NovelToon NovelToon

Maheswari

01. Laki-laki Tidak Setia.

"Kita putus saja!" Satu kalimat itu mampu melunturkan senyuman yang tercetak di bibirku.

Tunggu, beberapa detik yang lalu benda kecil bernama hati masih berdiri tegak dengan sejuta kebahagiaan, dan sekarang rasanya sudah hancur berkeping bahkan menjadi butiran debu.

Lenggokan tubuh dan wajah ayu didepan, bahkan suara gamelan yang kudengar serasa berhenti saat ini juga. Bagaimana perasaan kalian jika tiba-tiba lelaki yang sudah dipercayai mengatakan kata putus, itu hal yang tidak akan pernah terpikir sedikitpun olehku. Namun, nyatanya kini terjadi.

Sedangkan tersangkanya justru menatapku dengan wajah datar, air mukannya sangat tenang dan tanpa emosi.

KENYATAAN MACAM APA INI?!

"Ini bukan ulang tahunku Arsen, ngak usah ngerusak mood deh!" Ini pasti hanya gurauan saja.

Arsen adalah seseorang yang mampu membuatku bergantung dengannya selama 5 tahun ini, tentu saja sudah jelas seperti apa hubungan yang sudah berjalan selama 5 tahun. Bahkan beberapa bulan lagi Arsen sudah berjanji akan melamarku.

"Kita udah enggak cocok!"

Kami saling mengenal saat pertama kali memasuki kuliah. Belajar bersama, melewati masa susah bersama dan berhasil menyandang gelar sarjana bersama pula. Arsen lelaki yang memiliki pola pikir dewasa dan selalu berpikir matang-matang saat bertindak, meski begitu dia bukanlah orang yang kaku. Siapa wanita yang tidak bahagia jika memiliki pacar seperti Arsen.

"Kamu kenapa sih tiba-tiba ngomong kaya gini?"

Aneh saja karena dari sebelumnya kami tidak terlibat dalam pertengkaran, bahkan hubungan kita selama ini baik-baik saja. Hanya pertengkaran karena masalah kecil, itu pun sudah lama sekali.

Bahkan tadi malam kami juga masih melakukan runitas kami setiap malam, yaitu video call. Video call yang akan dimatikan sampai salah satu dari kami tertidur.

"Ya kita udah enggak cocok aja, putuslah jalan tengahnya." Jawabnya santai.

Ingin sekali rasanya mengeluarkan segala macam sumpah serapah yang tertahan, bagaimana bisa kalimat itu dengan entengnya diucapkan. Seperti yang kubilang tadi, Arsen itu orang yang selalu berpikir matang sebelum bertindak. Dan untuk kali ini alasan setidak masuk akal itu dia katakan.

"Cewek lain? Kamu udah dapet cewek baru, terus bilang gini ke aku?"

Arsen diam, dan kata orang diam itu artinya adalah iya, tapi kali ini hatiku menolak jika jawabannya adalah iya.

Tanganku mencoba meraih lengannya, tapi diluar dugaan dia justru menjauhkan tangannya. "Jawab Sen!"

Arsen menjauh satu langkah dariku, "kita udahan, gausah saling kenal dan lupain semua yang udah terjadi!"

Plakk....

Kuyakin perih rasanya karena aku menamparnya terlalu kuat, tapi biarlah toh tamparan itu saja tidak mampu menghilangkan sesak di dadaku.

Kenangan selama lima tahun itu bukanlah hal mudah yang bisa dilupakan begitu saja, empat tahun kita lalui sebagai mahasiswa bersama dengan segala suka dukannya.

Sekarang aku menjadi guru yang mengampu mapel SB di salah satu SMP, dan dirinya sukses besar dengan usaha yang dia miliki. Dalam satu tahun berhasil membangun tempat usahanya itu menjadi sangat besar, dia bos muda sekarang. Mungkin memang tidak cocok dengan guru SMP sepertiku.

Aku sering mendengar jika orang yang menemani dari 'nol' akan terbuang saat laki-laki itu menemui wanita yang jauh lebih baik. Aku memang terlalu bergantung dengan Arsen karena selama ini sudah sangat mempercayainya. Tapi meski begitu, kurasa aku juga berperan dalam Arsen merintis usahanya ini. Memberikan dia semangat, dukungan dan dia juga selalu mendiskusikan denganku apa yang akan dilakukannya ke depan.

