Aku duduk termenung memikirkan yang terjadi akhir-akhir ini. Semuanya terlalu tiba-tiba dan terlalu mengejutkan.
Setelah menyiapkan makan malam di meja makan, Aku kembali ke kamar ku karena Reza belum ada tanda-tanda akan kembali. Mungkin pria itu akan lembur.
Namun di saat Aku hendak membuka pintu kamar ku, Aku mendengar pintu depan terbuka. Itu pasti Reza.
Aku mengurungkan niatku untuk kembali ke kamar dan berlari kecil menghampiri Reza.
"Mas Reza sudah pulang?" Aku segera menghampirinya. Terlihat sekali wajah lelahnya. "Apa mas Reza mau mandi? Aku siapkan ya?" tawar ku. Pria itu hanya mengangguk saja mengiyakan.
Aku senang karena Reza tidak menolak ku untuk menyiapkan mandinya. Agaknya Reza sudah mulai menerimaku di rumah ini.
Dengan senang hati Aku melakukan tugas ku. Apakah nanti Aku benar-benar akan menjadi istri kedua Reza? Memikirkannya saja membuat tubuhku memanas. Memikirkan Reza membuat ku sejenak melupakan tentang yang terjadi akhir-akhir ini. Semoga saja Reza bisa menjadi obat penyembuh lukaku.
Aku melihat Reza memasuki kamarnya. Sesegera mungkin Aku harus keluar dari kamarnya. Aku terlalu malu menatapnya yang hanya menggunakan handuk di pinggangnya itu.
Aku melengos ketika berpapasan dengan pria bertubuh kekar itu. Aku berusaha mati-matian agar tak tergoda dengan tubuh kekarnya itu.
"Sudah ku siapkan mas. Aku akan menunggu di meja makan," ucap ku. Reza mengangguk dan segera berjalan menuju kamar mandi.
Aku menunggu Reza di meja makan. Duh, rasanya Aku sudah seperti istrinya saja. Aku senyum-senyum sendiri memikirkannya.
Tak lama Reza keluar dari kamarnya. Ternyata Reza bukanlah tipe orang yang mandi berlama-lama. Walaupun begitu, dia masihlah terlihat begitu tampan menurut ku. Aku begitu mengagumi pria ini. Entah mengapa pria ini selalu menarik perhatian ku. Mungkin bukan hanya Aku, mungkin wanita-wanita di luar sana juga tertarik dengan Reza.
Reza mendudukkan tubuhnya di kursi sebrang tempatku duduk, hingga Aku bisa melihatnya di depan ku.
"Mas Reza mau yang mana? Biar Aku ambilkan."
"Kamu makan saja, Aku akan ambil sendiri," ucap Reza.
Aku mengangguk saja. Mungkin Reza masih belum terbiasa dengan Aku yang menyiapkan semuanya. Aku memakluminya.
"Kamu memasak semua makanan ini?" tanya Reza menatapku heran. Aku hanya terkekeh.
"Ini tadi Aku membelinya mas. Soalnya Aku mau merayakan bahwa Aku mendapatkan pekerjaan baru." Aku beralasan. Untuk saat ini Aku tidak ingin menceritakan kepada siapapun bahwa saat ini akulah pemilik perusahaan Wiryawan groups, termasuk Reza.
"Oh. Jadi mobil di depan itu mobil siapa?"
"Itu mobil dari kantor mas. Setiap karyawan di sana akan di berikan fasilitas mobil." jawabku. Reza hanya manggut-manggut saja. Sepertinya dia percaya dengan yang ku katakan.
Setelah itu kami makan bersama tanpa bersuara lagi. Reza nampak menikmati sekali makanan yang ada di meja makan.
"Kapan sidang pertama mu?" tanya Reza selesai makan.
"Dua hari lagi mas," jawabku.
"Aku akan menemanimu hingga sidang selesai. Sepertinya Alfin akan berbuat onar kepadamu."
"Iya mas, terimakasih." Aku merasa begitu senang. Menurutku ini adalah sebagian kecil bentuk perhatian Reza. Dan Aku menyukainya.
***
Satu bulan berlalu, Reza menyempatkan diri untuk mengantarku ke persidangan. Dia sudah repot-repot libur kerja hanya untuk menemaniku.
Walaupun selama Aku tinggal di rumah ini dia begitu pendiam dan jarang sekali kami mengobrol, tapi Aku tetap mengurusinya seperti pesan Mbak Rika.
