Resign

Setelah menghabiskan makan siangku, Aku mulai membersihkan diri. Disela guyuran air shower membasahi tubuhku, Aku kembali teringat akan permintaan Ratih ketika di meja makan tadi.

Aku masih tidak menyangkanya. Apakah Reza nanti akan mencintaiku? Akankah dia nanti akan berlaku adil pada kami? Ah, belum menjadi istrinya saja pikiranku sudah berkelana jauh.

Tidak ingin terus memikirkannya, Aku memutuskan untuk segera menyelesaikan mandiku.

Kini Aku berada di depan cermin, menatap pantulan diriku sendiri. Setelah menimbang keputusan ku, Aku memutuskan untuk resign dari kantor Alfin.

Setelah penampilan ku sesuai, Aku memutuskan untuk keluar dari kamarku.

Namun pada saat itu Aku di buat terkejut tatkala melihat Reza yang memakai pakaian rapi. Reza mengenakan kemeja putih dengan kedua kancing bagian atasnya sengaja di buka, mungkin bertujuan untuk memamerkan kalung rantai yang menjadi andalannya. Bahkan Reza mengenakan jaket kulit yang pas sekali di tubuh berototnya. Melihatnya saat ini, sudah seperti tentara saja. Sungguh indah sekali pria di hadapan ku ini. Hingga tanpa sadar Aku terbengong menatap Reza.

"Kamu kaget ya, melihat penampilan Reza memakai baju rapi?" Perkataan Rika seketika membuat ku terkejut. Andai saja Rika tahu apa yang ku pikirkan tentang suaminya, apakah dia akan cemburu?

"Eh, iya, Mbak. Memangnya mas Reza mau kemana?" tanyaku ingin tahu.

"Mas Reza mau bertemu dengan kontaktor pembangunan. Katanya ada proyek besar yang akan dia kerjakan," Rika menjelaskan.

Aku turut senang mendengarnya. Akhirnya Reza memiliki pekerjaan, dan tentunya tidak akan ada lagi orang-orang yang memandangnya sebelah mata.

"Semoga lancar kerjanya ya mas," ucap ku. Reza hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Masih dengan gayanya yang cuek.

"Lancar dong, kan ada Aku istrinya yang selalu mendoakan keberhasilannya. Apalagi istrinya dua," ucap Rika membuatku begitu salah tingkah.

Rika nampak memperhatikan ku yang saat ini juga begitu rapi. Lantas dia bertanya kepada ku. "Kamu juga rapi seperti ini mau kemana, Rissa?"

"Emm, itu Mbak. Aku mau ke kantor mau memberikan surat pengunduran diri ku," ucap ku menjelaskan. Rika nampak menganggukkan kepalanya.

"Ya, Kau memang harus keluar dari kantor Alfin, Rissa. Mbak tidak ingin Kau di sakiti dia nantinya," ucap Rika. Aku mengangguk mengiyakannya. Karena itu memang alasanku keluar dari kantor Alfin.

Rika lalu mengantarkan Aku dan Reza sampai ke depan teras. "Rissa, kamu di bonceng mas Reza saja ke kantornya," ucap Rika.

"Kamu nggak keberatan kan, mas?" tanya Rika kepada Reza. Reza mengangguk saja.

"Ba-baiklah," ucap ku begitu canggung.

Rika melepas kepergian ku bersama Reza yang membonceng ku. Siang ini rasanya Rika seperti tampak begitu bahagia, terlihat jelas dari binar di wajahnya.

Sekarang Aku yang di buat canggung di bonceng oleh Reza. Reza yang biasa tampil berantakan, kini begitu rapi. Bahkan sikapnya begitu terjaga. Menurutku, Reza pria yang begitu misterius. Sulit sekali untuk menebak pria ini.

Reza menurunkan ku di depan kantor. Aku mengucapkan terimakasih dan hendak masuk kedalam kantor. Namun langkah ku terhenti saat dia mengatakan sesuatu.

"Nanti kamu pulang Aku jemput ya?"

Aku menoleh mendengar ucapannya. Jantungku berdetak kencang saat dia mengatakan akan menjemputku. Membuat ku begitu salah tingkah. Aku mengangguk pertanda Aku menyetujuinya.

Pria itu tersenyum, tapi senyumnya tidak bisa lepas. Sepertinya agak terpaksa. Rika yang menyuruhnya untuk mengantar dan menjemput ku.