Mungkin memang kita belum berjodoh, meski rasanya sangat sakit dihianati seperti ini. Tapi aku adalah wanita yang kuat dan tidak akan mengemis cinta. Masalah barunya adalah aku sudah terlanjur berkata pada ibuku jika bulan depan Arsen akan datang ke rumah untuk melamar. Lalu bagaimana jika ibu tahu aku dan Arsen sudah putus? Bukankah itu suatu bencana besar.

Ibuku sudah cocok dengan Arsen, beberapa kali aku mengajak Arsen ke rumah dan ibu berkata sangat bahagia mendapatkan menantu tampan seperti Arsen.

"Sen...." Sejak kapan suaraku menjadi parau seperti ini, dan tiba-tiba saja air mataku keluar tanpa diminta. Aku benar-benar tidak mau menangis, aku benci terlihat lemah.

Jari Arsen begerak mengusap pipiku dengan lembut, dia tidak membiarkan air mata itu mengalir. "Janji ya ini terakhir kalinya kamu nangis, kita belum berjodoh jadi gaada yang perlu ditangisi."

Kenapa semuanya berubah hanya dalam hitungan detik?

"Itu aku udah pesenin taksi buat kamu, aku duluan ya." Arsen menunjuk taksi yang berada jauh diluar.

Saat ini kami sedang melihat pementasan tari di keraton Yogyakarta, di hari tertentu ada pertunjukan tari untuk umum yang digelar di depan keraton. Dan bahkan baru beberapa menit kita disini tapi semuanya sudah berubah.

Aku menahan tanganya saat dia sudah berjalan dua langkah menjauhiku, "K-kamu beneran nggak mau jelasin sesuatu?"

"Lupain aku, aku cuma cowok brengsek yang udah ngerusak kepercayaan kamu."

"Mana sih cewek barunya, aku mau lihat!" Ya mungkin jika Arsen membawaku ke pacar barunya itu aku akan mencakar wajahnya dan menjambak rambutnya sampai puas.

Ya memang ini salah Arsen, tapi aku nggak akan bisa nyakitin dia karena kata orang cinta itu buta. Juga kata orang lagi, seorang tamu nggak akan pernah masuk jika tidak dibukakan pintu jadi kesalahan juga ada pada pihak wanitanya bukan?

Sebenarnya perempuan seperti apa yang mampu membuat hubungan 5 tahun berpaling? Apakah seksi menggoda semacam lont* ataukah wanita menor seperti cabe-cabean?

Arsen kembali mengusap pipiku yang basah karena air mata, kali ini sedikit senyuman terulas. "Kamu cantik, baik dan pengertian banget. Pasti kamu dapet orang yang tepat." Setelahnya Arsen berbalik dan melangkahkan kakinya dengan cepat.

Aku berharap jika ini adalah mimpi tapi sepetinya memang hubunganku harus kandas disini. Kandas dengan tidak terhormat.

Aku langsung pergi menuju ke taksi yang tadi sudah dipesan Arsen untuk segera pulang kerumah, walaupun lagi marah banget sama Arsen tapi kan kalo taksinya nggak dinaikin sayang juga. Males aja nunggu lama lagi kalo pesen taksi baru.

Begitu sampai dirumah, di depan ada mobil yang sepertinya milik budhe Retno, dia adalah kakak dari ibuku. Benar saja saat aku masuk, budhe dan ibu lagi ngobrol di ruang tamu.

Setelah menyalimi tangan ibu aku langsung menyalimi tangan budhe, "eh Budhe udah dari tadi?"

"Udah Zai, kamu darimana hari minggu gini?"

"Habis pergi keluar bu-"

Belum sempat aku menuntaskan kalimatku, budhe sudah menyelanya. "Oh pasti sama pacar kamu itu ya, Arsen kan namanya. Ini ibumu juga baru cerita kalo bulan depan kalian lamaran. Haduh selamat deh Zaina, kamu pasti bakal jadi manten paling cantik di dunia ini."

