Bertemu Candra

Ketika kami sedang asyik makan siang, tiba-tiba saja aku teringat apakah saat ini Reza sudah makan siang atau belum. Reza benar-benar mempengaruhi hidupku. Dan Candra, bagaimana jika Dira tahu tentang yang kulakukan dengan Candra.

"Rissa, Kenapa bengong, Ayo makan," seru Dira. Membuatku tersentak kaget.

"Eh, iya." Aku langsung mencomot makanan ku dengan kikuk.

"Kamu itu sebenarnya kenapa sih, Ris?" Dira menatapku penuh selidik.

"Aku? Memangnya Aku kenapa?" Aku masih tidak mengerti akan pertanyaan Dira.

"Dari tadi kamu itu melamun terus,Ris. Aku tuh kenal kamu. Ayolah,cerita sama Aku."

Aku terdiam. Aku tidak bisa bersembunyi di hadapan Dira. Dia lebih dari sahabat. Dira adalah saudara ku.

Kami pernah hidup serumah. Kemanapun selalu bersama, susah dan senang kita lalui bersama. Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa ku ceritakan kepada Dira. Jika Aku menceritakannya, persahabatan kita yang menjadi taruhannya. Dan Aku tidak mau jika itu sampai terjadi.

"Emm, nanti saja ya, Dir. Habis dari pantai." jawabku. Kurasa momen untuk bercerita kurang tepat jika sekarang.

Kulihat Dira mendengus pelan. Tampaknya dia kecewa karena Aku tidak mau cerita. Dira menatapku, seolah memintaku untuk bercerita saat ini juga dan dirinya siap untuk mendengarkan ceritaku.

"Yaudah kalau begitu kita pulang aja kalau kamu tidak mau cerita."

Aku tersentak. Dira nampak begitu serius saat ini. Bagaimana ini, apakah Aku harus menceritakan semuanya?

Aku menatap Dira. Mengatur nafas ku sejenak. Namun ketika Aku hendak berkata, mendadak Dira berteriak girang memanggil nama seseorang.

"Candra! Itu Candra." Aku mengikuti arah pandang Dira. Tempat kami duduk memang dekat dengan jendela. Jadi, kami bisa melihat jalan di luar. Kebetulan sekali Candra berada di luar sana.

"Ceritanya nanti saja ya Ris. Kita langsung ke pantai saja. Dan kebetulan Candra ada di sini, jadi kita bisa bareng sama dia."

Aku mencebik. Katanya mau mendengarkan ceritaku. Giliran Aku sudah siap-siap mau cerita, jadi gagal gara-gara, Candra. Dasar gadis labil!

"Eh, tapi tunggu dulu, Ris. Kita ikuti Candra diam-diam saja," ucap Dira sedikit berbisik.

Aku memutar bola mataku jengah dengan sifat kekanak-kanakan sahabatku ini.

Selesai membayar kami pun beranjak ke mobil karena Candra juga memasuki mobilnya. Giliran Aku yang mengemudikan mobil.

"Aduh Ris, jangan dekat-dekat, nanti kita ketahuan." Dira begitu heboh sendiri. Padahal mobil Candra sudah tidak kelihatan. Candra mengemudikan mobilnya begitu kencang.

Sampai di pantai, kami langsung ke ruang ganti.

Tak berapa lama pun kami keluar. Kami hanya mengenakan bikini cantik yang seketika menyedot perhatian para pria di sana.

"Lihatlah, Ris. Kita seperti jadi seleb aja di sini," bisik Dira. Aku mengangguk saja.

Aku merasa sedikit bangga dalam benakku. Ternyata masih ada pria yang mengagumi tubuh ku. Sesekali nggak apa-apa terbuka seperti ini. Alfin selalu mengatakan jika tubuh ku tidak bagus dan jelek.

Aku dan Dira berjalan menyusuri pantai seraya bermain dengan guyuran ombak. Banyak pengunjung yang memperhatikan kami, tapi Aku bersikap cuek saja, Meskipun merasa risih di tatap banyak pengunjung di sana.

Kami menepi setelah puas bermain-main di pinggir pantai. Menyandarkan diri di kursi panjang dengan payung pantai di atasnya. Nafas kami masih menderu akibat bermain dengan gulungan ombak tadi. Memperlihatkan kedua bulatan indah kami naik turun. Walaupun begitu, kami merasa begitu bahagia.

"Haus nggak, Ris? Aku pesenin es kelapa muda ya? Sepertinya seger deh siang-siang begini." Dira menawariku.

"Boleh deh, makasih ya BESTie," seruku. Dira terbangun dari tempatnya dan memesan ke penjual yang tak jauh dari sana.

