...🍀🍀🍀...
Rey dan Zahwa terkejut, manakala Selina beritahu mereka bahwa Raihan dan keluarganya ada di rumah Calabria.
"Eum...Zahwa, kalau kamu gak mau ketemu sama mereka. Kamu diam aja disini, biar kakak yang--"
"Nggak kak, aku tidak mau menghindar." Kata Zahwa sambil tersenyum tipis.
"Zahwa..."
"Kakak tenang aja," ucap Zahwa, lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Selina. "Ayo Sel, kita ke bawah!"
"Iya kakak...tapi kak Zahwa gak apa-apa kan?" Selina memperhatikan raut wajah Zahwa dengan cemas.
Zahwa menepuk pelan bahu Selina seraya menenangkan gadis remaja itu. "Kakak gak apa-apa kok, sayang." ucapnya lembut.
Ya, mungkin Zahwa memang bilang baik-baik saja diluar. Tapi hatinya? Tidak ada yang tau bagaimana. Selina dan Zahwa turun ke lantai bawah, dari kejauhan mereka melihat ustad Arifin, Iqbal, Salima dan Raihan tengah duduk di sofa bersama dengan Bram, Nilam, Amayra, Bima, Zayn dan Diana.
Mereka semua terlihat seperti sedang berbincang-bincang. Zahwa, Selina dan Rey sampai di lantai bawah. Hatinya masih berdebar ketika melihat Raihan menatap dirinya.
"Zahwa, sini duduk!" ucap Bram sambil menepuk-nepuk kursi kosong di sebelah Amayra.
"Iya, om." Zahwa patuh, dia duduk disamping mamanya.
Terlihat atensi yang tajam dari keluarganya pada keluarga Raihan. Jelas mereka masih marah karena insiden yang menjatuhkan harga diri dan nama baik keluarga Calabria.
"Ya, sekarang Zahwa sudah ada disini..silahkan katakan apa yang ingin pak ustad katakan!" Bram masih bisa menahan emosinya, dia mempersilahkan pria tua itu untuk bicara. Karena sebelumnya dia ingin bicara di depan Zahwa.
"Pertama-tama, saya minta maaf yang sebesarnya kepada kalian semua. Atas sikap cucu saya, Salima yang sudah membuat keluarga Calabria malu. Saya minta maaf juga, terutama kepada Zahwa." entah tulus atau tidak permintaan maaf itu, rasanya suara ustaz Arifin terdengar datar untuk orang yang meminta maaf. Tidak terdengar ada ketulusan di dalam nada bicaranya.
"Iya, saya juga ingin memohon maaf atas sikap saya yang tidak sopan kemarin. Zahwa, ustad minta maaf ya? Ustad sudah menyakiti perasaan kamu, pak Bram dan semuanya.... saya mohon maaf."
Berbeda dengan ustad Arifin, Iqbal terdengar lebih tulus dalam hal meminta maaf. Bahkan ia sampai mengatupkan kedua tangannya seraya memohon maaf pada keluarga Calabria.
"Oke, permintaan maaf sudah dilakukan oleh bapak ustad Arifin dan Bapak ustad Iqbal...nah sekarang, giliran Salimah yang meminta maaf." Kata Bram, dengan tatapan yang beralih kepada Salimah dengan tajam.
Salimah terdekat dengan ucapan dan tatapan Bram kepadanya. Mau tidak mau, dia harus meminta maaf atas kesalahannya. Sesekali dia melirik kepada Rey yang berdiri tepat di belakang Zahwa. "I-iya, Zahwa aku minta maaf ya!"
Cih, kenapa aku harus meminta maaf? Ini semua kan rencananya kak Reyndra. Kenapa aku harus meminta maaf atas kesalahan yang tidak aku perbuat?
Semua orang terperangah dengan permintaan maaf yang jelas tidak tulus itu. Kemudian satu tatapan mata dari Rey berhasil membuat Salimah tertunduk. Dia gemetar ketakutan dengan tatapan pria itu yang begitu tajam.
Salima mengepalkan tangan kuat-kuat, dia kesal sekali. Tapi dia harus menahan diri, sebab Rey juga menyimpan rahasianya. Hubungan mereka sudah menjadi simbiosis mutualisme secara tak sengaja.
"Zahwa, aku minta maaf ya...aku salah, aku sudah mempermalukan kamu. Niatku baik, Aku hanya ingin menunjukkan kepada Kak Raihan bahwa kamu itu bukan wanita baik-baik." Salimah mengatakan itu sambil mengelus dada dengan wajah memelas.
Astagfirullah!
Bukannya meminta maaf, wanita itu semakin menghina Zahwa. Tidak tahan lagi dengan ucapan Salimah, Amayra pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Salimah. Tangannya terangkat, lalu 1 tamparan keras mendarat di pipi Salimah.
Plakk!!
"Kamu bilang apa soal putriku?!"
Semua orang yang berada di sana terkejut, lantaran Amayra yang emosi. Zahwa dan Diana menghampiri Amayra guna menenangkannya.