Aku hanya tersenyum simpul, budhe Retno ini orangnya memang sangat heboh sekali jika mendengar berita sesuatu. Dia juga selalu menjadi penghidup suasana saat kumpul keluarga, dengan mulut ceriwisnya yang selalu sukses membuat kami tertawa.

"Yasudah, Ibu Budhe. Zaina masuk dulu ya."

Aku langsung bergegas masuk ke kamar, rasanya ingin tidur seharian agar pikiranku bisa fress kembali. Mendapati kenyataan dihianati tenyata lebih melelahkan daripada kerja rodi selama seminggu.

"Lha Nduk, kok udah pulang. Bukannya baru berangkat?"

Aku menoleh saat tiba-tiba suara ibu mengangetkanku, ibu menyembulkan wajahnya daribalik pintu kamar. Memang benar ibu itu adalah orang yang paling peka di dunia dan tahu jika kita menyimpan masalah, aku sangat bersyukur ibuku ini selalu menjadi penyemangatku.

"Iya Bu, panas banget cuacanya jadinya pulang."

"Beneran? Kok pulangnya naik taksi? Arsen mana? Lagi marahan sama Arsen?" Sudah kubilang tadi jika ibuku adalah mahluk terpeka di dunia ini, sangat cermat bahkan hanya masalah aku tidak pulang dengan Arsen.

Hatiku bimbang harus jujur atau tidak, jika jujur pasti ibu akan ikut sedih karena Arsen itu menantu idamannya sedangkan jika tidak jujur mau bagaimana? Kami sudah tidak ada hubungan dan pada akhirnya ibu juga akan tahu.

Menatap mata ibu yang sangat teduh, membuatku semakin yakin untuk tidak menutupi apapun dari ibu, "kita putus, Bu." Dapat kulihat dengan jelas perubahan di wajah Ibu, aku tidak tahu artinya tapi satu yang pasti Ibu sangatlah kecewa.

"Nduk, jangan bohongin Ibumu soal kaya gini!"

"Zaina serius, Bu."

Ibu meraih kedua tanganku dan mengusap punggungku dengan lembut, setidaknya perlakuan seperti itu saja dapat menenangkanku.

"Lho kok bisa? Kalian nggak ada masalah apa-apa kan?"

"Belum jodoh aja, Bu."

"Haduh kok bisa to Nduk, ibu udah bilang sama budhe sama makde mu kalau bulan depan kamu lamaran."

Kabar bahagia apalagi mengenai putrinya akan selalu ibu bagikan, ya kami ini keluarga dan keluarga selalu membagi kebahagiaannya.

"Udah nggak papa Bu, nanti Zaina yang jelasin sama-"

"Telfon Arsen, Ibu mau ngomong!"

"Udah Bu, cowok tuh bukan Arsen aja, masih banyak diluar sana. Putri Ibu ini cantik, besok Zaina bawain mantu ganteng buat Ibu."

Ibu ikut terkekeh mendengarkan ucapanku, ibu pasti sangat kecewa. Tapi setidaknya aku sangat lega senyuman masih bisa diukir dari bibirnya.

...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...

...Dont forget to click the vote button!...

...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Welcome to the frist chapter, jangan lupa vote dan komennya ya. Terimakasih.

02. Transmigrasi ke Masa Kerajaan.

Panas terik matahari rasanya sebentar lagi akan membakar tubuhku, kami baru saja menuruni bus untuk selanjutnya masuk ke museum sejarah. Aku adalah seorang guru di salah satu SMP, meski mengampu mapel SB tapi karena menjadi seorang wali kelas jadinya harus ikut pergi study tour seperti ini. Hey Bung, menjaga anak SMP yang tengah mencari jati diri itu bukanlah hal yang mudah.

Jika diberi pilihan mungkin aku lebih memilih untuk tidur seharian saja daridapa harus pergi seperti ini, terlebih perasaanku sedang kacau. Meski berusaha terlihat baik-baik saja, tapi nyatanya ada yang pecah namanya hati.

Mengulas senyumku sedikit lebih lebar, aku masih ingat kok etika seorang guru, harus selalu bisa tersenyum dan ramah dalam kondisi apapun. Baiklah aku bisa melalui ini, ini hanyalah cobaan dari Tuhan.

