...***...
Lukita saat ini mengamati bahan makanan yang datang dari istana. Bantuan pakaian, serta ada kota uang? Yang dibawa oleh prajurit istana. Saat ini mereka berada di kawasan kumuh. Rencananya bahan makanan itu akan langsung dibagikan ke penduduk di sana tanpa adanya antrian lagi. Semetara itu Lukita dan teman-temannya telah memeriksa semuanya aman, namun apakah masih aman begitu saja?. Lukita menyadari sesuatu ada yang ganjal dengan bahan makanan yang mereka berikan.
"Bau ini, seperti bau yang tidak biasa." Dalam hatinya merasa ada yang aneh. "Tunggu!." Lukita menghentikan mereka, sehingga mereka berhenti. "Tunggu sebentar!. Aku ingin melihatnya sebentar." Lukita ingin memeriksanya, memastikan jika hidungnya tidak salah dalam mengendus sesuatu.
"Ada apalagi nona?. Sebaiknya kau jangan banyak bertingkah, karena ini adalah perintah langsung dari gusti ratu agung." Prajurit tersebut menatap tidak suka pada Lukita.
"Jika kau berani berbuat macam-macam, maka kau akan mendapatkan hukuman mati dari gusti ratu agung, karena kau dianggap menghalangi kebaikan dari gusti ratu agung." Prajurit lainnya ikut mengancam Lukita.
"Sebaiknya kalian jangan menganggu kami." Prajurit itu menyentuh senjata yang terselempang di pinggangnya.
"Pergi dari sini, jangan mengganggu kami!." Prajurit itu mengancam Lukita, karena tugas mereka hanyalah mengantar itu semua pada pihak yang bertanggung jawab di wilayah kawasan kumuh.
"Aku justru akan mendapatkan penghargaan dari gusti ratu agung. Karena kalian telah membawa bahan makanan yang dicampur racun!. Apakah kalian ingin membunuh kami semua hah?!." Lukita terlihat sangat marah, sehingga ia hampir saja menghajar mereka semua. "Bagaimana mungkin mereka membawa bahan makanan yang berisikan racun?. Mereka ini sangat lalai sekali dalam menjaga kepercayaan dari gusti ratu agung." Dalam hati Lukita sangat kesal dengan apa yang terjadi.
Tentunya mereka semua terkejut mendengarkan apa yang dikatakan oleh Lukita. Mereka tidak menduganya sama sekali, hingga terjadi keributan antara mereka.
"Diam kau ****** kumuh!. Beraninya kau berkata seperti itu!. Beraninya kau memfitnah pemberian gusti ratu agung telah diberi racun!."
"Tangkap ****** kumuh itu!. Dia telah merendahkan gusti ratu agung!."
Lukita dan teman-temannya merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh para prajurit itu. Sementara itu keributan di sana masih saja belum bisa diredam begitu saja. Apalagi ketikan Prajurit jaga mau menangkap Lukita, namun saat itu ada seseorang yang menghentikan mereka semua.
"Hentikan!." Seorang pemuda jaga berteriak keras, sehingga membuat mereka terdiam.
"Yang dikatakan gadis muda itu benar. Aku mencium aroma racun yang berada di bahan makanan yang kalian bawa!." Pemuda itu mengendus dan dapat mencium aroma racun yang aneh.
"Kau jangan memancing keributan!." Bentak salah satu prajurit dengan suara keras.
"Siapa kau!. Beraninya kau berkata lancang seperti itu pada kami!." Ia tidak terima diperlakukan seperti itu.
"Kami akan melaporkan pada gusti ratu, bahwa kalian telah menghina kami!." Mereka malah mengancam Lukita dan penduduk kawasan kumuh?.
"Kalian akan mendapatkan hukuman yang setimpal!. Karena kalian telah berlaku kasar pada utusan gusti ratu agung!." Mereka semakin mengancam mereka semua. Tentunya suasana sekitarnya itu semakin ricuh, karena mereka semua takut akan ancaman itu.
"Diam!. Justru kalian lah yang akan mendapatkan hukuman setimpal!. Karena yang kalian bawa adalah racun untuk membunuh kami semua!." Lukita benar-benar marah, ia tidak takut dengan ancaman itu, justru ia malah mengancam balik para prajurit.
"Ya!. Itu benar!. Kalian telah berbuat kejahatan!." Zamar menunjuk kesal ke arah mereka semua.
"Lancang!. Jika memang makanan ini telah diberi racun, apakah kalian bisa membuktikan?." Prajurit itu malah menantang mereka.
"Heh!." Pemuda yang tidak dikenal itu mendengus kesal, begitu juga dengan Lukita.
"Kalau begitu coba kau cicipi sayur itu. Kami ingin melihat, apakah bahan itu beracun atau tidak." Lukita menyuruh salah satu dari mereka mencicipi sayur lobak itu.
"Kenap harus kami?. Kenapa harus kami yang mencicipinya!." Prajurit itu tidak terima sama sekali. Dan mereka juga bertanya-tanya kenapa prajurit tersebut yang harus mencicipi makanan itu?.
"Bahan makanan itu baru saja singgah ke suatu tempat. Dan kalian hanya disuruh untuk membawanya ke sini bukan?." Lukita ingin melihat reaksi dari mereka.
"Lalu kenapa memangnya?." Prajurit itu bingung dan tidak mengerti sama sekali.
