Surat wasiat

Aku memutuskan untuk membersihkan rumah Mbak Rika. Aku harus memulai menjadi istri yang baik nantinya. Walaupun istri kedua.

Aku memulainya dari membersihkan meja makan. Mencuci piring. Baru setelah itu Aku menyapu seluruh bagian dalam rumah.

Beberapa saat kemudian, Aku sudah selesai menyapu. Pekerjaan yang tidak terlalu berat karena Aku sering melakukannya.

Aku memutuskan untuk mandi setelah bergelut dengan sapu. Namun ketika hendak memasuki kamar, Aku mendengar bunyi pintu yang di ketuk dari luar. Ku putuskan untuk melihat siapa tamu yang datang itu.

Ku buka pintu itu, dan terlihatlah siapa di depan pintu. Seorang pria setengah baya dengan menggunakan jas hitam dan sangat rapi berdiri di depan ku.

"Maaf, Anda mencari siapa ya pak?" Aku bertanya.

"Apakah saya bisa bertemu dengan saudari Rissa?"

"Iya, Saya sendiri, pak." Aku menjawabnya dengan menautkan kedua alisku.

"Oh, kebetulan sekali. Saya adalah pengacara almarhum ibu Lidia. Nama Saya Farhan. Saya ingin membacakan surat wasiat dari almarhum. Dan Saya harus menghadirkan yang bersangkutan. Tadi Saya ke rumah pak Alfin, dan menyuruhnya untuk datang. Sekaligus untuk Anda, istrinya juga. Tapi kata pak Alfin, Anda sudah tidak tinggal di rumahnya lagi. Beliau juga mengatakan bahwa Anda berada di alamat rumah ini. Jadi Saya kemari untuk menyuruh Anda datang ke perusahaan Wiryawan groups."

"Tapi pak, mas Alfin melayangkan gugatan cerai kepada Saya. Jadi sepertinya Saya tidak berhak hadir karena Saya sudah bukan dari bagian keluarga Wiryawan," ucap ku.

"Anda harus tetap hadir, Nona. Karena ini sudah tertulis dalam wasiat. Walaupun Anda sudah bukan dari bagian keluarga Wiryawan. Di tuliskan bahwa Anda harus tetap hadir. Jadi mohon kerjasamanya."

Aku menghela nafas. Aku tidak tahu apa yang almarhum Mama Lidia tulis hingga Aku harus ikut hadir di sana. Yang jelas Aku begitu berat jika harus bertatap muka dengan Alfin. Aku takut dia akan menyakitiku lagi. Atau berkata yang tidak pantas kepada ku.

Tapi Aku harus datang. Lagipula Aku menghargai Mama Lidia.

"Baiklah, pak. Kalau begitu Saya akan bersiap sebentar."

"Silahkan, Nona. Saya akan menunggu di mobil bersama sopir.

***

Aku sudah bersiap untuk berangkat menuju mobil yang ada di depan. Saat ini Aku memakai pakaian kantor yang biasanya ku pakai saat bekerja.

"Saya sudah siap untuk berangkat, pak," ucap ku.

"Baiklah, sekarang kita akan menuju kantor utama." Sopir mulai menjalankan mobilnya. Sementara Aku masih berusaha untuk menyiapkan mental ku bertemu dengan Alfin nanti.

Hingga mobil pun sampai di kantor utama milik keluarga Alfin. Jantungku berdetak kencang saat ini antara takut dan gelisah.

"Silahkan, Nona." Pengacara Farhan menyuruh ku untuk berjalan di depannya.

"Maaf, pak. Saya di belakang saja," jawabku sungkan.

Pak Farhan hanya mengangguk. Lalu Aku mulai mengikuti di belakangnya. Dan sampailah kami di depan pintu ruangan rapat perusahaan ini. Kami mulai masuk ke dalam ruangan tersebut dengan Aku yang berada di belakang pak Farhan.

Di sana dapat ku lihat Alfin yang datang bersama seorang wanita di sampingnya, Anti. Ketika Alfin melihat ku yang memasuki ruangan, pria itu langsung berdiri.

"Kenapa wanita ini harus ada dalam pembacaan wasiat Mama ku?! Dia hanya orang luar, Aku tidak Sudi melihatnya di sini!" Alfin langsung mencak-mencak kala melihat ku di ruangan ini.

Aku tidak menjawab apa-apa. Ini yang ku takutkan jika Aku ikut pak Farhan ke permukaan ini.

"Mohon Anda tenang, pak Alfin. Nona Rissa harus ada di sini sesuai nama yang sudah di tuliskan oleh almarhum ibu Anda. Tolong tenang atau Saya akan memanggil security!" Pak Farhan berkata dengan tegasnya. Sementara Alfin mendengus menahan amarahnya. Lalu dia kembali duduk di kursinya dengan Anti yang mengusap-usap lengan Alfin. Sungguh mereka begitu membuat ku muak.

Aku pun mulai mendatarkan pantatku di kursi. Kami mulai mendengar setiap kata demi kata yang pak Farhan ucapkan dalam surat wasiat yang sudah Mama Lidia tuliskan.