Memasuki area dalam museum aku benar-benar bernafas lega karena banyaknya ac yang membuat tubuhku dingin seketika. Mengatur barisan anak didikku yang sudah kubilang sangat susah diatur.

Setelah mengabsen mereka dan memastikan tidak ada satupun yang menghilang, aku menyuruh mereka mengikuti pemandu yang berada di depan. Sedangkan aku lebih memilih duduk di salah satu kursi daripada harus pegal ikut berkeliling museum. Di sampingku ada Bu Ratna, yang merupakan temanku mengajar juga dia adalah seorang guru sejarah.

Bu Ratna beranjak dari duduknya dan mendekati sebuah kotak kaca, "Zaina, lihatlah ini adalah gelang.... " Dia menatapku yang berarti sedang berbicara denganku.

Tanpa lama-lama akupun ikut beranjak untuk berdiri di dekatnya, gelang emas dengan ukiran naga yang pastinya terlihat sekali jika itu sudah berumur sangat lama, emasnya juga bukan emas berkilau. Emas kuning yang mungkin saja karatnya tinggi, pastilah kan jaman dulu mana ada emas campuran.

"Ini adalah gelang yang dibuat oleh Raja Airlangga, untuk wanitanya."

Aku hanya mengangguk mendengarkan penjelasan dari bu Ratna itu, tapi menurutku seorang raja itu kan memiliki waktu yang sangat sibuk untuk mengurusi kepemimpinannya. Apakah dia punya waktu untuk membuat sebuah gelang? Jika itu benar maka raja itu sangat romantis.

"Sangat bagus itu, Bu. Itu artinya raja sangat mencintai wanitannya itu."

Bu Ratna menggeleng, "Heum, benar juga. Tapi.... "

"Tapi apa Bu?"

"Raja pada akhirnya memutuskan untuk menjadi pertapa, bukankah itu berarti dia tidak tertarik dengan urusan dunia bahkan yang namanya cinta."

Seorang pertapa berarti sudah melepaskan semua urusan dunianya, sampai membuat gelang di waktu sibuknya tentu adalah arti jika raja sangat mencintai wanita itu, membuat gelang itu tidak mudah. Lalu jika cintanya terlalu besar bagaimana bisa dia menjadi seorang pertapa, meninggalkan wanitanya itu dan pergi bertapa di gunung. Sangat aneh tentunya.

Setelah mengunjungi museum bus bergerak untuk menuju ke gapura wringin lawang yang merupakan peninggalan dari zaman majapahit. Dulu aku juga pernah kesini, saat masa sekolah tentunya, tapi hari ini tidak terlalu ramai.

Mengkondisikan barisan muridku yang ada saja yang nakal, tentu mengeluarkan tenaga ektra. Disana bu Ratna tengah menjelaskan tentang gapura wringin lawang ini, yaitu gapura untuk masuk ke kawasan majapahit. Setelah menjelaskan panjang lebar pada anak-anak, bu Ratna membubarkan anak-anak untuk beristirahat sebentar disini.

Hanya memandangi gerak gerik anak didikku, memastikan mereka tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

"Bu ayo kita foto disana, Bu." Muridku yang bernama Aldo ini memang tidak pernah sopan, tiba-tiba saja menarikku untuk berdiri di tengah-tengah gapura wringin lawang.

Aku tersenyum saat jepretan foto mengarah ke arah kami, "Terimaksih Bu Zai yang cantik." Ucap Aldo dengan senyum sok Manisnya yang dibuat-buat.

"Udah sana ngumpul sama yang lain awas kalo ngilang!" Daguku menunjuk pada anak didikku yang lain, mereka tengah menikmati makan siang atau sekedar bersantai di bawah pohon.

"Siap, Bu."

Aldo pergi berkumpul bersama teman-temanya, aku sangat bersyukur dia tidak membuat ulah kali ini. Melihat mereka ada yang sedang makan, akupun berniat untuk mendatangi mereka dan mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, ini kawasan cagar budaya tentu jangan sampai dikotori.

Saat aku akan beranjak, tiba-tiba saja sinar matahari yang tadinya sangat terik perlahan meredup lalu semua semakin gelap, aku mendogak ke atas dan melihat jika matahari mulai tertutup perlahan oleh bayangan.