"Kalian yang membawanya, tentunya kalian yang mengetahuinya. Jangan korban kami hanya untuk membuktikan jika bahan makanan itu beracun." Ucapan Lukita sangat masuk akal, dan mereka semua setuju dengan apa yang ia katakan.
"Benar!. Jika memang tidak beracun!. Maka kalian lah yang harus membuktikannya!."
"Jangan kami yang kalian jadikan korban hanya untuk membuktikan itu ada racun atau tidak!." Mereka semua terlihat sangat marah. Memang mereka tidak ingin mati sia-sia, jika memang bahan makanan itu tidak beracun.
Suasana di sana tampak semakin memanas, terjadi perselisihan diantara mereka semua. Hingga para prajurit mengalah.
"Baiklah!. Kami akan membuktikannya!. Jika bahan makanan ini tidak mengandung racun sama sekali!." Ketua dari prajurit itu merasa sangat geram.
Sepertinya suasana di sekitar itu menjadi gaduh karena mereka sangat tidak percaya jika Gusti Ratu Agung telah memberi makanan beracun pada mereka. Apakah benar yang dikatakan oleh Lukita tentang itu?. Simak terus ceritanya.
...***...
Sementara itu di suatu tempat. Seseorang sedang mengamati sebuah perkumpulan yang sangat aneh. Mereka sepertinya sedang merencanakan sesuatu yang sangat merugikan.
"Ternyata benar, mereka telah berani bermain-main denganku. Berani sekali mereka berlaku semau mereka di negeri ini." Hawa merah telah menyelimuti dirinya. Kemarahan yang ia rasakan saat ini ketika matanya menangkap sosok yang hendak masuk ke wilayah bangsawan.
Kelima orang itu berhenti di hutan yang tak jauh dari gerbang belakang kawasan Bangsawan. Mereka terkejut ketika melihat seorang wanita yang cukup berani menantang mereka berlima.
"Hei wanita bertopeng merah!. Kami tidak ada urusannya denganmu!. Sebaiknya kau tidak usah ikut campur dengan urusan kami!." Seorang laki-laki dengan pakaian serba putih menunjuk kasar ke arah wanita bertopeng hitam.
"Kalian seharusnya tidak saling membunuh satu sama lain. Kalangan bangsawan seperti kalian, apa yang kalian inginkan?." Wanita bertopeng hitam itu bertanya pada mereka.
"Kaum bangsawan?. Kau tidak lihat kami berpakaian compang camping seperti ini!. Apakah matamu sudah buta?. Kami ini dari kaum kumuh!." Kembali ia berkata dengan nada tunggu pada wanita bertopeng itu.
"Kami ini berasal dari kaum kumuh!. Kami akan menuntut balas pada kaum bangsawan, jadi kau tidak usah menghalangi kami!." Laki-laki dengan pakaian hitam polos juga terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Wanita bertopeng hitam itu.
"Heh!." Wanita bertopeng hitam itu mendengus kesal. "Kalian tidak usah menipuku. Aku tahu kalian siapa. Jangan bermain-main kalian denganku!." Ia sangat marah pada mereka semua.
"Kau!. Siapa kau sebenarnya!." Dengan amarah yang membara laki-laki dengan pakaian merah bergaris tanpa lengan itu menatap tajam ke arah wanita bertopeng hitam itu.
"Kau jangan berkata yang tidak-tidak pada kami!."
"Jika kau masih mau menghalangi kami, maka akan kami.bunih kau!."
"Untuk apa takoburu mujura bangsawan yang memiliki usaha kain terbaik melakukan kejahatan?." Wanita bertopeng itu menatap orang ia sebutkan namanya.
"Kau!." Takoburu Mujura sangat terkejut.
"Yoketopi hancuri, bangsawan yang memiliki toko perlengkapan perang. Untuk apa membunuh sesama bangsawan yang juga memiliki toko perlengkapan perang?." Wanita itu sepertinya sangat mengenali mereka semua.
"Ternyata kau ingin kami bunuh wanita sialan." Mereka telah mengeluarkan senjata yang mereka miliki.
"Jika kalian berani, mari kita bermain-main sebelum kalian masuk ke dalam kadang dingin." Wanita itu mengeluarkan senjata berupa tongkat kecil panjang.
Srakh!!!.
Mereka melompat bersamaan, saling menyerang satu sama lain. Kelima laki-laki itu terus menyerang wanita itu dengan sekuat tenaga. Akan tetapi sepertinya wanita itu memiliki kepandaian yang tidak bisa dianggap enteng. Wanita bertopeng itu menghalangi semua serangan yang terus datang padanya. Ia melompat ke atas pohon untuk menghindari serangan mereka, akan tetapi pada saat itu ia sedikit lengah. Takoburu Mujura mengarahkan tenaga dalamnya ke arah dimana wanita itu melompat. Ia tidak sempat menghindarinya, hingga lengannya terkena tenaga dalam itu.
"Keghakh!." Wanita bertopeng hitam itu berteriak kesakitan, dan ia terjatuh dari pohon itu. Sedangkan mereka malah menertawakan dirinya. Menertawakan kelemahan yang dimiliki oleh wanita bertopeng itu. "Jadi mereka ingin bermain-main denganku?." Dalam hati wanita itu melompat menghindari mereka yang terus mendesaknya agar pergi dari sana. "Aku pasti bisa menghadapi kalian semua." Dalam hatinya tidak akan mudah kalah begitu saja.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak terus ceritanya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments