Di usir dan di talak

Seharian ini Aku disibukkan dengan pekerjaan kantor yang sangat menumpuk. Suara ponsel ku membuatku menghentikan pekerjaan ku untuk sejenak. Kulihat nama Mama mertuaku yang tertera di layar ponsel ku.

"Halo, iya Mam." ucap ku saat pertama kali panggilan tersebut tersambung. Namun suara dari seberang panggilan membuat ku merasa begitu lemas.

Ternyata yang menelpon ku bukan Mama, melainkan Bi Ira, pembantu di rumah Mama. Dia mengabarkan bahwa Mama masuk rumah sakit dan kritis. Tanpa terasa buliran air mata ku mengalir. Aku segera bergegas berdiri dan meninggalkan kantor. Aku tidak memperdulikan lagi ketika ada yang memanggil ku. Toh perusahaan ini juga milik suamiku, mereka pasti akan mengerti.

***

Aku berjalan terburu-buru ketika sampai di rumah sakit yang sudah di beritahukan oleh Bi Ira. Dari kejauhan Aku bisa melihat Bi Ira yang nampak begitu sedih. Aku segera menghampirinya.

"Bagaimana keadaan Mama, Bi?" tanya ku di selimuti rasa khawatir.

Bi Ira menatap ku sejenak, ia menumpahkan air matanya. Mulutnya bergetar ketika hendak berkata.

"Den Alfin, Non." ucap Bi Ira sedikit terbata. Sementara Aku memicingkan mataku. Masih belum mengerti akan maksud dari Bi Ira. Aku pun mencoba untuk bertanya kembali untuk memastikannya.

"Mas Alfin? Kenapa Bi Ira menyebut nama mas Alfin, apa hubungannya dengan suami Saya, Bi?" tanya ku begitu penasaran.

"Ta-tadi Nyonya sempat bertengkar dengan Nyonya, Non. Bahkan Den Alfin mendorong Nyonya hingga terjatuh dari tangga dan membuat Nyonya koma," ucap Bi Ira dengan bergetar ketakutan.

Aku begitu syok mendengar penuturan dari Bi Ira. Benarkah yang di katakannya? Bagaimana mungkin suamiku melakukan hal itu kepada ibunya sendiri? Batinku berkelana ke sana kemari. Sungguh Aku masih belum dapat percaya yang terjadi.

"Lalu dimana mas Alfin, Bi?" Aku kembali bertanya seraya menatap ke sekitar mencari keberadaan suamiku. Tapi Aku tidak menemukannya di tempat ini.

"Den Alfin pergi entah kemana, Non. Dia juga membawa seseorang tadi yang membuat emosi Nyonya meluap," tandas Bi Ira.

Aku tersentak, pikirkan ku tertuju pada mas Alfin yang mungkin mengajak selingkuhannya. Tapi Aku tidak boleh berpikiran buruk. Aku harus memastikan segalanya.

"Bi, Aku titip Mama dulu. Aku harus mencari mas Alfin." ucapku dan langsung pergi dari rumah sakit. Aku mendengar Bi Ira samar-samar memanggil ku. Namun pikiran ku terfokus pada siapa seseorang yang bersama suamiku.

***

Aku memutuskan untuk kembali ke rumah untuk mengganti pakaian ku sebelum mencari mas Alfin.

Namun Aku begitu terkejut saat mendapati pintu rumah yang terbuka.

"Kenapa pintunya terbuka, bukankah Aku sudah menguncinya tadi?" Aku bertanya-tanya. Tapi kakiku langsung melangkah menuju garasi, ternyata mobil mas Alfin ada di sana. Aku lega, karena Aku tidak perlu repot-repot lagi untuk mencarinya.

Segera ku langkahkan kakiku memasuki rumah. Aku kembali menghentikan langkah ku. Bukankah Bi Ira mengatakan bahwa mas Alfin sedang bersama seseorang. Mungkinkah mas Alfin mengajak selingkuhannya ke rumah kita?

Aku mempercepat langkah ku. Kalaupun pemikiran ku benar, Aku akan melabrak mereka.

Hingga pendengaran ku menangkap suara ******* dari dalam kamar ku. Aku segera menaiki tangga. Semakin naik, semakin jelas kudengar suara ******* yang bersahutan dari dalam kamar ku.

Perlahan Aku membuka pintu kamar ku. Aku sungguh terpaku dengan pemandangan yang terlihat di depan ku. Mas Alfin.

Dan yang membuat dada ini sesak adalah wanita yang bersama mas Alfin adalah sekertarisnya di kantor. Hingga Aku tidak menyadari ponsel ku yang terjatuh di lantai hingga retak. Mereka masih tak menyadari kehadiran ku di ambang pintu.

Sampai sekertaris suamiku yang bernama Anti itu menjerit kala menyadari kehadiran ku. Sementara mas Alfin terlihat santai dan tidak sedikitpun merasa bersalah. Dia beranjak dari ranjang, sementara Anti menutupi tubuhnya dengan selimut. Sakit tapi tak berdarah, luka tapi tak berbekas. Itulah ibarat yang ku rasakan saat ini.