"Gerhana! Gerhana! Tutup mata kalian!" Kudengar suara pak Anton memperingatkan para murid, setelah menyadari jika itu gerhana aku juga langsung menutup mata tanpa ada niatan untuk beranjak bersama yang lain dahulu. Lebih baik menutup mata dulu daripada jadi buta, karena tadi aku sempat menatapnya sedikit.

Gerhana matahari itu bisa menyebabkan kerusakan fatal pada mata, itu sebabnya jika ingin melihat gerhana tidak bisa secara langsung, harus pakai kacamata khusus gerhana.

Mataku tertutup, tapi aku tidak tuli. Para murid perempuan ada yang berteriak dan suasana seketika menjadi ramai. Karena ini memang hal yang aneh, biasanya gerhana matahari akan diprediksi datangnya dan seperti biasa peristiwa unik itu akan disiarkan di televisi tapi kali ini bahkan aku tidak mendapatkan berita akan terjadi gerhana matahari.

Sayup-sayup keributan itu semakin jelas, bukan lebih tepatnya sepertinya orang disini semakin ramai. Aku mendengar suara muridku sudah nyaris tidak terdengar tergantikan oleh suara orang dewasa yang tengah berbincang. Tunggu, darimana datangnya mereka?

"Ndoro...." Satu kalimat lembut itu akhirnya membuatku mantap membuka mata, untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Yang pertama aku lihat adalah sebuah pasar luar ruangan yang sangat ramai, pasar tradisional yang sangat-sangat sederhana. Aku mengerjapkan mata memastikan jika pandanganku tidak salah, menguceknya berkali-kali mungkin sampai merah. Tapi tidak juga tempat di hadapanku ini berubah.

Aku melihat sekeliling dan tempatku berdiri adalah sama seperti tadi yaitu gapura wringin lawang hanya saja tempat di depanku yang tadinya taman kini berubah menjadi pasar tradisional. Apa maksudnya ini?

"Ndoro.... " Aku melihat ke bawah mencari sumber suara itu seorang anak kecil yang menadahakan tangannya ke atas, pakaiannya banyak tambalan dan wajahnya juga kusam penuh debu.

Mengesampingkan kebingunanku aku merogoh bungkusan kecil yang berada di tanganku, memberikan satu keping pada anak itu. "Terimaksih Ndoro... Terimaksih." Dia sepertinya sangat senang.

Tunggu, sejak kapan aku memegang bungkusan, kuperhatikan pakaianku. Ini adalah kemben, jarit dan selendang. Mengapa aku juga berubah penampilan? Rasanya tidak mungkin jika ini tempat syuting film kolosal, orang-orang yang belanja di pasar ini sangat banyak, bahkan kulihat di ujung sana ada rumah-rumah kayu.

Apakah aku terdampar di masa lalu?

Aku melanjutkan langkahku untuk menuruni gapura, berbaur dengan orang-orang yang tengah tawar-menawar barang. Kelihatannya di pasar ini semua berbaur dari kalangan atas yang menggunakan kemben bagus hingga mereka yang hanya terlilit oleh jarit.

Mungkin ini mimpi, bisa saja tadi karena terlalu lama menutup mata aku malah jadi tertidur. Kucoba untuk mencubit sekuat tenaga tangan kiriku, awhhhh... sakit. Tubuhku lemas seketika, saat sadar jika ini bukanlah mimpi dan aku juga bukan sedang syuting drama kolosal.

Takdir macam apa ini? Mengapa aku harus terdampar di negri antah berantah seperti ini.

"Ndoro...." Seorang wanita memegang tanganku dengan wajah terkejut. Dia terlihat dua tahun lebih muda dariku, kulitnya kuning langsat dan rambutnya di cepol.

"Mbok Jum! Ndoro Ayu selamat Mbok." Dari teriakan itu, seorang lagi wanita tua datang terpogoh-pogoh dengan sayuran di pelukannya.

Aku masih diam seperti patung saat wajah mereka berubah senang seperti baru saja mendapat lontre.

"Ayo kita pulang Ndoro ... Ndoro kemana saja?"

