...🍁🍁🍁...
Raihan membalikkan badannya, dia menatap ustadz Arifin dengan tajam. "Abah!"
"Berani kamu teriak sama orang tua? Mau jadi anak durhaka, kamu?" ancamnya pada Raihan, mengingatkan tentang durhaka.
"Maafkan Raihan, Abah.... astagfirullah...." Raihan mengusap dadanya, dia mencoba mengontrol emosinya sendiri.
"Raihan, Abah, Abi dan Salima mengaku salah. Kamu benar, tindakan kami memang tidak menunjukkan bahwa kami adalah orang yang tau agama. Kami malu dinasehati oleh kamu seperti itu. Kami akan meminta maaf kepada keluarga Zahwa."
Salima terlihat tak senang dengan keputusan Arifin. 'Huh, apaan sih Abah? Kenapa mesti minta maaf sama keluarga Zahwa segala?'
Raihan menghela nafas lega mendengar keputusan abahnya. Bahwa artinya pernikahan antara dirinya dan Zahwa akan tetap dilaksanakan. "Alhamdulillah kalau Abah, Abi dan Salima paham apa maksud Raihan. Itu artinya Raihan bisa menikahi Zahwa hari ini juga,"
"APA? Menikah?"
"Iya Abah, Abi...Raihan akan tetap pada keputusan Raihan untuk menikahi Zahwa." Raihan mulai menunjukkan senyuman mengembang di bibirnya.
Terlihat, Arifin dan Iqbal saling menoleh. Mereka pun menggelengkan kepala setelahnya. "Maaf Raihan.... kalau untuk menikah, kamu cari saja perempuan lain."
"A-apa maksud Abi?"
"Kami akan mencarikan jodoh lain untuk kamu, tentunya jodoh yang sesuai dengan kamu. Perempuan baik-baik dan memiliki reputasi baik dan yang paling utama, dia masih suci." usul Iqbal pada anaknya.
"Putri ustadz Burhan, belum menikah...dia cantik, sholehah dan sepertinya seumuran dengan Raihan. Dia juga lulusan pesantren," usul Arifin pada Iqbal.
"Astagfirullah...Abi! Abi meragukan kesucian Zahwa?" mata Raihan terbuka lebar mendengar ucapan Abah dan abinya yang membuat dia tersedak.
"Raihan, pahamilah Abi dan abahmu ini. Kami melakukan semua ini demi kamu juga. Kamu dan Zahwa sudah gak bisa lagi," ucap Iqbal sambil menghela nafas.
"Sudahlah Raihan, besok Abi dan abahmu akan datang kembali ke rumah keluarga Calabria untuk meminta maaf atas sikap kami pada mereka hari ini. Sekarang lebih baik kita beristirahat karena hari sudah mulai sore." Arifin masuk ke dalam kamarnya, dengan membawa tongkat berjalan di tangan kanannya.
Raihan kehilangan kata-kata, dia pun nekat pergi ke rumah Zahwa di saat-saat genting seperti ini. Dia kabur dari rumah tanpa sepengetahuan orang tuanya.
*****
Tak lama kemudian, Raihan sampai didepan rumah Calabria. Rupanya tak mudah baginya untuk menemui Zahwa. Keluarga besarnya yang masih ada di ruang tengah, melarang Raihan untuk bertemu dengan Zahwa terutama Bram dan Zayn.
"Tolong om, izinkan saya bertemu dengan Zahwa. Zayn, tolong izinkan aku bertemu dengan kakakmu! Izinkan aku bicara padanya," ucap Raihan penuh harap.
"Mau apa kamu bertemu dengan adikku? Mau menyakiti dia lagi?" Tanya Zayn sarkas.
Semua atensi tajam mengarah padanya, Raihan berpikir bahwa hal ini wajar saja. Karena setelah apa yang terjadi di rumah itu.
"Aku mohon Zayn, izinkan aku bicara dengan Zahwa." Raihan mengatupkan kedua tangannya seraya memohon.
"Hey! Kamu gak usah ngomong sama Zahwa! Apa lagi yang mau kamu omongin?" Bima yang ada di sana juga ikut emosi pada Raihan, mendengar apa yang terjadi dari Nilam.
"Om, kak Zayn, om Bima...aku mau bicara sama mas Raihan." ucap Zahwa yang sedang berjalan menuruni anak tangga. Ia masih memakai gaun pengantinnya, meski riasan di wajahnya telah dia hapus karena air wudhu.
"Zahwa! Ngapain kamu ngomong sama dia? Gak usah!" Ujar Bram pada keponakannya.
Kini Zahwa sudah berada diantara keempat pria itu. Terlihat matanya yang sembab, luka yang disebabkan oleh Raihan dan keluarganya. Raihan menatap Zahwa dengan sedih, dia tidak ingin melihat Zahwa menangis apalagi karena dirinya.
"Om....Zahwa mau bicara sebentar sama mas Raihan, tolong biarkan kami bicara berdua." Pinta Zahwa pada kedua om nya itu.
