Aku berjalan menunduk ketika Reza menggenggam tangan ku. Aku sedikit berada di belakangnya karena langkah kaki Reza begitu cepat, tapi Aku berusaha untuk menyamainya.
Reza berhenti dan melepaskan genggaman tangan ku. Dia menatap diriku yang menunduk.
"Apa kamu tidak apa-apa, Rissa? Alfin menyakitimu?"
Pertanyaan Reza membuat ku mendongak menatapnya. Pria berwajah tampan tapi sangar itu menatap lekat ke arahku. Membuat ku begitu malu dan salah tingkah.
"Aku tidak apa-apa, Mas. Terimakasih karena Mas Reza datang di saat yang tepat," ucap ku berterimakasih. Reza hanya menganggukkan kepalanya. Sorot matanya nampak begitu mencemaskan ku. Ah, tapi mungkin itu hanya perasaan ku saja.
"Lain kali jika pria tak tahu diri itu mengganggu mu, katakan padaku. Aku akan membuatnya menyesal seumur hidup," ucap Reza dengan rahangnya yang mengeras. Dapat ku lihat bagaimana marahnya Reza saat ini.
"I-iya, Mas." ucap ku sedikit takut. Satu detik kemudian Aku melihat ekspresi Reza yang berubah tersenyum. Mungkin dia tahu Aku takut melihatnya. Jadi dia segera merubah ekspresinya.
"Yasudah, lebih baik kamu ikut Aku saja," ajak Reza. Aku hanya mengangguk pasrah saja. Lalu Aku dan Reza segera pergi dari sana dengan menggunakan motor milik Reza.
Reza membawaku ke sebuah restoran. Aku mengikuti langkahnya di belakang. Nampak di sana ada dua orang yang sudah menunggunya.
Reza mengajakku untuk duduk bersama mereka, tapi Aku menolaknya. Aku lebih memilih duduk di meja seberangnya.Lalu mereka berbincang-bincang membicarakan proyek yang akan Reza ambil.
Aku memperhatikan mereka dari sebrang. Salah satu dari dua pria yang berbincang dengan Reza menatapku terus-terusan. Aku membuang muka ku merasa risih dengan tatapan pria itu yang begitu genit.
Setelah perbincangan itu selesai, Reza menghampiriku dan mengajakku untuk pulang. Dari raut wajahnya sepertinya dia akan mengerjakan proyek besar itu. Wajahnya terlihat begitu sumringah. Aku pun ikut senang melihatnya, Aku mendoakan semoga Reza bisa sukses kedepannya nanti.
Namun baru beberapa langkah saja, seorang pria yang ikut berbincang dengan Reza tadi menghentikan kami. Pria itu sekilas menatapku membuat ku menundukkan kepala ku. Entah mengapa Aku tidak suka dengan tatapan pria itu.
"Maaf pak Reza. Apakah wanita di samping Anda ini adalah istri Anda?" tanya pria itu.
Aku sedikit melirik kearah Reza yang menatap pria di depannya dengan datar. Aku juga menunggu jawaban dari Reza. Mungkinkah dia mengatakan jika Aku adalah calon istrinya?
"Bukan, dia adalah adik ipar Saya," ucap Reza datar. Kata itu membuat ku begitu kecewa. Aku semakin menundukkan kepala ku dengan lesu.
"Wah, adik ipar Anda sangat cantik ya. Apa Saya boleh berkenalan dengan adik ipar Anda, pak Reza?" Pria itu semakin bersemangat. Tapi Aku semakin tidak enak berada di tempat ini. Melihat tatapan pria itu, membuat ku sangat tidak nyaman.
"Tidak boleh!" ucap Reza tegas. Aku mendongak menatap wajahnya yang begitu datar dan dingin.
"Kenapa Anda tidak memperbolehkannya, pak Reza? Saya hanya ingin berkenalan dengan adik ipar Anda." Pria itu bersikukuh untuk berkenalan dengan ku.
"Dia memang adik ipar Saya, tapi sebentar lagi akan menjadi istri Saya," ucap Reza selanjutnya. Aku tertegun mendengar jawaban Reza pada pria di depannya itu. Benarkah yang Reza katakan? Apa telingaku tidak salah? Rasanya Aku ingin melompat ketika Reza mengakui ku sebagai calon istrinya.
Sementara pria di depannya nampak terdiam.
"Kalau sudah tidak ada yang mau di tanyakan, kami permisi, pak," ucap Reza yang langsung menarikku berlalu dari pria itu.
Reza mengajakku menaiki motornya untuk kembali pulang. Tidak ada percakapan ketika kami berboncengan. Hingga motornya pun kembali memasuki rumahnya.