"Pak Alfin, dalam surat wasiat yang sudah almarhum ibu Lidia tuliskan. Beliau mewariskan rumah kontrakan yang ada di Bogor untuk Anda. Dan untuk anak perusahaan yang ada di kota tersebut juga atas nama Anda selama masih menjadi suami dari Nona Rissa. Dan untuk perusahaan utama dan anak perusahaan di beberapa kota lainnya itu di wariskan untuk Nona Rissa. Juga rumah utama milik beliau menjadi milik Nona Rissa."

Braakk...

"Tidak bisa! Bagaimana mungkin wanita itu menjadi pewaris semua harta keluarga Wiryawan yang sudah jelas-jelas adalah keluarga ku?! Ini pasti ada kecurangan!" Alfin langsung berang ketika mendengar isi dari surat wasiat yang Mama Lidia tuliskan. Sementara Aku begitu terkejut mendengarnya.

"Tidak ada kecurangan,pak Alfin. Ini di tulis oleh ibu Lidia Beberapa hari sebelum beliau meninggal. Dan juga ada saksi lainnya, jadi jika Anda tidak terima silahkan melakukan jalur hukum, dan Saya pastikan Anda akan kalah." Pak Farhan berkata dengan lugas.

Aku terperangah mendengarnya. Aku berpikir seolah pak Farhan berada di pihak ku. Tapi Aku tidak tahu pasti.

Yang jelas Aku sungguh tak menyangka jika Mama Lidia akan mewariskan hampir seluruh hartanya untuk ku.

"Ini pasti hanya akal-akalan kalian saja. Dasar brengsek!" Alfin berjalan cepat dan menarik kerah kemeja pak Farhan. Aku begitu panik. Alfin memang orang yang sangat tempramen. Aku takut dia akan mencelakai pak Farhan.

"Mas Alfin, hentikan!" teriakku.

"Diam Kau, ja.l.ang! Aku tahu ini hanyalah rencana busukmu!" Alfin menunjuk-nunjuk ku.

"Aku tidak tahu apa-apa mengenai wasiat Mama Lidia, mas!"

"Security!" Teriak pak Farhan.

Dengan sigap beberapa security datang ke ruangan meeting. Lalu mereka langsung meringkus Alfin walaupun dengan pemberontakan.

"Bawa pergi orang ini dan jangan biarkan dia datang lagi ke perusahaan ini! Mulai sekarang dia bukanlah pemilik perusahaan ini!" Perintah pak Farhan.

Para security itu awalnya saling tatap. Mereka pasti terkejut mendengarnya. Yang mereka tahu, Alfin adalah putra pemilik perusahaan Wiryawan. Namun mereka tahu jika pak Farhan adalah pengacara keluarga Wiryawan, jadi pasti ucapannya akan di patuhi oleh mereka.

"Aku tidak akan membiarkan wanita murahan itu menguasai harta keluarga ku. Lihat saja apa yang akan ku lakukan nanti! Kalian akan menyesal!" teriak Alfin saat para security menyeretnya keluar. Anti pun di giring keluar juga dan ruangan meeting.

"Nona Rissa, sekarang Anda adalah pemilik Wiryawan Group. Jadi perusahaan menunggu titah dari Anda untuk menjalankan bagaimana nasib perusahaan ini nantinya," ucap pak Farhan.

Aku menelan ludah ku sendiri. Rasanya Aku masih tak percaya dengan semua ini. Sekarang Aku pemilik Wiryawan Group dan beberapa aset besar lainnya. Sungguh Aku tidak pernah memimpikan hal ini.

"Tapi pak, Saya masih terkejut dengan semua ini. Bagaimana mungkin Mama Lidia mewariskan hampir seluruh hartanya untuk Saya yang bukan dari bagian keluarganya?"

Pak Farhan tersenyum mendengar pertanyaan ku.

"Ibu Lidia menceritakan semuanya kepada Saya tentang putranya yang sering melakukan kekerasan kepada beliau. Dan juga tentang kecelakaan meninggalkannya ibu Lidia sudah terkuak siapa pelakunya. Dan setelah kecelakaan itu sebenarnya ibu Lidia sempat sadar, beliau menyuruh Saya untuk tidak menjebloskan putranya ke pihak kepolisian."

Terpopuler

Comments

Nur Evida

Nur Evida

Alfin anak durhaka, masih untung ibu Lidia masih kasih harta warisan walaupun sedikit

2022-11-23

0

Vita Zhao

Vita Zhao

rasakan tuh Alfin, anak durhaka memang pantas diasingkan, sekarang kamu cuma mendapatkan secuil dari harta mama Lidia😏.

ayo rissa sekarang kesempatan untukmu bangkit🤗

2022-08-15

1

Widi

Widi

Mampus lu Alfin, dasar anak gk tahu diri
Rissa kamu harus hati2 sama Alfin, takut nya dia nekad karena tidak terima dengan wasiat dari ibu nya

Crazy up thor

2022-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!