Percayalah, Aku Masih Suci
...🍀🍀🍀...
Seorang gadis cantik, berhijab putih,memakai dress putih, nampak sedang duduk di depan meja rias sambil bercermin. Gadis cantik itu tersenyum manis dan wajahnya tersirat kebahagiaan. Sungguh, gadis itu terlihat sangat bercahaya dengan hiasan tipis di wajahnya. Ketika ia tersenyum lebar, terlihat dua lesung pipinya yang menambah keindahan dirinya sebagai kaum hawa.
Alasan yang membuatnya bahagia hari ini adalah karena hari ini, adalah hari yang sudah ditunggunya. Dia akan melangsungkan pernikahan dengan pria yang ia cintai sejak lama.
"Zahwa...Rayhan sudah datang, tuh!"
Terlihat seorang wanita berhijab berwarna biru langit dengan gamis berwarna putih, berjalan mendekatinya. "Benarkah, Ma? Mas Rayhan udah datang?" Mata Zahwa berbinar-binar menatap sang mama.
"Iya, kamu sudah siap kan?" Tanya Amayra sambil memegang kedua bahu putrinya.
"Insya Allah, Zahwa siap, Ma." Zahwa tersenyum, ia sudah memantapkan hatinya untuk menikah dengan Rayhan. Seorang pria yang usianya hanya berbeda dua tahun darinya. Pria itu baru saja lulus dari universitas terkemuka di Mesir. Setelah lulus dari sana, Rayhan langsung meminta kedua orang tuanya untuk melamar Zahwa dan lamarannya diterima.
Ya, itu juga karena mereka sudah memiliki janji pernikahan sebelumnya. Selain memiliki janji pernikahan, mereka berdua juga saling mencintai.
"Nak, kamu harus ingat ya...kewajiban seorang istri kepada suaminya. Ingatlah kalau kamu akan menjadi istri seorang ustadz, mama harap kamu selalu berusaha menjadi lebih baik ya, Zahwa."
Entah berapa kali Amayra terus mengingatkan putrinya akan kewajiban menjadi seorang istri. Apalagi Zahwa akan menjadi istri dari seorang anak pemuka agama, calon ustadz, yang akan mengurus pesantren di masa depan. Alasan Amayra khawatir adalah karena sikap anak gadisnya ini yang sedikit tomboi.
"Insya Allah ma, Zahwa akan menjadi istri yang baik untuk suami Zahwa. Mama gak usah cemas gitu," Zahwa memegang tangan mamanya, seraya menenangkan hati Amayra.
"Baiklah, mama percaya sama kamu...haahh.." Amayra menghela nafasnya. "Ya udah, ayo kita turun ke bawah. Tamu-tamu udah nunggu tuh," ucapnya lagi pada Zahwa.
Calon pengantin wanita itu menganggukan kepala, lalu ia beranjak dari tempat duduknya. Ketika Amayra dan Zahwa akan berjalan menuju ke depan pintu, langkah mereka terhenti dan atensi mereka tercuri saat melihat ada seorang pria gagah dengan setelan jas rapi, bertubuh tinggi, berwajah tampan dan berkulit putih tengah berdiri didepan pintu.
"Rey? Kamu udah kembali dari Singapore? Katanya kamu akan kembali besok?" Sambut Amayra dengan senyuman hangat pada pria yang dipanggil Rey itu.
Sementara Zahwa memalingkan mukanya ketika melihat Rey. Tangannya mencengkeram erat dress putih miliknya.
"Masa iya aku gak datang ke pernikahan adikku sendiri, Tante." Rey melirik ke arah Zahwa yang sedari tadi tak mau melihat dirinya. Rey tidak mengedipkan matanya saat melihat calon pengantin wanita itu.
"Alhamdulillah kalau kamu hadir, Tante senang sekali." Amayra tersenyum, dia senang karena Rey sudah kembali dari Singapore, masalah urusan bisnisnya.
"Iya Tante, Rey tidak mungkin melewatkan pernikahan Zahwa dan Rayhan. Jadi, dihari bahagia ini....aku harus datang mendoakan mereka, memberikan restu supaya pernikahan mereka samawa." Rey menoleh ke arah Zahwa, terlihat senyum getir di wajahnya.
Kamu cantik Zahwa, tapi sayangnya kamu akan jadi istri orang.
"Tante, boleh gak Rey bicara berdua sama Zahwa?"
"Oke, jangan lama-lama." Amayra memberikan izin kepada Rey untuk bicara berdua dengan Zahwa. Lantaran, Amayra tahu bahwa Rey dan Zahwa sangat dekat. Sebagai adik kakak.
Amayra berjalan keluar dari kamar itu, dia menuruni anak tangga yang menuju ke lantai bawah. Sementara itu Zahwa masih diam membeku, memalingkan wajahnya dari Rey.
"Hey...my Nemo!" Seru Rey memanggil nama Zahwa dengan sebutan my Nemo. Itu karena Zahwa sangat menyukai ikan hias dalam serial finding Nemo.
Zahwa masih dengan wajah cemberutnya, dia diam tanpa kata. "Zahwa, kamu masih marah ya? Aku udah datang loh, kenapa kamu masih cemberut?"
"Katanya kakak gak akan datang, tapi kakak datang?" Bibir gadis cantik itu mengerucut.
"Jadi, kamu tidak senang aku datang?" Rey menatap ke arah Zahwa, entah kenapa ada luka tersirat di matanya.
"Aku... seneng kok. Malah tadinya aku pikir kakak gak bisa datang," Zahwa bersedih, jika kakaknya itu benar-benar tidak datang ke acara pernikahannya.