"Rupanya Kau sudah datang," ucap mas Alfin tanpa rasa bersalah. Ia terlihat berjalan mengambil sesuatu dari atas nakas mengambil sebuah amplop coklat.

"Jangan lupa untuk datang ke persidangan perceraian kita," ucap mas Alfin selanjutnya seraya menyerahkan amplop coklat tersebut kepadaku.

Ternyata itu adalah surat dari pengadilan agama. Aku pun menatap nanar pria yang masih berstatus sebagai suamiku itu.

"Apa-apaan kamu mas, kamu mau menceraikan Aku?!"

Alfin tersenyum sinis menatapku. Ia lalu kembali berjalan menuju ranjang dan menyibakkan selimut yang Anti gunakan. Lalu mereka melakukan pergumulan kembali seolah-olah Aku tidak ada di sana.

Aku yang sudah begitu emosi pun memukuli Alfin dari belakang.

"Kamu jahat mas. Tega kamu!" Aku memukul Alfin membabi buta. Ku lupakan segala emosi ku.

Hingga membuat Alfin beranjak dari tempatnya. Ia mendorong ku hingga Aku jatuh tersungkur hampir menabrak meja di dalam kamar ku. Alfin sungguh pria tanpa perasaan.

Namun Aku tidak gentar akan apapun. Aku bangkit dan beradu mata dengannya.

"Apa Kau menatapku seperti itu?!"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Anti yang saat ini terlihat takut menatap ku yang mengamuk. Dia seorang wanita, tapi dia begitu tega menikam ku dari belakang. Aku mengasihaninya di kantor. Namun apa yang dia lakukan.

"Jadi karena dia Kau tega menyakiti ku, mas. Bahkan Kau sampai menyakiti Mama hingga koma," ucap ku menggebu.

"Jadi Mama koma? Baguslah jika dia koma. Sekarang sudah tidak ada lagi yang akan cerewet mengatur ku." Alfin terkekeh.

"Mas! Mama Lidia adalah Mama kandung mu. Bisa-bisanya Kau berkata seperti itu terhadap Mama kandung mu!"

"Aku tidak peduli! Biar saja dia mati. Dan seluruh harta warisannya akan jatuh ke tangan ku," ucap Alfin dengan kejamnya.

"Kau sungguh gila,mas! Mama Lidia itu Mama mu!" Aku meneriakinya. Sepertinya Alfin sudah mulai tak waras.

"Terlalu banyak bicara!" Alfin mulai mengenakan jubah tidurnya dan menghampiriku. Ia mencengkram kuat tangan ku dan menyeretku hingga lantai satu dan menghempaskan ku tanpa perasaan.

Alfin menghempaskan tubuh ku di depan pintu rumah tanpa rasa bersalah. Aku menangis menahan luka hatiku dan juga sakit ketika Alfin menghempaskan tubuhku.

"Tega kamu, mas!"

"Sejak awal Aku sudah begitu jijik padamu, wanita murahan! Sudah bekas! Lebih baik Aku menikahi Anti yang jelas-jelas masih perawan. Tidak seperti dirimu yang sudah bekas!" hina Alfin.

Aku hanya bisa menangis tergugu. Perkataan Alfin memang tidak salah. Tapi apakah Dia harus berkata sekasar itu dan menganggapku seolah-olah makhluk paling najis yang tidak pantas di cintai dan berubah menjadi lebih baik lagi? Aku hanya bisa memegangi dadaku menahan sakit hati.

"Aku talak kamu saat ini juga! Pergi dari rumah ku! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!"

Alfin kemudian memanggil Anti yang kini berjalan menghampirinya dan membawa sebuah koper. Alfin melemparkan koper itu ke arahku.

"Bawa barang-barang mu yang tidak berguna ini!" ucap Alfin yang kemudian kulihat ia tersenyum sinis menatapku. Hingga akhirnya dia menutup pintu tersebut.

Aku hanya bisa meratapi cerita nestapa ku ini. Aku mulai bangkit dan ku seret koper ku meninggalkan rumah Alfin dengan hati yang luka.

Baru saja setengah jalan, Aku terkejut tatkala Reza dengan motornya menghampiriku dengan raut wajah khawatir.

"Kamu kenapa, Rissa? Darimana saja kamu. Cepatlah ke rumah sakit!" ucap Reza dengan raut wajah cemas, membuat ku begitu penasaran.

"Memangnya kenapa mas?"

Reza nampak terdiam sejenak. Lalu ia menatapku lekat.

"Kamu yang sabar ya? Mertua kamu...meninggal."

Terpopuler

Comments

Nur Evida

Nur Evida

jangan2 Alfin cuma anak angkat, kalau anak kandung mana tega menyakiti ibunya sampai jatuh dan koma pula

2022-11-23

0

Dear Cindy

Dear Cindy

kasihan sekali sih Rissa 😰

2022-08-03

0

Widi

Widi

Thor ayok lanjut

2022-08-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!