Reza tak pernah sekalipun menggodaku, apalagi berbuat hal-hal yang sering ia lakukan pada para j.a.lang.nya. Walaupun sebenarnya Aku sudah sangat berharap dia menyentuh ku, tapi Aku tidak ingin terlihat seperti wanita gampangan di depannya.
Dan sekarang adalah sidang terakhir ku. Reza pasti akan sigap untuk mengantarku. Jelas saja dia sigap, di persidangan Alfin terus saja mengganggu ku. Bahkan sempat akan mencelakai ku. Tapi untungnya ada Reza yang menjagaku. Jadi Alfin tidak pernah berhasil mencelakai ku.
Aku memasuki ruang persidangan. Dan akhirnya Aku mendapatkan akte cerai. Hakim mengabulkan gugatan Alfin.
"Selamat ya, Rissa. Akhirnya kamu terbebas dari pria si.ala.n itu."
"Iya mas." Aku tersenyum menjawab ucapan Reza. Aku benar-benar lega sekarang. Namun berbeda dengan Alfin. Pria itu begitu marah padaku. Rasanya dia masih tak terima.
Sejujurnya saat Aku dan Alfin resmi bercerai, anak perusahaan yang di berikan kepadanya akan menjadi milikku. Sesuai dengan yang Mama Lidia tuliskan. Dan dia pasti begitu marah karena Aku sudah menjadi pewaris seluruh aset dan harta Alfin.
Sekarang Alfin hanya memiliki rumah kontrakan yang di wariskan oleh Mama Lidia saja. Sungguh Tuhan begitu pandai membolak-balikkan keadaan. Aku pun tak pernah menyangka akan menjadi sekaya ini, namun Aku tetap merahasiakannya dari siapapun.
Aku dan Reza langsung pulang ke rumah Mbak Rika. Sampai di rumah kami terkejut dengan kehadiran Dira di rumah.
Sudah lama Aku tidak pernah bertemu lagi dengan sahabatku itu. Masih terasa jelas sakitnya hatiku saat dia berbohong padaku.
"Rissa, kenapa Kau tidak pernah menghubungi ku? Apa Kau melupakan ku?" Dira berlari memelukku dengan manjanya. Matanya sedikit melirik ke arah Reza.
Jelas saja Aku tidak menghubungi mu. Kamu terlalu sibuk menjajakan tubuhmu pada para pria. Aku tidak ingin mengganggumu lagi, Dira. Kau sudah berubah, Kau tidak seperti Dira, sahabat ku dulu. Aku hanya bisa membatin.
"Kita masuk aja dulu," ucap ku datar. Lalu kami pun beranjak masuk kedalam rumah.
"Rissa, Mbak Rika menghubungi ku tadi, katanya dia akan pulang malam ini," ucap Dira.
"Ya, aku tahu. Mbak Rika juga sudah mengabari ku dan mas Reza." Aku masih bersikap datar.
"Rissa, kenapa kamu kok kelihatan nggak suka gitu lihat Aku. Pasti Reza sudah mencuci otak kamu ya?!"
"Dira, tolong jaga lidahmu. Jangan pernah menjelekkan mas Reza."
Reza masih berada diluar. Pria itu sepertinya sedang merokok. Pasti dia enggan memasuki rumah, karena telinganya akan merasakan panas mendengar hinaan yang Dira lontarkan padanya.
"Jadi Kau lebih memilih pria miskin itu daripada Aku yang sahabatmu?"
"Ya, dan sebentar lagi kami akan menikah. Jadi jangan menghina mas Reza terus menerus, Dira."
"Ternyata susah sekali menyadarkan mu ya, Ris." Dira menggebrak meja. Aku menggelengkan kepalaku melihat kelakuannya yang semakin hari semakin liar saja. Dira segera pergi dari rumah ini.
Aku menelungkup kan kepalaku di atas meja. Rasanya Aku membutuhkan sebuah sandaran saat ini, Aku ingin menumpahkan segala yang kurasakan.
Hingga Aku merasakan sebuah tangan yang mengusap lembut punggung ku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nur Evida
Dira suka ama Reza tapi di tolak jadinya marah gak bisa coba pusaka nya
2022-11-23
0
Widi
Si Dira benci sama Reza tuh karena gk bisa tidur dengannya kali ya? secara dia suka main sama para lelaki 😆😆🤭🤭
Rissa nanti ceritakan saja sama Rika masalah warisan yg kamu dapatkan dari ibu mertua mu
2022-08-16
1