Setelah Reza pergi, Aku beringsut masuk kedalam ruangan ku. Banyak sekali mata karyawan lainnya yang menatap ku penuh tanya, tapi Aku tidak menghiraukannya.

Aku segera mengambil surat pengunduran diri ku dalam tasku. Lalu Aku menuju HRD.

"Mbak, Saya mau mengundurkan diri. Tolong berikan surat pengunduran diri Saya kepada direktur." ucap ku.

Mbak Santi nama HRD itu. Dia menatapku sejenak sembari menghembuskan nafasnya.

"Rissa, yang sabar ya," ucap Mbak Santi membuatku mengerutkan kening.

"Aku turut berduka atas meninggalnya ibu Lidia. Pak Alfin dan Anti memang sangat keterlaluan! Kamu yang sabar ya, Rissa ," ucap Mbak Santi lagi.

Baru mengerti Aku akan maksud ucapan Mbak Santi. Ternyata kabar menyedihkan itu sudah tersebar luas di kantor. Aku hanya menanggapinya dengan senyuman. Aku tidak ingin mengingat-ingat lagi rasa sakit itu. Biarlah saat ini Alfin yang di atas angin, tapi Aku yakin jika Tuhan tidak tidur. Suatu saat dia akan menuai hasil dari perbuatannya.

"Iya Mbak, terimakasih." Aku segera memberikan surat pengunduran diri ku. "Aku juga ingin mengucapkan terimakasih karena selama ini sudah begitu baik pada ku. Tolong sampaikan maaf dan terimakasih ku kepada karyawan lainnya ya Mbak," ucap ku.

Aku segera kembali ke ruangan ku setelah memberikan surat pengunduran diri ku. Aku ingin segera keluar dari kantor ini.

Aku mengambil beberapa barang milikku yang ada di ruangan ku. Tak ingin berlama-lama, Aku segera melanjutkan langkah ku keluar dari ruangan ku.

Namun, Aku tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Alfin. Pria itu menyeringai sinis menatapku. Di belakangnya juga ada Anti yang juga menatapku sinis.

"Wanita murahan ada di sini rupanya," ucap Alfin dengan nada mengejek. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tidak mau meladeni dua orang tidak tahu diri itu. Aku pun melewati mereka.

Namun, tiba-tiba Alfin menarik lenganku hingga membuat ku hampir terjatuh.

"Mau apa lagi kamu!" seruku. Nafasku sudah menderu-deru begitu marah dan emosi. Namun keduanya malah tertawa menyeringai membuatku begitu muak.

"Aku tidak ingin apa-apa. Aku hanya ingin menatap wajah menyediakan mu yang membuat ku begitu bahagia. Aku senang melihat mu menderita." Alfin terbahak-bahak setelah mengatakannya.

"Aku punya salah apa padamu sehingga Kau begitu membenciku, mas Alfin! Kenapa Kau jahat sekali padaku!?" Aku sedikit membentak.

Tanpa ku duga Alfin hendak melayangkan tangannya kepada ku. Aku hanya memejamkan mataku. Aku sudah membayangkan bagaimana sakitnya gamparan tangan Alfin.

Beberapa detik Aku menunggu, tapi tak ku rasakan apapun. Aku membuka mataku, betapa terkejutnya Aku saat melihat Reza yang menangkis tangan Alfin.

"Berani sedikit saja Kau memukul Rissa, maka Aku akan mematahkan tanganmu!" ancam Reza. Tatapan pria itu terlihat begitu marah kepada Alfin.

Alfin pun meringis tatkala lengannya yang langsung di plintir oleh Reza.

"Maaf, Mas. Lepaskan Saya. Saya janji tidak akan menyakiti Rissa lagi."

Reza langsung menghempaskan tubuh Alfin hingga terjatuh. Lalu Anti membantu Alfin untuk berdiri. Mereka berdua nampaknya agaknya begitu takut kepada Reza yang memang selalu berbuat seperti preman.

"Sekali lagi Saya melihat mu menyakiti Rissa lagi, maka Kau akan tahu akibatnya!" Ancam Reza. Lalu Reza segera menggenggam tangan ku dan membawaku pergi dari kantor tersebut.

Terpopuler

Comments

Vita Zhao

Vita Zhao

aduh sikap reza misterius banget ya, bikin aku juga penasaran deh🤔.

aish semoga saja kamu menyesal alfin sudah jahat sama rissa cuma demi wanita murahan itu😏

2022-08-08

1

Widi

Widi

Akhirnya up juga, dari kemarin nungguin, double up donk thor

2022-08-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!