Ke Rumah Dinas

Syifa mencoba menghubungi IGD rumah sakit daerah Ketapang, meminta tolong supaya pasiennya diterima. Hanya itu satu-satunya rumah sakit milik pemerintah yang ada di Ketapang. Sangat sulit mendapatkan ruangan saat kondisi pandemi. Riwayat yang dimiliki pasien Syifa sangat jelek, alhasil rumah sakit akan menangani proses persalinannya dan selanjutnya akan dirujuk ke Pontianak, yang mana peralatan disana lebih lengkap.

Syifa bertemu dengan Bang Arif suami dari Rani. Suami pasien ditanya apakah sudah menebus obat untuk penyakit kuningnya? Dan lelaki itu menjawab belum karena keterbatasan biaya. Sungguh miris melihat dan mendengarnya. Arif, Syifa, dan Mita hanya berharap bahwa bayi itu bisa bertahan sampai dilakukan rujukan.

"Terima kasih sudah merujuk, ehe-he-he." Arif tertawa di balik maskernya.

"Sama-sama. Kami titip ye, Bang. Untunglah masih bisa dirujuk, kalau tidak, pening kepala kami!" ucap Syifa.

"Balik dulu ye, Bang. Selamat bertugas wahai senior! Aha-ha-ha." Mita pamit pada Arif.

Mobil melaju kembali menuju rumah. Suasana sangat sepi, lebih sunyi dari biasanya. PPKM memang berlaku ketat. Membuat Mita dan Syifa sedih melihat kondisi ini.

"Kapanlah ini berakhir?" tanya Mita.

"Entahlah, Ta. Berdo'a saja semoga masyarakat semakin sadar dengan kesehatan. Itu saja yang bisa kita do'akan." Syifa melihat tentara dan polisi bergabung merazia beberapa toko yang masih buka.

"Ada Bang Jodha tuh, melipir nggak nih?" goda Mita.

"Balik ke rumah, Ta. Dia benar-benar marah sama aku. Tadi dia yang mengantar pasien ke rumah, langsung pamit pergi." Syifa bercerita pada Mita.

Inilah hal yang paling Mita malaskan dari jatuh cinta. Ada saja hal kecil diributkan. Setelah itu, salah satu pasti memutus komunikasi dan akhirnya kisah itu berakhir dengan singkat.

Mita menghentikan mobil dan menurunkan kacanya. Memanggil Jodha yang tengah menasihati seorang pemuda. Dengan memicingkan mata, lelaki itu menghampiri mobil merah yang dikendarai seorang wanita.

"Ooo ..., Bang! Janganlah kau marah sama sahabat aku, dia tidak bisa tidur kau tahu?" ucap Mita sembarangan. Syifa hanya terdiam mematung melihat arah depan.

Jodha tidak bisa menahan tawanya, seketika dia terkekeh kecil. "Balik ke rumah, tak usah keluyuran malam buta nih!"

Jodha menyuruh mobil Mita melaju kembali. Syifa hanya menghela napas, disapa oleh lelaki itupun tidak. Dia harus cepat meminta maaf agar masalah ini tidak berlarut-larut.

Keesokan harinya, Syifa terkejut melihat Dini telah selesai melakukan semua pekerjaan rumah. Mencuci baju, menyapu, menjemur pakaian, serta memasak. Kapan remaja itu mulai bangun?

"Din, jangan terlalu banyak aktivitas. Kakak tidak menyuruhmu untuk mencuci baju kami. Cukup sapu saja lantainya," ucap Syifa tidak enak hati.

"Dini senang melakukan untuk kalian. Semalam kalian pasti capek, bukan?"

Syifa tersenyum mendapati jawaban Dini. Dia melihat jam dinding, sudah waktunya untuk mandi. Segera wanita itu bergegas. Hari ini program vaksinasi mulai dilaksanakan. Semua tenaga medis yang telah terdaftar di sistem data dinas kesehatan mendapatkan tiket dari Kemenkes lewat SMS.

Tim yang kemarin sudah dilatih, kini memainkan perannya. Kelompok satu terdiri dari Syifa, dokter Narto, Rani, dan Husnia. Dalam satu regu ada empat orang yang akan memainkan perannya sebagai verifikator, pemeriksaan fisik dan penapisan medis, vaksinator, dan evaluator.

Banyak sekali tenaga medis yang antusias dengan vaksinasi ini. Mereka sampai kewalahan karena terkadang jaringan sinyal mengganggu kelompok itu untuk memasukkan data sasaran. Jam pelayanan dibuka mulai dari pukul 08.00 hingga 14.00 WIB.

Selama waktu itu, Syifa tidak bertemu Jodha. Irul juga belum menemuinya lagi setelah kejadian kemarin. Jam pelayanan sudah hampir selesai. Syifa sudah memiliki rencana saat selesai acara.

"Ta, kamu balik sama kak Rani, ya? Aku mau mampir pasar sebentar. Mau beli buah, kamu titip apa?" tanya Syifa.

"Tumben kamu belanja buah sendiri, biasanya juga titip mamang belanjaan," sahut Rani.