"Ya udah, jangan cemberut lagi. Bentar lagi kamu mau nikah, kamu harus tersenyum di hari bahagia ini." Tangan Rey membelai pipi Zahwa dengan lembut.
Gadis itu menganggukan kepala, lihat matanya mulai berembun. "Jangan nangis Zahwa, nanti make up kamu luntur. Kamu harus terlihat cantik di depan suamimu malam ini." Rey melarang adiknya untuk menangis di hari bahagianya. Sungguh akan sangat disayangkan bila gadis cantik itu menangis.
"Hehehe, iya kakak..." sekuat mungkin, Zahwa menahan air matanya agar tidak keluar.
Tiba-tiba saja tanpa meminta izin, Rey meraih tubuh Zahwa kemudian dia memeluknya. "Kamu... harus bahagia bersama Raihan, kalau dia menyakiti kamu. Kamu wajib bilang sama kakak,"
"Mas Rayhan, tidak akan pernah melakukan itu Kak. Aku percaya padanya," ucapnya yang begitu mempercayai pria bernama Rayhan itu.
"Iya, aku juga sangat percaya padanya." Rey membelai lagi kepala Zahwa, ada senyum kecut di bibirnya.
Tiba-tiba ada tangan yang memegang tangan Rey dan menyingkirkannya dari kepala Zahwa. "Zahwa, sudah waktunya....cepatlah, kak Rayhan sudah menunggumu." ucap pria bertubuh tinggi dan berparas tampan itu. Atensinya tertuju pada Rey.
"Iya kak Zayn, ayo kita sama-sama ke bawah." Ajak Zahwa pada kedua kakaknya itu.
"Tidak, kamu duluan aja. Kakak mau ambil sesuatu dulu." Kata Zayn pada saudara kembarnya itu.
Zahwa menganggukan kepalanya kemudian dia berjalan menuruni anak tangga, dibantu oleh seorang gadis remaja. Dia adalah Selina, sepupunya yang baru saja menginjak kelas 2 SMP. Berbeda dengan Zahwa yang berhijab, Selina tidak menggunakan hijabnya.
"Ayo Zayn, kita juga harus--"
"Gak kak, ayo kita bicara sebentar." ucap Zayn sambil memegang tangan Rey, atensinya begitu tajam pada kakak sepupunya itu.
"Ya, kamu mau bicara apa?" Tanya Rey melihat raut wajah Zayn yang serius itu.
"Kak, tolong jangan deketin Zahwa lagi! Zahwa sudah mau menikah dengan kak Rayhan." Kata Zayn tegas.
"Dia adikku, Zayn...kenapa aku tidak boleh dekat dengannya?" Tanya Rey tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Zayn.
Zayn tersenyum sarkas. "Adik? Apa benar kakak menganggap Zahwa seperti itu? Kakak sendiri yang paling tau jawabannya, siapa Zahwa di hati dan dalam hidup kakak! Aku harap kakak segera melupakan perasaan pada Zahwa."
Rey menundukkan kepalanya, rasanya kata-kata Zain seperti menelanjanginya. Kedua sorot mata yang tajam itu saling memandang. Sesak rasanya hati Rey, tak cukup dengan hadir di sana. Dia juga harus mendapatkan penentangan yang sangat jelas dari Zayn.
*****
Semua tamu telah hadir di lantai bawah rumah itu. Semua mata memandang ke arah Zahwa, terutama seorang pria yang berpakaian putih dan memakai peci berwarna putih juga. Pria tampan, dengan kulit yang sering disebut hitam manis. Ialah Muhammad Rayhan Abizar, putra dari Muhammad Iqbal Ansharullah. Seorang pemuka agama, pemilik pesantren Ar-Rasyid.
Kebanyakan yang hadir di sana adalah pemuka agama dan beberapa teman Zahwa, juga kerabat-kerabat keluarganya. Tidak ada pesta resepsi mewah, karena Zahwa dan Rayhan sepakat untuk mengadakannya secara sederhana. Yang penting sah!
Masya Allah, cantik sekali Zahwa.
Pria itu tak berkedip manakala dia melihat kecantikan calon pengantinnya. Zahwa dituntun oleh mamanya dan juga tantenya, Diana.
Kini mereka berdua sudah duduk bersampingan. Keduanya terlihat tersipu malu, dengan hati berdebar mereka akan menghadapi akad pernikahan.
"Baiklah, apa semuanya sudah siap? Apa sudah bisa dimulai?" Tanya seorang penghulu yang sudah siap untuk menikahkan mereka berdua.
Zahwa dan Rayhan mengangguk dengan yakin. Tanpa mereka sadari, Rey melihat itu dari kejauhan. Ia tak berani mendekat ke arah Zahwa. Tersirat luka di matanya itu.
Semoga kamu bahagia Zahwa. Rey memegang dadanya yang terasa sesak itu.
Penghulu itu memegang tangan Rayhan, lalu mulai mengucapkan ijab kabul.
"Bismillahirrahmanirrahim....saya nikahkan saudara Muhammad Ray--"
"Tunggu!! Hentikan pernikahan ini!" Teriak seorang wanita yang berdiri di ambang pintu rumah itu.
Sontak saja, semua orang melihat ke arahnya dan ijab kabul itu terhenti karena suaranya.
...****...
Hai Readers, jangan lupa komennya dong 😍🙈 berhubung ini hari Senin, boleh dong minta vote atau gift nya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
yani suko
kalo sudah sah, baru mempelai wanita duduk di sebelah suaminya
2023-10-07
0
manisa
suka banget
2023-06-20
0
Ramadhani Kania
hadir thor...walau telat 🤭🙏
2023-04-14
1