...🍁🍁🍁...
Zahwa menatap Bram dengan bingung, apa maksudnya tidak usah? Apa Bram menolak untuk menjelaskan pada keluarga Raihan tentang hal ini?
"Om...apa maksud om gak usah? Kita harus jelasin semuanya sama mas Raihan dan keluarganya kalau semua ini gak benar!" Zahwa masih tetap dengan pendiriannya, dia tidak mau pernikahannya dan Raihan hancur
"Gak usah Zahwa, kita tidak usah menjelaskan kepada mereka!" Bram menolak tegas.
"Tapi kenapa om?" Tanya Zahwa dengan wajah polosnya.
"Zahwa...apa kamu masih mau masuk ke dalam keluarga itu? Lihat kan, topengnya saja kental dengan agama...tapi mereka mengumbar dan menghina kamu, juga keluarga kita di hadapan semua orang. Terutama yang namanya Salimah itu! Mereka sembarangan menjudge kamu, padahal belum tau kebenarannya! Bagi mereka yang penting adalah reputasi keluarga." Bram emosi, sampai dia berdiri dari tempat duduknya.
Terlihat kekecewaan di wajah Bram dan seluruh anggota keluarga Calabria yang lainnya. Merasa dipermalukan, di lempar kotoran ke wajah mereka semua, bahkan Amayra menangis karena sakit hati dengan perlakuan keluarga Raihan pada keluarganya terutama pada Zahwa.
"Tapi om...Zahwa cinta sama mas Raihan!"
"Oke, om tau kamu cinta sama Raihan. Tapi, kamu lihat kan bagaimana perlakuannya keluarganya kepada keluarga kita? Om gak mau kamu hidup di dalam keluarga itu, keluarga fanatik, kental agama namun hatinya picik!"
"Ma, Tante, oma...ayo kita pergi ke rumah Mas Raihan...kita jelaskan semuanya kalau ini gak benar!" Zahwa menatap Tante, Oma dan mamanya yang hanya menundukkan kepala dengan sedih.
"Nggak Zahwa, kita gak usah pergi ke sana." Amayra juga memberikan penolakan yang sama dengan Bram.
"Ma!"
"Mama sakit hati, kamu dihina seperti itu oleh mereka karena selembar foto." Kata Amayra tegas. "Kalau mereka membatalkan pernikahan, ya udah! Kita gak usah jelasin apa-apa sama mereka dan kalau Raihan cinta sama kamu, pasti dia akan bicara sama keluarganya. Tapi.. jangan harap Raihan bisa menikahi anak mama, kalau Raihan tidak bisa membuat orang tuanya minta maaf pada keluarga kita, apalagi Salimah!"
Zahwa terbelalak, melihat mamanya yang selalu penyabar itu kini tampak marah. Tidak seperti dirinya yang biasanya. Semua mata tertuju pada Amayra yang sudah kelewat emosi. Tak terima dengan keluarga Calabria yang dipermalukan, terutama Zahwa yang paling di sakiti.
Amayra memilih pergi dari sana dan menuju ke kamarnya. "Ma...mama...." lirih Zahwa melihat mamanya menaiki anak tangga. Zahwa pun melirik ke arah Diana dan Nilam.
"Zahwa, maaf ya...tapi Tante sama Oma juga sependapat sama mama dan om kamu." ucap Diana pada Zahwa.
"Kenapa sih kalian gak ada yang ngertiin aku?" Zahwa menahan tangisnya, dia yang masih memakai baju pengantinnya berjalan terburu-buru menaiki anak tangga.
Semua orang melihatnya, namun mereka hanya diam. Kecuali Selina, Zayn dan Rey yang memiliki niat untuk menyusul dan menghibur Zahwa.
"Kalian mau kemana? Sudahlah, biarkan saja dulu Zahwa sendiri. Dia butuh untuk menenangkan diri dari semua kejadian ini," ucap Nilam pada ketiga cucunya itu.
"Iya, Oma." hanya Zayn yang menjawab mewakili Rey dan Selina yang diam saja sambil menatap kepergian Zahwa.
"Lebih baik kita bereskan semua ini karena pernikahannya batal." ucap Nilam sakit hati melihat dekorasi, pelaminan di rumahnya yang sudah di tata rapi untuk acara pernikahan Zahwa.
Selina dan Zayn terlihat lesu saat mendengar ucapan omanya, mereka juga sakit hati sama seperti Zahwa dan anggota keluarga yang lainnya.
"Rey, bantu papa selidiki foto itu!" Ujar Bram pada anaknya. Rey melihat ke arah papanya.
"Mau apa kamu selidiki foto itu, pa?" Tanya Diana pada suaminya heran.
"Tentu saja mempidanakan orang yang sudah memfitnah Zahwa. Foto itu pasti editan...aku tidak akan biarkan anggota keluarga kita di hina. Aku akan merasa bersalah pada alm Satria, kalau aku tidak bisa melindungi Zahwa dan Zayn."
Bram teringat dengan pesan adiknya yang telah tiada. Pesannya untuk menjaga kedua anaknya, menjadi sosok papa untuk Zahwa dan Zayn.
...Kak, aku titip Zayn dan Zahwa ya...kalau ini adalah saat terakhirku...kelak tolong jadilah wali nikah Zahwa dan Raihan. Karena usiaku mungkin tak akan sampai pada hari itu....
"Ya Allah... Satria, kamu pasti akan sedih kalau melihat apa yang terjadi pada hari ini." pria paruh baya itu memegang dadanya, teringat adiknya.
