...🍀🍀🍀...
Usai melaksanakan shalat subuh dan mengaji, Zahwa membuka mukena dan menyimpan Al Qur'an kecilnya di tempat yang seharusnya. Kemudian air mata jatuh membasahi pipinya, manakala ia melihat Al Qur'an yang memiliki sampul warna ungu itu.
...Dek, apa Al Qur'an dari Mas sudah sampai? Semoga kamu suka ya dek. Jangan lupa di baca dan diamalkan isinya....
Al Qur'an bersampul ungu warna kesukaannya itu adalah pemberian dari Raihan beberapa bulan yang lalu sebelum Raihan kembali ke Indonesia dan datang bersama keluarganya untuk melamar dirinya.
"Ayo Zahwa, semangat! Kamu tidak boleh galau! Bismillah!" Gadis itu menyeka air matanya. "Ayo kembali pada rutinitasmu," sambungnya lagi.
Mungkin aku dan mas Raihan memang bukan jodoh. Batin Zahwa lalu tersenyum tipis.
Tanpa dia sadari Bram dan Diana melihatnya dari belakang. Mereka merasa iba kepada Zahwa yang pernikahannya gagal, mendapat rasa malu, sakit hati dan kecewa.
"Pa..." lirih Diana pada suaminya, dia ingin menghampiri Zahwa.
"Ma, kita biarkan saja Zahwa sendiri dulu." Bram merangkul istrinya, mereka berdua pun pergi dari sana.
Usai melaksanakan shalat subuh, Zahwa yang belum makan semalaman merasa lapar. Dia memutuskan untuk pergi ke dapur dan memasak beberapa makanan.
Saat dia pergi ke dapur, dia melihat seseorang di sana menata makanan ke atas piring. Makanan itu adalah soft cake coklat, stroberi dan soft cake nanas, di sana juga ada segelas susu coklat.
"Kak Rey?!" Zahwa menepuk pundak Reyndra.
"Aww....!!" Rey terkejut dan tak sengaja menyenggol susu panas di dalam gelas. Susu itu tumpah ke punggung tangannya.
Zahwa melihat punggung tangan Rey dengan panik. "Astagfirullah, kakak...maaf! Aku gak sengaja ngagetin kakak! Sini kak, aku lihat tangannya!"
Gadis itu memegang tangan Rey yang terluka, tangannya merah. Zahwa menarik kakaknya ke dekat wastafel di dekat sana. Kemudian dia menyalakan keran air dan mengucurkan air itu ke punggung tangan Rey. "Duh...pasti sakit ya kak? Maaf ya kak...Zahwa gak sengaja ngagetin kakak."
"Gak apa-apa sayang," jawab Rey sambil tersenyum. Dalam hati Rey meledak-ledak, tangannya di sentuh oleh Zahwa.
"Ah? Kakak bilang apa?!" Zahwa melirik ke arah kakaknya, saat ia merasa ada kata yang janggal dalam ucapan Rey.
Barusan kak Rey bilang sayang?
Rey langsung memalingkan wajahnya, pendidikan wajah yang tersipu malu itu. "Aku bilang, aku gak apa-apa."
Hampir aja ketahuan, astagfirullahaladzim...tahan dirimu Reyndra.
"Eh, aku yakin deh ada kata setelah kata itu?" Tanya Zahwa yang masih mengucurkan air di tangan Rey.
"Kamu salah dengar." sahut Rey cuek seperti biasanya.
"Oh gitu ya?" Kening Zahwa berkerut.
Setelah selesai mengucurkan air cukup lama ke tangan Rey, Zahwa pun meminta Rey untuk duduk dulu sebentar di sana. Zahwa sempat meninggalkan Rey pergi entah kemana. Tak berselang lama, dia kembali dan membawa kotak obat. "Kamu mau ngapain?"
"Kalau aku bawa kotak obat, mau apa?" Tanya Zahwa sembari membuka kotak obat yang dia simpan di pahanya itu.
"Ish...kamu ini kebiasaan deh, kalau ditanya tuh malah nanya balik." Rey terkekeh kecil dengan sikap Zahwa yang masih sama seperti waktu kecil.
"Mana tangannya kak?" Zahwa meminta tangan Rey, di tangannya juga sudah ada salep.
"Wah...kamu minta tanganku? Jangan dong Zahwa, tangan kakak cuma dua...mending kamu ambil hatiku aja!" Canda Rey sambil tertawa kecil.
"PFut....kakak ini, candaan kakak gak lucu tau?" Zahwa memegang tangan Rey, lalu di mengeluskan salep berbentuk gel itu pada punggung tangan Rey.
"Kalau candaanku gak lucu? Terus kenapa kamu ketawa?" Rey tersenyum melihat wajah Zahwa yang masih tersenyum itu.
Syukurlah Zahwa tersenyum dan tertawa, tadinya aku sudah khawatir kalau dia akan terus galau.
"Ya...aku cuma pengen ketawa aja." Alibi Zahwa sambil menahan senyumnya.
