Bab 13

"Bagaimana manis? Apakah kamu sudah siap untuk aku goyang?" Tanya ejek Dukun itu seraya tangannya melepaskan seluruh kain yang dipakainya di depan Madu dan Sita.

Damn! batin Madu sontak melengos jijik, saat pusakan sang Dukun ia keluarkan dari sarangnya. Dalam hatinya ia tak ingin pusaka Dukun itu merobek-robek keintimannya, yang hanya dikhususkan untuk Royco mantan pemuasnya saja.

Andai saja Dukun itu Royco, mungkin Madu akan sangat pasrah membuka kedua jenjang kakinya untuk Royco.

"Jangan begitu dong manis. Lihatlah pusaka ku, bukankah dia terlihat besar dan juga panjang?" Tanya sang Dukun terlihat memaksa memalingkan wajah Madu untuk melihat Pusakanya.

Madu yang tak berdaya melawan karena masih di ikat, hanya bisa memejamkan matanya, tak ingin melihat pusaka menjijikan sang Dukun.

Dalam hatinya berharap, akan ada seseorang yang datang untuk membantunya lepas dari jerat Dukun sialan itu. Dengan itu, dirinya bisa terhindar dari perbuatan kotor sang Dukun, yang tak lama lagi akan menindih tubuh moleknya.

Sita yang berada tepat disamping Madu, hanya bisa melirik iba pada Madu. Dalam hatinya yang sedang kalut iapun memikirkan nasibnya yang entah akan seperti apa nantinya.

Apa akan hilang kah kegadisannya oleh Dukun keparat itu? Ataukah dirinya lah yang lebih beruntung, berharap sang Dukun tidak sampai menggagagahinya.

Entahlah, sungguh hati Sita sedang dilanda kekalutan yang maha dahsyat. Dia hanya bisa berharap, pusaka menjijikan milik sang Dukun itu tak sampai merenggut kesuciannya.

"Hihihi... "

Dengan tiba-tiba saja tawa membahana dari sang Nenek-Nenek terdengar, mengelilingi sudut kamar sang Dukun keparat, yang akan melakukan perbuatan cabul itu terhadap tubuh Madu dan Sita.

Sontak saja membuat sang Dukun itu terkejut. Ia pun lekas turun dari ranjang untuk pergi dan memakai kembali semua pakaian yang telah di lepasnya.

Begitupun Madu dan Sita, mereka berdua tak kalah kagetnya mengenai suara yang hadir dengan tiba-tiba itu. Merasa penasaran dengan sosok itu siapa? mata mereka pun mengerliya mencari-cari sang empu pemilik suara yang belum juga menunjukan wujudnya itu.

"Siapa kau?!"

Tanya Dukun dengan nada kesal, matanya pun mengerliya ke sana ke mari mencari-cari sumber tawa yang seakan sedang mengejeknya.

"Dasar Dukun cabul sialan! Tak ada kapok-kapoknya yah kamu, selalu saja berbuat cabul!" Seru suara itu terdengar lantang.

"Arrrrgh... persetan! Ayo, lekas tunjukan wujud mu sekarang kalau tidak... " ancam sang Dukun yang menjedah perkataannya.

"Kalau tidak, kamu mau berbuat apa?" Tantang sang empu suara, yang akhirnya menunjukan wujudnya yang bungkuk itu di hadapan sang Dukun.

"Hahahah.... membuat ku mendesah saja kamu tidak bisa, ini sok mau berbuat cabul dengan dua wanita. Memangnya, burung kamu kuat apa Melawan dua wanita itu?" sambung Nenek bungkuk dengan terkekeh seperti meremehkan kemampuan otong si Dukun cabul.

Sontak membuat Dukun itu menjadi marah, terpancing akan ocehan Nenek bungkuk yang sudah merendahkan kemampuan otongnnya.

"Kurang ajar! Dasar Nenek-Nenek sialan!" Maki sang Dukun, gemertak giginya pun langsung terdengar menahan kemarahan dengan rahang yang mengeras.

Merasa kesal dengan tingkah Nenek itu, membuat sang Dukun langsung mengambil keris yang ia simpannya di lemari. Berniat akan menikam Nenek itu dengan kerisnya.

Hiyaaakk...

Dukun itu langsung melayangkan tangannya ke udara, dengan sebuah keris yang ada dalam genggamannya, mencoba menikam langsung Nenek bungkuk itu.