Kulihat wajah wanita tua itu bahkan berkaca-kaca, dia seperti senang sekali melihatku. Tapi aku tidak tahu siapa mereka.

Aku mengikuti langkah mereka karena kurasa mereka bukan orang jahat dan juga sepertinya menguntungkan bagiku untuk mengikuti mereka. Disini aku tidak mengenal siapapun, tidak mungkin kan aku harus menjadi gelandangan yang meminta-minta uang.

...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...

...Dont forget to click the vote button!...

...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

03. Maheswari.

[Sebelum dilanjutkan tolong perhatikan! Cerita ini adalah fiksi sejarah yaitu sebuah genre kesusastraan di mana alurnya terjadi dalam sebuah setting yang berada pada masa lampau. Jadi cerita ini tidak bermaksud untuk membelokkan sejarah atau membuat keliru dalam memahami sejarah. Ini hanyalah FIKSI/TIDAK NYATA dan hanya untuk hiburan semata. ALUR CERITA SAMA SEKALI TIDAK SAMA DENGAN SEJARAH YANG TERCATAT dan adapun kesamaan nama itu hanya meminjam nama saja. Kurang dan lebihnya terimaksih. Selamat menikmati cerita ini.]

Sampailah aku dan dua wanita ini di depan rumah berbentuk Joglo tradisional dan memiliki banyak bagian. Mungkin di masa ini rumah seperti ini sudah terbilang sangat mewah, karena tadi di perjalanan cukup banyak rumah yang terbuat dari anyaman bambu.

Lantai terbuat dari tegel kuno, entah itu batu yang dibuat mengkilap atau apa aku juga tidak tahu. Ada beberapa patung simbolis yang dipajang juga, setiap patung memiliki makna dan kebetulan aku tidak tahu maknanya apa.

"Maheswari...." Seorang wanita tiba-tiba saja datang memelukku.

Dia mungkin berusia sekitar empat puluh lima tahunan, dilihat dari pakaiannya mungkin dia adalah Nyonya di rumah ini. Berbeda dengan dua orang yang tadi memanggilku Ndoro, mereka sepertinya adalah pelayannya.

"Benarkah ini dirimu, Nak?"

Air mata bahagia mengalir diwajahnya, entah mengapa aku menjadi tersentuh. Mengapa dia memanggilku Maheswari? Pasti karena aku mirip dengan Maheswari anaknya itu.

"Bayanaka, Antanaka! Kemarilah adik kalian kembali!"

Seorang lelaki datang dan langsung memelukku, tak lama seorang lelaki lain juga datang menyusul dengan wajah terkejutnya.

"Bagaimana bisa? Lalu siapa yang kita kuburkan?" Ucap lelaki yang lebih tua.

"Sudahlah itu tidak penting Kanda, yang penting adik kita baik-baik saja."

"M-memangnya apa yang terjadi?" Aku bercicit pelan, takut jika ada kalimat yang salah. Karena aku tidak tahu apapun disini.

Lelaki yang lebih tua itu beranjak mendekat dan duduk di depan kami bertiga. "Setelah dua minggu kau menghilang, ditemukan jasad yang tidak utuh di kali Lor. Pakaian yang dikenakan persis seperti yang kau pakai, jadi kami semua mengira jika itu dirimu. Acara pemakaman juga sudah dilakukan." Aku hanya mengangguk.

Jadi seperti itu Maheswari menghilang selama dua minggu dan ditemukan jasad yang pakaiannya mirip dengannya, memang belum bisa ditentukan itu jasad Maheswari atau bukan karena pastinya di zaman ini belum ada teknologi semacam tes dna. Tetapi kemungkinan besar jasad yang ditemukan itu memang Maheswari yang asli, aku kan bukan Maheswari tapi aku Zaina.

"Tunggu apalagi Bayanaka, cepatlah susul romomu dia harus tahu ini!"

Lelaki yang lebih tua itu ternyata bernama Bayanaka, dia mengangguk lalu langsung bergegas pergi.

"Ibu akan pergi meminta pelayan menyiapkan makanan." Aku mengangguk.

"Sebenarnya kau kemana saja Maheswari? Sampai dua minggu lebih menghilang."