"Zahwa...apa yang terjadi sama kamu sekarang, pasti sudah takdir dari Allah dan mungkin Raihan bukan jodoh kamu. Tapi, kamu jangan bersedih ya? Kakak yakin kok, kamu akan mendapatkan jodoh yang terbaik dari Allah..." Rey berusaha menghibur Zahwa, meski semua ini terjadi karenanya. Bodoh memang, tapi dia tidak mau Zahwa bersedih.
"Kak, bisa gak jangan bahas dulu jodoh? Sepertinya aku gak akan mikirin soal itu dulu," ucap Zahwa dengan wajah lesunya. Matanya sendu, teringat peristiwa yang masih hangat itu. Kegagalan pernikahannya dengan Raihan, fotonya yang membuat malu keluarga, tentu membuatnya terluka.
Kenapa Zahwa bilang tidak mau memikirkan masalah itu dulu? Apa Zahwa gak mau mikirin soal jodoh dulu?. Rey menatap Zahwa dengan bingung.
"Ma-maaf Zahwa, kakak cuma mau--"
Zahwa mendongak dan melihat ke arah Rey, dia menunjukkan sedikit senyuman di bibir merah tipisnya. "Aku paham kak, makasih ya. Kakak emang kakakku yang paling the best deh." Gadis itu menatap kakak sepupunya dengan hangat. Bagi Zahwa, Rey adalah kakak yang paling dekat dengannya.
Zahwa, apakah kamu akan tetap bersikap seperti ini padaku, setelah kamu tau apa yang aku lakukan?
"Oh ya kak, kenapa kakak udah nyiapin makanan pagi-pagi gini? Kakak lapar ya?"
"Eum...iya aku lapar," Rey menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
Sebenarnya makanan itu buat kamu, tapi masa iya aku bilang gitu?
"Beneran? Tapi kan kakak gak suka yang manis-manis." ucap Zahwa sambil meniup niup punggung tangan Rey. Dia tau kakaknya Rey tidak terlalu menyukai makanan yang manis-manis, sebaliknya makanan yang manis-manis itu adalah makanan kesukaannya.
"Ya...aku lagi pengen aja." alibi pria itu dengan suara datarnya.
"Hehe, bilang aja itu buat aku kan?" Tiba-tiba Zahwa bertanya begitu, hingga membuat Rey tercekat.
Masya Allah kak Rey baik banget, pantesan aja kak Rey banyak yang naksir. Sama adiknya aja dia perhatian walau jaim jaim gitu.
"Ish...GeEr banget sih kamu." Rey menyangkalnya lagi.
"Ya udah, kita makan bareng yuk. Kebetulan aku juga udah lapar kak."
Rey mengambil piring berisi beberapa potong soft cake itu. "Hem...ya udah, ini juga aku ambilnya kebanyakan. Kita makan bareng ya, Zahwa,"
Zahwa tersenyum melihat semua soft cake kesukaannya ada di atas piring itu dan semakin memperjelas bahwa Rey memang mengambilkan makanan itu untuknya ."Ish...dasar jaim," cicit Zahwa dengan bibir yang mengerucut.
Rey hanya tersenyum, lalu dia dan Zahwa makan soft cake bersama di dapur. Ditemani dengan segelas susu coklat yang hangat, untuk Zahwa. Sedangkan Rey minum kopi yang dibuatkan Zahwa.
Pria itu senang karena melihat Zahwa tidak menangis dan sedih, ya dia tau bahwa Zahwa adalah wanita yang tegar dan tidak cengeng. Dari kecil Zahwa selalu begitu, bahkan Zayn dulu lebih cengeng darinya.
"Zahwa..."
"Ya kak?" sahut Zahwa yang sedang asik makan soft cake nanas.
"Kamu belepotan tuh," tunjuk Rey pada bibir Zahwa.
"Belepotan?" gadis itu mengusap-usap pipinya yang katanya belepotan itu.
"Ih...ya ampun, bukan disitu." Rey gemas melihat Zahwa membersihkan area yang salah.
"Disini?" Zahwa mengusap lagi pipi sebelah kanannya dengan mata polos yang membuat Rey semakin gemas.
"Haha, kamu ini. Sini!" Rey menarik kursi yang di duduki Zahwa, hingga mereka berdekatan. Kemudian Rey mengusap noda di sudut bibir Zahwa dengan tangan kosong. "Aku kan tunjuk ke bibir, bukan pipi! Dasar Nemo bodoh!"
Tiba-tiba saja Rey terdiam dan memandangi Zahwa. Sampai kedua atensi mereka bertemu pandang.
"Zahwa! Rey! Kalian lagi ngapain?!"
Suara itu membuat Zahwa dan Rey saling menjauh. Rey bahkan mendorong kursi Zahwa, hingga Zahwa jatuh ke lantai.
"Aduh!!"
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
manisa
zayn
2023-06-28
0
Ramadhani Kania
ayo Zayn gangguin mrk saat berdua...jngn biarkn mek berjodoh....
2023-04-19
0
lina
pikiran nya bner2 nganggp rey kk y
2022-09-21
0