"Assalamualaikum," suara salam lebih dari satu orang terdengar dari ambang pintu rumah mewah itu.
"Waalaikumsalam," jawab Bram, Nilam, Rey, Diana, Selina dan Zayn yang masih berada disana.
"Maaf ya kami telat. Tapi kok para tamu udah gak ada ya?" tanya Bima, adik Bram yang baru saja datang dari luar kota. Dia bersama anak dan istrinya.
"Iya, ini baru jam 11 siang." jawab Ken, suami Anna. Yang tak lain adalah cucu menantu pertama di keluarga itu.
Semua anggota keluarga Calabria, terdiam dan menunjukkan wajah sedih mereka yang membuat Bima, Fania, Ken dan Anna bingung.
"Ada apa sih?" tanya Anna dengan kening berkerut, menatap semua orang di sana yang galau.
*****
Sementara itu Zahwa berada di dalam kamarnya, dia mengurung diri. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi tengkurap. Air matanya yang hangat membasahi bantal.
Sakit, hati Zahwa melihat dekorasi kamar itu. Kamar yang tadinya akan menjadi kamar pengantinnya bersama Raihan. Namun semua harapan itu musnah. Hari yang harusnya menjadi hari terindah, menjadi hari yang paling menyakitkan.
"Ya Allah, kenapa semua ini harus terjadi padaku? Siapa orang jahat yang sudah membuat foto itu?!"
*****
Rumah Raihan, yang tak jauh dari pesantren Ar-Rasyid.
"Abi, Abah sama Salima keterlaluan!" Raihan menumpahkan kemarahannya begitu sampai di dalam rumah. Dia tidak mau sampai marah-marah di luar rumah, apalagi di rumah Zahwa. Pantang baginya untuk melampiaskan emosi di depan semua orang. Baginya hal itu adalah hal yang tidak baik.
"Raihan, berani kamu bicara seperti itu kepada Abah sama Abi mu?!" Arifin menatap tajam ke arah Rayhan yang bicara dengan nada suara meninggi, menyalahkan keluarganya.
"Kenapa sih kak? Kakak harusnya berterima kasih loh padaku, aku sudah membuat kakak tidak salah jalan dengan memilih wanita itu. Kan aku sudah bilang, kalau Zahwa itu bukan wanita baik-baik." Salima tersenyum ketus, dia sangat ingin mendapatkan tanda terima kasih dari kakaknya bukannya dimarahi.
"Astagfirullahaladzim...ya Allah ampuni dosa-dosa keluargaku ini." Raihan mendesah tak menyangka bahwa keluarganya yang kental agama akan membuatnya begitu malu.
"Apa yang harus diampuni? Raihan, kamu tuh harusnya bersyukur karena tidak jadi menikah dengannya. Apa jadinya bila anak Abi yang sholeh menikahi wanita seperti itu?"
"Abi...apa maksud Abi dengan wanita seperti itu?! Raihan ingin tau!" Raihan bicara sampai mengeraskan kerongkongannya sendiri.
"Ya...tanpa Abi jelaskan, kamu juga lihat sendiri kan bagaimana dia di foto-foto itu! Astagfirullah Raihan, kalau kamu menikah dengannya bagaimana reputasi pesantren kita?"
"Hahaha...Abi, apa Abi lupa? Abi yang sudah menjodohkan aku dan Zahwa dari kecil, katanya Abi percaya bahwa keluarga mereka adalah keluarga baik-baik...lalu sekarang? Hanya karena foto Zahwa yang belum jelas kebenarannya, Abi langsung memetakan pernikahan aku dan Zahwa.. Abi, Abah dan Salimah, kalian juga menghina keluarga Calabria..."
"Raihan, kami tidak menghina tapi itu semua fakta!"
"Abi sama Abah yang paling tau tentang adab menegur orang lain, walaupun memang orang itu salah. Tapi pantaskah dimarahi dan dihina di depan semua orang?"
Raihan yang memiliki pengetahuan sekolah di Mesir, dia berani menegur keluarganya yang telah berbuat salah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)
Mendengar lantunan ayat suci Alquran dibacakan oleh Raihan tentang ayat menghina orang lain, membuat Iqbal dan ustadz Arifin terdiam.
"Abah, sama Abi...juga kamu Salimah! Kalian sadar kan? Kalau kalian sudah dzalim pada Zahwa dan keluarganya. Haahh... sudahlah, Raihan tidak akan menjelaskan panjang lebar lagi...Raihan yakin kalau abah dan Abi paling tau tentang agama bandingkan dengan aku. Terserah anggapan kalian tentang Zahwa bagaimana, aku akan tetap menikahinya!"
Raihan peduli bagaimana reputasi dan anggapan keluarganya tentang Zahwa, dia percaya kepada Zahwa dan sangat mencintainya.
Pria itu hendak melangkah pergi keluar dari rumahnya, namun Arifin menghentikannya. "Raihan, kamu mau kemana?!"
"Mau ke rumah Zahwa." jawab Raihan kesal.
"Tidak! Kamu tidak boleh pergi!" Arifin, sang kakek melarang tegas Raihan untuk pergi dari sana.
Raihan menatap kakeknya dengan kesal. "Muhammad Raihan Abizar! Abah tidak setuju kamu menikah dengan gadis yang bernama Zahwa itu!"
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
revinurinsani
lahh kok paham agama tapi kenapa kayak gitu yah
2023-11-01
1
manisa
iqbal jadi sebal
2023-06-24
0
manisa
hais
2023-06-23
0