Otakku mencoba mencari alasan yang masuk akal tapi nihil, aku saja tidak tahu mengapa Maheswari bisa kabur dari rumah tidak mungkin kan menjawab sembarangan. Jangan sampai jawabanku tidak nyambung dan justru menjadi boomerang, aku tidak mau diusir karena mereka tahu aku bukan Maheswari. Tidak mau lah jadi gelandnagan di negeri antah berantah.

"Itu tidak penting Kanda, yang penting sekarang aku sudah berada disini." Rasanya lidahku terasa aneh mengucapkan kalimat seperti itu. Terlebih aku aku harus bersikap setenang mungkin sama seperti ibu Maheswari tadi.

Meski tidak begitu mengerti sejarah, tapi aku tidak telalu bodoh untuk tahu di zaman ini sudah pasti para wanitanya bersikap lemah lembut dan juga manis. Berbeda dengan di zamanku tidak ada aturan wanita harus bersikap selembut di zaman ini tentunya.

Perempuan muda yang tadi menemukanku di pasar datang dan bersimpuh di lantai, sungguh aku merasa tidak enak. "Air mandinya sudah siap Ndoro."

Aku mengangguk, aku tidak meminta disiapkan air mandi tapi ini sudah disiapkan. "Antar aku mandi." Perempuan tadi menautkan alisnya kebingungan, tapi selanjutnya mengangguk saja.

"Mari Kanda." Aku tersenyum dan membungkukan sedikit badanku sebagai rasa hormat, mungkin tidak perlu sesopan itu juga tapi cari aman saja daripada aku diusir.

"Berjalanlah disampingku, "

Perempuan muda itu menautkan kedua alisnya tidak mengerti, "I-itu sangat tidak sopan Ndoro."

"Justru aku tidak nyaman jika ada yang berjalan di belakangku."

Aku paling tidak suka jika ada orang yang jalan membuntut di belakangku, rasanya seperti sedang diuntit walaupun nyatanya tidak.

"Cepatlah ini perintah!"

Dia mengedarkan pandangannya untuk memastikan tidak ada yang melihat lalu lekas berjalan sejajar denganku. "Siapa namamu?"

"______" Dia tidak menjawab hanya terpaku dengan alis bertaut.

"Saat menghilang kemarin sepertinya kepalaku terbentur batu, jadinya aku melupakan banyak hal. Tapi kau harus merahasiakan ini, hanya kau dan aku yang tahu jika aku melupakan banyak hal."

"B-baik Ndoro." Jawabnya sedikit ragu.

"Jadi siapa namamu?"

"Nama hamba Ratini...."

Kita sampai di halaman ujung belakang, ada sebuah pohon besar yang dibawahnya terdapat seperti kolam pemandian yang terbuat dari batu. Meski tanpa wahana seluncur kolam itu bagus sekali dan justru terlihat aethethic. Tapi bukankah ini terlalu terbuka untuk dijadikan tempat mandi, memang belakang pohon itu hutan tapi tetap saja tempat ini sangat terbuka untuk dijadikan tempat mandi. Sangat gampang tentunya untuk orang mengintip.

"Ini tempat mandi?"

"Tentu saja Ndoro, apakah Ndoro tidak mengingatnya juga?"

"Tapi ini terlalu terbuka, bagaimana jika ada yang mengintip?"

Ratini menggeleng, "Tidak akan ada yang berani melakukan itu Ndoro." Melihat sekelilingku, memang benar tempat ini sepi. Para pelayan juga tidak akan mungkin mengintip, cari mati itu namanya.

Ratini memeberiku selembar kain yang tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu lebar, aku yakin pasti kain ini digunakan untuk penutup badan saat mandi. Kenapa tidak membuat kamar mandi saja, kan jadi bebas kalau telanjang. Mandi dengan tertutup kain seperti ini mana bisa bersih, sabun pun pasti belum ditemukan di zaman ini. Sepertinya kali ini aku harus mandi bebek saja.

Lalu mandi macam apa jika seperti ini? Badanku tidak akan wangi jika hanya dicelupkan ke dalam air saja, peralatan mandi pribadiku saja cukup banyak untuk memastikan tubuhku wangi.

......════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════......

...Dont forget to click the vote button!...

...════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════...

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!