"Abi...Abah, kakak...lihat...aku di pukul?" Salimah mengadu kepada keluarganya, sambil memegang pipinya.
Niat meminta maaf itu malah berakhir dengan kericuhan. Akhirnya Bram kembali menengahi semuanya. "Kalau kalian tidak tulus meminta maaf dengan keluarga kami, kenapa repot-repot datang kemari?"
Raihan yang dari tadi diam saja, akhirnya angkat bicara untuk menjelaskan situasi. "Maafkan kami om Bram, kami benar-benar tulus datang kemari untuk meminta maaf...kami tidak bermaksud untuk--"
"Alah! Minta maaf apanya? Kalian malah menghina anggota keluarga kami!" Bima kali ini yang bicara.
"Iya pak Bram, pak Bima, kami benar-benar tulus meminta maaf." ucap Iqbal yang terlihat merasa bersalah karena telah melukai hati keluarga Calabria.
"Abah...Abah tolong katakan sesuatu!" Pinta Raihan kepada ustadz Arifin agar menengahi semuanya.
"Abah pikir semuanya sudah impas, Bu Amayra menampar Salimah. Jadi anggap saja ini beres, sudahlah tak usah diperpanjang lagi." Kata ustad Arifin sambil beranjak dari tempat duduknya dengan arogan.
"Apa?!" Bram, Diana, Nilam, Amayra dan juga anggota keluarga Calabria yang lain terbelalak dengan ucapan seorang ustadz yang paham ilmu agama tapi sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seorang pemuka agama
Ya Allah, bagaimana ini? Niatku datang kemari untuk memperbaiki hubunganku dengan Zahwa. Tapi kenapa semua malah begini? Abah dan Salimah keterlaluan!
"Jadi begini ya caranya meminta maaf keluarga ustad Arifin?" Kata Bram sarkas.
Arifin tidak banyak bicara, namun sekali bicara, bicaranya sangat pedas. Dia mengajak semua anggota keluarganya untuk pergi dari rumah itu. Akhirnya Raihan tidak tahan lagi, dia pun memberontak kepada Abah dan abinya. "Abah! Abi! Kita kesini untuk memperbaiki hubungan keluarga kita dengan keluarga Zahwa. Kenapa Abi dan Abah..."
"Raihan, tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Kamu tidak usah mengharapkan lagi si Zahwa, Abah sudah punya calon untuk kamu!"
"Bagus, Zahwa juga tidak mau bersama Raihan kok! Zahwa akan mempunyai calon suami yang lebih baik dari Raihan!" Kata Bima sambil tersenyum sarkas.
Zahwa dan Raihan seketika panik, mendengar perdebatan antara anggota keluarga mereka. Apalagi mereka menyinggung soal calon yang lain.
"Abah! Raihan cuma mau nikah sama Zahwa!" Tegas Raihan pada abahnya.
"Raihan, kamu mau jadi anak durhaka?!"
Keadaan mereka sudah sangat panas. Akhirnya dengan berat hati, Raihan dan keluarganya pergi dari sana. Namun sebelum naik mobil dan meninggalkan rumah itu, Raihan kembali mendekat ke arah Zahwa, dihadapan semua orang. Raihan mengecup kening Zahwa.
Cup!
Sontak saja semua orang yang melihatnya tercengang. Rey kesal melihat Raihan begitu pada Zahwa.
"Mas..." lirih Zahwa terkejut, manakala keningnya dikecup oleh Raihan.
"Kita pasti akan menikah Zahwa dan aku hanya akan menikahimu..." ucapnya tulus, lalu berlalu pergi dari sana.
Zahwa menahan Raihan dengan mata berkaca-kaca, dia memang masih memiliki perasaan cinta yang besar untuk Raihan. Keduanya masih saling mencintai, akan tetapi bagaimana dengan keluarga mereka? Akankah hubungan dua keluarga yang telah hancur ini bisa kembali menyatu?
"Tidak! Zahwa tidak akan pernah menikah dengan kamu, Raihan!" Seru Amayra yang hatinya sudah begitu terluka, karena mendapatkan hinaan dari keluarga Raihan.
Raihan masuk ke dalam mobil, dia berpura-pura tidak mendengar ucapan Amayra. Pria itu menangis, mengapa hubungannya dan Zahwa jadi seperti ini?
...****...
Hai Readers! Author mau up lagi, berhubung ini hari Senin... boleh dong author minta vote, atau gift nya 😘😘😁🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Dirmayanti Maryam
jgn pernh menikah jk tdk mendpt restu dri org tua sdh byk aq liat di dpn mta, ujung²nya akn berantakn
2022-10-11
1
Vita Zhao
arifin tak pantas disebut orang yang paham agama🤬.
miris sekali nasib hubungan zahwa dan raihan🥺
2022-08-26
1
Tiahsutiah
bagus Amaira keputusan mu sdh tepat jngan sampe zahwa menikah dengan raihan karna pasti d poligami
2022-08-21
1