Akhirnya kami tiba di bandara. Di sana sudah ada Rika yang tersenyum menatap ke arah ku dan mas Reza.
Sementara Dira dan Candra masih berada di mobil belum keluar.
Reza langsung memeluk Rika begitu saja. Aku hanya mematung menatapnya. Ada rasa sesak dalam hati ku saat dia melepaskan genggaman tangan ku dan memeluk istrinya. Tapi Aku tidak boleh egois. Rika adalah istrinya, sementara Aku hanya calon istri keduanya.
Untuk kedepannya Aku memang harus menyiapkan hatiku untuk hal-hal seperti ini, bahkan mungkin lebih.
"Mas Reza, Aku sangat merindukanmu,mas." Mbak Rika membalas pelukan suaminya.
"Hai Mbak, bagaimana kabar Mbak?" tanyaku basa-basi.
Mbak Rika segera melepaskan pelukannya dan tersenyum manis padaku. Mereka berjalan menghampiriku.
"Mbak baik, Kau tahu? Mbak sangat merindukan kalian."
"Kalau sama Aku rindu nggak, Mbak?" Dira tiba-tiba berada di belakang ku.
"Tentu saja, sini Mbak mau peluk." Mbak Rika langsung memeluk kami berdua.
"Ah, iya Mbak. Aku mau mengenalkan calon suami ku kepada Mbak Rika,' ucap Dira melepaskan pelukannya. Lalu ia berjalan menuju mobil dan mengajak Candra bertemu dengan Rika.
"Ini calon suami ku, Mbak." Dira mengenalkan Candra. Matanya melirikku seolah-olah mengatakan bahwa Candra pria yang lebih sempurna.
Mbak Rika tampak terdiam sejenak menatap Candra. Lalu ia mengulurkan tangannya bersalaman dengan Candra.
"Jadi Kau pria yang sudah mengambil hati adikku ya?"
Candra tampak sedikit kikuk. Mungkin karena bertemu dengan calon Kakak iparnya.
"Iya Mbak."
"Yasudah, kalau begitu bagaimana kalau kita makan siang dulu. Kita bicarakan ini nanti setelah perut kita terisi." Mbak Rika memberi usulan. Kami menurut saja.
Lalu kami menuju mobil. Namun kali ini, Mbak Rika yang berada di depan di samping Reza. Sementara Aku duduk di kursi belakang bersama dengan Dira dan Candra.
Mobil pun mulai melaju. Tapi Aku merasa sangat tidak nyaman. Candra berada di samping ku. Dan tangannya, ingin sekali Aku memotongnya.
Tanpa sepengetahuan Dira dan yang lainnya, tangan Candra memegang pantat ku. Sungguh sangat keterlaluan pria ini.
Saking jengkelnya, ku putuskan untuk mencubit tangan Candra yang sudah berani jelalatan padaku. Aku mencubitnya dengan sangat keras sekali. Hingga dia berteriak kesakitan, dan langsung menarik tangannya. Sukurin! Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Kamu kenapa, Sayang?" Dira tampak khawatir.
Candra gelagapan. Mana mungkin dia akan mengatakan jika Aku mencubitnya, tentu saja dia akan berbohong. Dan Aku merasa aman.
"Itu, tadi ada semut yang menggigit tangan ku, Sayang." Candra berkilah. Aku hanya tertawa dalam hati.
"Masa ada semut di mobil? Lalu di mana semutnya?" Dira mengerutkan keningnya.
"Sudahlah Sayang, pasti semutnya sudah pergi. Candra tak berani lagi mengganggu ku. Pasti dia takut ketahuan.
Tak berapa lama kami sampai di restoran. Kami segera turun dan memesan makan siang kami.
Selama di restoran, Aku seperti melihat perbedaan pada Mbak Rika. Dia seperti lebih diam. Tapi mungkin itu hanya perasaanku saja. Pasti dia begitu karena merasa lelah habis pulang kerja. Aku mengabaikannya saja.
Aku duduk di samping Reza, sementara di sebelahnya lagi ada Mbak Rika. Aku terkejut saat merasakan sebuah tangan yang menggenggam tangan ku di bawah meja. Ternyata itu adalah tangan Reza. Sontak Aku menoleh ke arahnya.
Dia tersenyum menatap ku, membuat jantung ku hampir lepas. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu.
"Mbak Rika liburnya lama nggak?" Suara Dira membuat kami menatapnya.