Huuuuuuuff... Nenek bungkuk itu langsung menyemburkan angin dari mulutnya, sehingga dengan sekejap mampu membuat tubuh Dukun itu kaku seperti patung.

Madu dan Sita yang melihat langsung aksi Nenek bungkuk yang membuat Dukun cabul itu tak bisa bergerak, langsung terkesiap melongo. Tidak menyangka tentang yang dilihatnya barusan.

"Hehehe... dengan ilmu seupil itu, kamu akan membunuh ku? Jangan harap ujung keris jelek mu bisa menyentuh kulit mulus ku." Sang Nenek bungkuk itu terkekeh membanggakan diri sendiri, yang padahal kulit tubuhnya itu sudah keriput.

"Rasakan ini! Ting..."

Sejurus Nenek bungkuk itu langsung menyentil burung sang Dukun cabul, sontak membuatnya langsung bisa bergerak kembali, karena merasa mules yang begitu sangat dahsyat.

"Auw... sakit! Nenek sialan!" Pekik Dukun itu seraya berloncat menahan sakit dengan terus memegangi burungnya. Mulutnya pun terus memaki-maki sang Nenek.

"Hehehe... " Namun, Sang Nenek hanya terkekeh kecil, seraya melangkah menghampiri Madu dan Sita.

Madu dan Sita pun bergetar ketakutan, saat Nenek itu mendekati ke arahnya.

"Jangan takut sayang! Aku tidak akan menyakiti mu. Aku akan membantu kalian berdua, untuk keluar dari tempat ini." Terang Nenek bungkuk itu menyakinkan Madu serta Sita, seraya tangannya melepaskan tali yang sedang membelenggu tubuh mereka.

Setelah tali itu berhasil lepas dari tangan serta kaki nya, Madu dan Sita bergegas memakai kembali pakaian yang sempat terlepas paksa dari tubuh keduanya oleh perbuatan bejad Dukun cabul itu.

"Terima kasih Nek, entah bagimana nasib saya sekarang ini, jika Nenek tidak datang menyelamatkan kami dari Dukun sialan itu." Ucap Madu lega.

"Iya Nek, aku juga sangat berterima kasih sekali sama Nenek. Hidupku mungkin akan hancur jika kesucian tubuhku sampai direngut paksa oleh Dukun cabul sialan itu, " sambung Sita seraya matanya melirik ke arah Dukun cabul itu.

"Sudahlah... lebih baik sekarang kalian ikut sama Nenek yah, keluar dari tempat ini." Ajak sang Nenek.

"Iya Nek!" Seru Madu dan Sita dengan kompak.

Mendengar wanita tawanannya akan pergi bersama Nenek bungkuk dari rumahnya, Sang Dukun yang sedang kesakitan pun langsung berteriak memanggil dua kacungnya di luar sana.

"Udin... Ujang, cepat masuk! Bantu saya!" Seru Dukun itu memanggil dua kacungnya.

Sontak membuat dua kacung itu langsung kegirangan, karena merasa sangat senang sekali. Menurut nya hal yang dinanti-nantinya itu kini tiba juga.

"Jang... kamu dengar nggak? Si Mbah menyuruh kita untuk masuk." Ucap Udin memastikan.

"Iya Din... kita disuruh untuk masuk dengan segera. Mungkin si Mbah sudah nggak sanggup lagi menindih tubuh dua wanita itu, jadi si Mbah menyuruh kita masuk dan meminta bantuan sama kita. Asikkkkk Din... kita pun akan mendapat giliran untuk mencicipi tubuh molek wanita itu. Tak sabar aku..." terang Ujang dengan pikiran jorok yang sudah ada di otaknya.

"Aku pun Jang... Ayo, kita langsung masuk saja ke dalam."

Udin dan Ujang pun langsung begitu saja masuk ke dalam kamar si Mbah, dengan membawa harapan yang sangat besar. Bisa merasakan kenikmatan surgawi yang sudah lama di nantinya, melalui tubuh molek Madu dan Sita, kedua kacung itu menyangka bisa merasakan keindahan surga dunia.

Brakk...

Mata dua kacung itupun langsung di buat melongo, saat membuka pintu kamar si Mbah.

"Si Mbah... " gumam dua kacung itu kompak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!