Syifa hanya tersenyum dibalik masker. Dia langsung meninggalkan ketiga kawannya bergegas menuju pasar sebelum tutup. Saat di pasar dia berpapasan lagi dengan Jodha yang sedang mengawal pimpinannya melakukan sidak pasar.

"Duh, kenapa ketemu dia disini sih?" gumam Syifa hendak pergi ke penjual lain. Sayangnya, rombongan TNI itu sudah menghampirinya.

Jodha hanya menatapnya, pimpinan lelaki itu memberikan masker untuk penjual dan Syifa. Menggalakkan pemakaian masker bagi pedagang pasar. Atasan Jodha memberikan apresiasi pada Syifa yang tertib memakai masker.

"Iyalah dia tertib, dia kan tenaga medis," gumam Jodha.

Syifa melanjutkan belanjanya, rombongan itu melanjutkan tugasnya. Wanita itu melihat kembali punggung itu menjauh. Setelah mendapatkan bahan yang dia cari, ia segera pulang.

"Heran aku, judes banget sih mukanya!" ucap Syifa sambil menata belanjaannya. "Sabar, Fa."

Syifa kembali ke rumah dan bergegas membuat es lilin. Ya, hari ini dia akan membuat es lilin pisang. Rencananya akan dia berikan pada Jodha besok, sebagai permintaan maafnya.

Tidak enak juga kalau sampai berlama-lama marahan. Bukan hal yang tidak mungkin bisa memutuskan tali silaturahmi. Syifa tidak mau menjadi orang seperti itu.

"Kakak buat es lilin buat Abang ke?" tanya Dini.

Syifa tersenyum dan mengangguk. Dini membantunya memasukkan bahan yang sudah diblender ke dalam plastik kecil dan panjang. Benda yang sudah jadi langsung dimasukkan dalam freezer kulkas.

Mita datang dengan kekesalan yang luar biasa. Syifa dan Dini mencari tahu alasan kemarahan Mita.

"Risau aku sama polisi satlantas! Aku kena tilang karena tak punya SIM C, hu-hu-hu." Mita memasang wajah sedih karena musibah yang baru saja dia alami.

"Aku kira kenapa, ternyata! Minta tolong sama ayahmu lah, Ta. Berarti STNK kak Rani lah yang disita, ye?" tanya Syifa.

Mita mengangguk, "Malas aku berurusan dengan orang tua itu!"

"Mita! Nggak sopan!" hardik Syifa.

Mita dan sang ayah sedang tidak akur, hingga dia pergi dari rumah. Dulu permasalahannya sepele, ia hendak dijodohkan dengan seorang polisi. Ayahnya mengancam bahwa akan memblokir semua akses keuangan yang bersumber dari keluarga. Karena merasa tertantang, Mita akhirnya berani keluar dari rumah dan menumpang di rumah Syifa.

"Aneh deh, mereka kan biasanya razia masker ...," rengek Mita karena bingung cara mengambil STNK milik Rani.

Syifa dan Dini hanya diam tidak menghiraukan ucapan Mita. Apa susahnya minta tolong dengan orang tua sendiri?

***

Sabtu sore agak lenggang bagi Syifa, dia berniat memberikan es lilin pisang pada Jodha. Ia celingukan berharap lelaki itu menampakkan batang hidungnya, tapi tidak ada.

Me : Assalamu'alaikum, Syifa mau memberikan sesuatu untuk Abang. Bisakah kita bertemu?

Tidak ada balasan dari Jodha. Membuat Syifa putus harapan. Susah sekali meluluhkan kemarahan lelaki satu itu. Lagipula itu bukan salahnya, karena ucapan Irul yang membuat pria itu marah.

"Kenapa muka ditekuk seperti itu, Kak?" tanya Dini.

"Bingung, bagaimana caranya memberikan ini pada abangmu?" Syifa berkata jujur pada Dini.

"Tinggal menyeberang, lalu temui di rumah dinasnya."

Memang mudah sekali ucapan Dini. Namun, hal itu berat untuk dilakukan. Bagaimana jika dia tidak dirumah?

"Mau Dini antarkan?" tanya Dini lagi.

Syifa tersenyum dan menggeleng. Akhirnya dia beranjak dari duduknya dan menyeberang. Berniat menitipkan barangnya di pos penjagaan, tapi ditolak oleh Bang Burhan.

"Jodha baru saja balik, Kak. Langsung saja ke rumahnya. D-03, tinggal lurus lalu belok kanan satu kali cari nomornya." Burhan menunjukkan jalan pada Syifa.

Dengan langkah berat Syifa menuju rumah Jodha. Hatinya sudah mulai berdesir ketika mendekati rumah itu. Seorang lelaki sedang mencuci tangan dan melepas masker, membuangnya di tempat sampah.

Syifa berjalan tanpa suara dan membuatnya terkejut. "Assalamu'alaikum, Abang."

Terpopuler

Comments

Uliex

Uliex

lanjuttt

2022-08-20

1

Decy zifara fatul

Decy zifara fatul

walaikumsalam bu bidan😘😘😘

2022-08-20

1

lia278

lia278

kejutan yg manis 🥰

2022-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!