"Sepertinya satu Minggu, Dira. Memangnya kenapa?"
"Kita liburan yuk kak. Sepertinya akan sangat menyenangkan." usul Dira.
Rika tampak berpikir, lalu ia menyetujuinya. "Baiklah, sepertinya Mbak juga butuh liburan setelah lelah bekerja. Boleh kan mas?" Mbak Rika meminta persetujuan dari Reza.
"Baiklah."
"Terimakasih mas." Mbak Rika langsung mengapit lengan Reza. Dia nampak begitu girang sekali. Aku hanya terdiam sejak tadi. Merasakan tangan Reza yang semakin menggenggam ku membuat ku tak memperdulikan hal lainnya.
***
Sampai di rumah, Rika langsung mengajak mas Reza memasuki kamarnya. Aku sudah bisa menebak Apa yang akan mereka lakukan. Bahkan sekarang Aku dapat mendengar suara d.e.sahan dan erangan mereka berdua.
Duh, rasanya tubuh ku menjadi panas. Membayangkannya saja membuat ku ingin sekali merasakan hal yang sama.
Aku yang jarang di belai ini memang sudah lama menginginkan hal itu.
Tak ingin tergoda dengan suara-suara itu, Aku memutuskan untuk pergi ke perusahaan untuk memantau perkembangan di sana. Lagipula sepertinya Mbak Rika dan Reza juga membutuhkan waktu untuk berdua saja.
***
"Bagaimana perkembangan perusahaan?" tanyaku pada Robi. Dia adalah orang yang ku percaya untuk memegang perusahaan Wiryawan groups untuk sementara.
"Semuanya berkembang pesat, Nyonya. Anda bisa memeriksa semuanya," ucap Robi menyerahkan beberapa berkas kepada ku.
Aku menerimanya dan memeriksanya dengan seksama. Semuanya sempurna. Dan tidak sia-sia Aku menunjuk Robi. Dia pria yang sangat cerdas dan juga sigap. Apalagi dia juga mantan tentara yang sangat handal. Jadi dia tahu siapa saja musuh dalam perusahaan.
Sampai saat ini tidak ada yang pernah tahu jika sekarang Aku pemilik perusahaan Wiryawan groups. Aku memang tidak ingin berniat untuk memberitahu siapapun saat ini. Semua orang sangat sulit untuk ku tebak, hingga Aku lebih memilih untuk merahasiakannya saja.
Saking asiknya Aku berkutat dengan berkas-berkas di depan ku, Aku sampai lupa jam berapa sekarang.
Aku terkejut saat melihat jam dan ternyata sudah jam delapan malam. Aku segera bergegas membereskan berkas-berkas di depan ku. Aku lupa belum menyiapkan makan malam untuk mas Reza. Dengan buru-buru Aku berjalan cepat menuju mobil.
Di parkiran tinggal beberapa mobil saja yang terparkir. Mungkin beberapa karyawan saja yang lembur. Aku segera menjalankan mobil dan melaju dengan cepat namun begitu hati-hati.
Ketika sampai di rumah, Aku baru teringat jika Mbak Rika sudah pulang. Pasti Mbak Rika sudah menyiapkan makan malam untuk mas Reza. Mungkin mereka makan malam dengan romantis. Aku kembali merasakan sesak membayangkannya.
Ku putuskan untuk masuk kedalam rumah dengan menghela nafas panjang. Berpikir mungkin mereka masih bermesraan sepanjang malam.
Aku langsung berjalan menuju kamar ku yang begitu gelap karena Aku belum menyalakan lampunya.
Ketika Aku menyalakan lampu, Aku begitu terkejut saat melihat seorang yang duduk di pinggir tempat tidur ku dan menatap ku penuh arti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Widi
Wah siapa tuh yg ada di kamar Rissa?
sebaik nya pikirkan lagi biat jadi istri kedua Rissa, karena berbagi suami tuh gk enak walaupun ada persetujuan dg istri pertama nya
2022-08-16
1
Vita Zhao
kalau aku jadi rissa sih gak mau deh jadi istri kedua, meskipun kurang belain lebih baik cari laki2 lain, lagian sekarang rissa kan kaya, ah ntah lah rissa terlalu polos atau bodoh🤦♀️.
aish siapa di dalam kamar rissa ya, apa mungkin reza🤔
2022-08-16
2