Aku melihat Rika yang tersenyum menyambut kedatangan kami. Sepertinya Reza sudah mengirimkan pesan kepada Rika.
"Mas Reza, Rissa. Kalian sudah pulang, Ayo segera masuk, Aku sudah membuat kan camilan untuk kalian." Ratih dengan senyuman menyambut sang Suami. Dia langsung menggandeng lengan Reza dan menggelayutinya masuk kedalam rumah.
Duh, membuat ku iri saja. Namun Aku tidak boleh iri. Rika adalah istri sah yang begitu Reza cintai. Sementara Aku hanya orang baru yang Rika jodohkan untuk suaminya. Begitu rumit rasanya hidup ini. Aku pun mengekori di belakang mereka.
"Mas, sebaiknya kamu mandi dulu biar lebih segar. Kamu juga, Rissa." Rika menyuruh kami. Reza dan Aku menurutnya. Kami menuju kamar masing-masing untuk bersih-bersih diri.
Setelahnya, kami bertiga berada di ruang tengah. Menikmati pisang goreng yang sudah Rika buat.
Aku memutuskan untuk mengatakan kepada Rika tentang Aku yang akan pergi ke pantai bersama Dira besok. Rika menyetujuinya.
Aku melirik ke arah Reza. Namun pria itu sedari tadi tidak ingin lepas dari Rika nampaknya. Terbukti bahwa sedari tadi Reza terus saja memeluk pinggang Rika tanpa melepaskannya.
Aku sedikit cemburu melihatnya, sepertinya Aku tidak akan bisa menjadi seseorang yang Reza cintai nanti. Rika sudah ada di hati Reza yang paling dalam. Sepertinya untuk berbagai dengan ku nanti akan begitu sulit.
Aku melihat Reza yang sepertinya tidak sepenuh hati untuk menjadikan Aku istri keduanya. Reza hanya menyetujui apapun yang Rika mau. Aku menjadi tidak enak semenjak Rika menyuruh Reza untuk menikahiku.
Aku menjadi sangat tidak enak. Apa mungkin sebaiknya Aku menyewa rumah sendiri saja. Mau ngapa-ngapain sendiri, bebas. Daripada tidak enak begini kan.
"Mas, nanti kalau Aku sudah kembali bekerja, mas baik-baik ya, dirumah bersama Rissa," ucap Rika. Reza nampak hanya diam saja.
"Mbak, sebenarnya Aku mau...."
"Mau apa? Kau tidak boleh kemana-mana ya, Rissa. Kamu harus berada di rumah ini, supaya mas Reza ada yang merawat dan mengawasi. Biar mas Reza juga bisa mengantar mu ke manapun." Rika seolah dapat menebak pikiran ku yang ingin meninggalkan rumah ini.
Aku terdiam. Masih tidak habis pikir dengan kakak tiri ku ini. Walaupun dia menyuruh kami untuk menikah dan kami setuju, tapi status ku masih suami orang dan belum resmi bercerai. Apa Rika tidak memikirkan itu ya? Kalau Aku sih tidak masalah, mau saja mengawasi dan melayani Reza. Melayani yang lain pun Aku sanggup. Tapi tetap saja Aku harus menjaga harga diri ku. Jual mahal sedikit agar jangan seolah Aku yang sangat menginginkan Reza.
"Mbak, Aku mau ke kamar dulu," pamit ku. Mbak Rika menganggukkan kepalanya, sementara ku lihat Reza yang masih fokus dengan menatap istrinya, menakalinya. Mungkin Reza ingin berpuas diri bersama istrinya.
Aku segera berlalu ke kamarku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana hari-hari ku berada di rumah ini kedepannya bersama Reza. Bahkan membayangkan menyentuhnya saja Aku tak berani. Reza terlalu indah untuk ku sentuh dengan hawa nafsu.
Reza mungkin saja bisa melakukan itu bersamaku kapanpun dia mau. Tapi itu hanya sekedar nafsu. Dan Aku tidak ingin jika dia memperlakukan ku seperti selingkuhannya yang hanya untuk menekan nafsunya karena merindukan Rika.
Aku ingin benar-benar bisa menyentuh hatinya, sehingga pria itu mau mencintai ku seperti dia mencintai Rika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nur Evida
sol jual mahal pd hal kamu senangkan Rissa
2022-11-23
0
Widi
lanjut thorr, udah d kasih kopi nih
2022-08-09
2
Vita Zhao
betul tuh rissa kamu harus jual mahal jangan manut terus dg perintah Rika.
2022-08-09
1