Aku pun kembali merebahkan tubuh ku. Memposisikan diri senyaman mungkin. Aku tidak perduli dengan tubuh putih ku yang akan menjadi coklat karena terpapar matahari. Toh jika pada dasarnya putih, maka akan kembali putih.

Tubuhku rasanya masih sangat lengket akibat air laut. Apalagi bau matahari menusuk hidungku. Walaupun begitu Aku suka. Karena sejak dulu Aku memang sangat menyukai pantai. Tempat dimana kita bisa melepaskan segala gundah di hati. Dengan menatap hamparan langit cerah yang terasa begitu menenangkan.

Beberapa saat kemudian, pendengaran ku terusik oleh suara tawa yang begitu keras. Aku menoleh melihat ke sekumpulan suara tersebut. Beberapa pria menampilkan tubuh mereka yang terpahat indah. Mereka tengah selesai berselancar nampaknya.

Aku mengalihkan pandanganku. Tak mau tertangkap basah karena sudah memperhatikan mereka. Terlebih jarak mereka yang begitu dekat.

Tapi ekor mataku menangkap seseorang yang sepertinya memperhatikan ku. Aku pun menoleh. Hampir saja mataku keluar karena tatapan kami bertubrukan. Seorang pria bertubuh atletis berdiri menyamping sambil melirik kearah ku dengan senyuman penuh arti.

Seorang pria yang menjadi bagian dari masalaluku. Dan dia adalah Candra. Pria itu terlihat menghampiri ku.

"Apa Kau hanya sendirian?"

Pria itu menyapaku. Namun Aku membuang pandangan ku ke samping. Bukan apa-apa, Aku takut Dira memergoki kami sedang berduaan.

"Jangan disini, Candra. Sana kembali berselancar!"

"Malas ah, Aku maunya di sini saja."

"Candra! Apa kamu tidak ingat dengan janjimu? Pokoknya Aku nggak mau kalau semua orang tahu kita pernah punya hubungan!" Aku memperingatkan dia. Namun Candra hanya terkekeh membuat ku begitu kesal.

"Memangnya kenapa kalau semua orang tahu? Apa kamu tidak merindukan milikku yang menghujam milikmu?"

Aku menelan ludah ku kasar. Pria ini sudah sangat dekat telingaku. Aroma parfumnya yang menguar tercium oleh hidungku. Masih sama seperti dulu. Berbeda sekali dengan Reza yang bau keringat alami bercampur dengan parfum biasa, namun wanginya begitu segar menurut ku.

"Ayolah, Rissa. Kita dulu pernah begitu dekat. Bahkan kita sudah beberapa kali melakukannya, Kau ingat kan?"

"Itu dulu, Candra. Sekarang kita sudah punya kehidupan masing-masing. Kau punya Dira. Jadi tolong jangan lagi mengungkitnya!"

Pria itu menegakkan badannya yang semula berada di samping ku. Dia nampak tersenyum kecut mendengar ucapan ku.

"Jangan munafik, Rissa. Aku tahu sebentar lagi Kau akan bercerai dari suamimu. Aku yakin Kau butuh di puaskan."

Aku menatapnya tajam. Sepertinya dia berniat mau menggodaku lagi. Aku merasa begitu gelisah, takut jika Dira akan kembali dan mendengarkan percakapan kami.

"Tutup mulutmu, Candra!"

"Aku bersedia memuaskan mu yang hiper. Kau tenang saja, Aku akan merahasiakan ini dari sahabatmu." Pria ini menatap ku serius.

Deg

Aku memejamkan mataku. Terputar kembali memori ketika bersamanya. Dimana Aku menjadi wanita bodoh.

Candra mendekatiku diam-diam ketika masih kuliah dulu tanpa sepengetahuan Dira. Lalu kami jadian. Aku sudah terhasut oleh rayuan cintanya tanpa memikirkan Dira yang sangat mencintai Candra.

Hingga kejadian ketika Candra membohongi ku soal ponsel Dira yang tertinggal. Itu menjadi awal dia merenggut kesucian ku.

Terpopuler

Comments

Nur Evida

Nur Evida

diam2 ternyata Rissa ada hubungan spesial sama Candra, berarti bukan di perkosa tapi sama2 suka wik wik nya

2022-11-23

0

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

s rissa fikiran otak y kotor syukurin d buang sm s alfin ga suka karaktee s rissa

2022-09-12

0

Vita Zhao

Vita Zhao

wah ternyata rissa pernah menjalin kasih tuh sama Chandra, kirain Chandra melakukannya di belakang dira pas Chandra sudah menjalin kasih dengan dira, gak taunya Chandra pria hidung belang😏.
rissa meskipun kamu dijebak sama chandra tak seharusnya kamu melakukannya berkali2, cukup sekali biasanya kan, ah ntah lh benar katamu rissa kalau kamu benar2 bodoh.

2022-08-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!