Bima dan Bram tetap melarang dan meminta Raihan untuk pergi saja. Namun Rey datang dan membujuk papa juga omnya untuk mengizinkan Zahwa berbicara dengan Raihan. "Udahlah pah, om, Zayn...biarkan Zahwa bicara sama Raihan. Siapa tau ada kabar penting yang ingin Raihan sampaikan?" Rey menatap ke arah Raihan dengan biasa saja, berbeda dengan tetapan semua orang yang tajam ke arahnya.
Kak Rey, memang selalu membantuku. Zahwa merasa senang karena Rey membantunya bicara.
Hanya dengan beberapa patah kata dari Rey, mampu membuat ketiga pria itu menyetujui ucapannya. Akhirnya, Zahwa dan Raihan diberikan privasi berdua saja untuk berbicara. Namun bicaranya tidak di dalam ruangan, Mereka bicara di taman, dan dilihat oleh Zayn, Rey, Bima dan Bram.
"Mas, percayalah aku masih suci..." Zahwa memulai pembicaraan, dia berharap agar Raihan percaya padanya.
"Aku percaya sama kamu dek," ucap Raihan pada Zahwa, ditatapnya wanita itu dengan lembut.
Dek, adalah panggilan sayang dari Raihan untuk Zahwa. Selama berada di Mesir, Raihan selalu memanggil Zahwa dengan sebutan Dek.
"Alhamdulillah...lalu bagaimana dengan pernikahan kita, Mas? Om Iqbal, sama Abah Arifin? Salima?" Tanya Zahwa pada Raihan.
"Maaf Zahwa, Abi-ku tidak setuju dengan pernikahan kita..."
Jantung Zahwa serasa berhenti saat itu juga, dia menatap Raihan dengan tatapan sedih dan tak percaya. "Mas....apa kamu tidak akan menikahiku karena foto-foto itu? Apa mereka percaya dengan foto-foto itu?!" Air mata Zahwa turun tak tertahankan.
"Tidak dek..." tangan Raihan akan menggapai pipi Zahwa yang sudah basah oleh air mata itu, namun Zahwa segera menghindar.
"Jadi...mas akan menikahiku atau tidak?!" Tanya Zahwa membutuhkan ketegasan.
"Aku belum tau. Karena aku butuh waktu untuk membujuk keluargaku, dek..."
"Belum tau? Mas... kamu hanya tinggal jawab iya atau tidak saja, tolong tegas, Mas!" Pinta Zahwa sedih.
"Maaf Zahwa, aku tidak bisa membantah perkataan orang tuaku...aku tidak bisa menjadi anak durhaka."
Zahwa menundukkan kepalanya, itu bisa mungkin dia berusaha menahan butiran kristal yang hampir jatuh lagi itu. "Baiklah Mas, kalau ini pilihan kamu..."
Ya Allah sakit sekali hatiku ini...
"Tidak dek...aku mencintai kamu, ketika waktunya tiba...aku yakin keluargaku pasti akan bisa menerimamu!" Raihan masih belum rela melepaskan Zahwa, padahal keputusan keluarganya sudah mutlak. Bahwa dia tidak boleh berhubungan lagi dengan Zahwa.
"Udahlah mas, aku tau kalau keluarga Mas... menginginkan menantu yang sempurna. Sedangkan aku? Apa aku? Siapa aku? Aku bukan lulusan pesantren, aku bukan anak ustadz....aku cuma Zahwa, seorang yang berprofesi sebagai dokter gigi. Aku tidak sempurna, aku tidak seperti, Mas!" Zahwa menangis, sakit hati.
"Maafin aku dek....maafin aku."
"Aku gak butuh kata maaf kamu Mas, aku butuh kepastian! Dan mungkin kepastian itu jawabannya adalah tidak! Aku hargain pilihan kamu yang lebih memilih keluarga di bandingkan aku." Zahwa menunjukkan jarinya ke arah Raihan dengan gemetar.
Raihan bingung, dia juga menangis sama seperti Zahwa. Bagaimana bisa semua keadaan yang harusnya indah malah menjadi menyakitkan untuk mereka.
*****
Selagi Zahwa dan Raihan ada di dalam pembicaraan yang sengit. Rey pergi ke kamarnya, dia menelepon seseorang.
"Assalamualaikum........ya, ternyata kamu benar. Kakak kamu lebih memilih keluarga daripada Zahwa......... terimakasih Salima." terlihat senyuman bahagia dibibirnya.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
revinurinsani
waaahhh Rey sekongkol sama salima
2023-11-01
1
Ramadhani Kania
wah ternyata Rey d blik semua itu....tp apapun itu q ttp gk suka dg klwrga ustd Iqbal....
2023-04-14
0
🍾⃝ᴘᴀͩᴛᷞɴͧᴏᷠᴢͣ Aja
rey sama salima pelakunya? apa maksudnya?
2022-10-16
0