawi sekali." Perasaan sesak membuncah di dalam tubuhnya. "Ada sekitar dua puluh orang warga penghuni kawasan kumuh tewas karena serangan bersenjata tembakan. Namun jendral kuasa malah tidak melaporkan masalah itu padaku. Apakah menurut mu itu bukan masalah besar?." Ia bertanya pada Menteri Keuangan Jibat. "Dan yang paling membuat aku marah adalah, dia telah membuang mayat-mayat yang bergelimpangan itu ke tempat pembakaran!. Apakah dia kira mayat itu adalah sampah?." Amarah Ratu Agung Selendang Merah memuncak. Ia sangat tidak terima dengan apa yang terjadi.
"Tentunya saja itu adalah kekejaman gusti ratu agung. Karena membunuh bukan perbuatan manusia. Hanya binatang yang saling membunuh tanpa alasan jika lapar." Entah kenapa ia merasa geram dengan apa yang ia denger. "Apalagi jendral kuasa telah membuang mereka ke pembakaran. Ini sangat keterlaluan sekali gusti ratu." Menteri keuangan Jibat sangat terkejut dengan apa yang ia dengar.
"Masalah ini akan segera aku atasi. Karena masalah keuangan bisa segera diselesaikan. Maka serahkan sisanya padaku. Terima kasih atas kerja keras anda menteri keuangan jibat." Ratu Agung Selendang Merah memberi hormat pada Menteri Keuangan Jibat.
"Hamba senang melakukannya gusti ratu agung. Apalagi mendapatkan kepercayaan dari gusti ratu agung secara langsung." Ia juga memberi hormat pada Ratu Agung Selendang Merah. "Hamba pamit dulu gusti ratu agung. Semoga gusti ratu agung bisa mengatasi betapa buruknya kondisi negeri ini saat ini." Menteri keuangan Jibat pamit, dan ia meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega. Ia yakin jika ia mendapatkan surat dari Ratu Agung Selendang Merah, itu artinya gusti Ratu agung Selendang Merah ingin mengatakan siapa yang menjadi pengkhianat itu.
"Apakah gusti ratu agung akan memanggil jendral kuasa ke sini?. Apa yang akan gusti ratu lakukan padanya?." Penasehat Raja Agung Dewandaru tersenyum ramah sambil menyerahkan beberapa lembar dokumen yang harus segera diselesaikan oleh Ratu Agung Selendang Merah.
"Tentu saja aku memanggilnya. Karena aku ingin mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan olehnya pada saat itu. Dan bahkan dia tidak memberikan laporan padaku mengenai masalah yang terjadi di sana." Ia geram dengan apa yang dilakukan Jendral Kuasa yang sama sekali tidak memberikan laporan padanya?. "Aku akan memberikan sedikit ancaman padanya. Memberikan pelajaran padanya." Ratu Agung Selendang Merah sangat marah karena itu. "Akan aku buat dia mengakui semua kesalahan yang telah ia perbuat." Lanjutnya.
"Baiklah kalau begitu. Katakan saja apa yang harus hamba lakukan." Penasehat Raja Agung Dewandaru tentunya mau mengerjakan apa yang dikatakan oleh Ratu Agung Selendang Merah. "Dengan senang hati hamba akan melakukannya." Lanjutnya dengan senyuman yang ramah.
Apakah yang akan dilakukan oleh Ratu Agung Selendang Merah?. Temukan jawabannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments