Memantau

Jodha menyerah untuk mencari Dini. Kini dia hendak meminta bantuan teman-temannya. Jodha melipir ke rumah dinas. Dia melihat pujaan hatinya baru saja keluar dari warung makan bersama Mita. Membuatnya sedikit tersenyum di balik kekhawatirannya akan Dini. Mengikuti motor itu dengan perlahan hingga di depan rumah.

Seketika dirinya dikejutkan dengan sosok yang dicarinya seharian ini. Dini berada di teras rumah Syifa dengan penampilan sangat tertutup. Membawa ransel yang diletakkan di kursi tunggu. Membuatnya mengucap syukur karena Dini masih bisa menggunakan akal sehatnya untuk datang dan meminta perlindungan pada orang baik seperti Syifa.

Jodha mengamatinya dari seberang, dia tidak ingin Dini lari meninggalkannya karena takut jika akan dibawa pulang paksa. Jodha membiarkan Dini bercengkrama terlebih dahulu dengan Syifa. Hanya sebatas memantau dari seberang.

"Waalaikum salam, Dik Dini? Ngapain disini? Nungguin saya pulang? Mau periksa? Kenapa? Apanya yang sakit?" cerocos Syifa penuh perhatian.

Mita yang belum tahu duduk permasalahannya hanya diam menyaksikan komunikasi yang sedang berlangsung itu. Dini malah menangis membuat Syifa dan Mita bingung.

"Duduk dulu, duduk dulu." Syifa menarik tangan Dini dan mendudukkannya di kursi. Dia juga ikut duduk di sampingnya.

Mita berpamitan untuk masuk ke dalam rumah. Mungkin Dini tidak ingin dia mengetahui permasalahnnya.

"Ada apa?" tanya Syifa lembut sambil merapikan anak rambut Dini.

Dini mencoba mengatur tangisnya agar mereda, "Saya ... saya pergi dari rumah, Bu."

"Ha? Maksudnya kamu diusir?"

Dini menggeleng, "Saya minggat, Bu. Saya takut sama bapak karena kemarahannya begitu besar. Tadi saya hampir dibunuh dengan parang."

Syifa mengucap istighfar karena mendengar cerita Dini. "Terus sekarang kamu mau kemana, Dik?"

Dini menggeleng dengan pandangan kosong.

"Kamu sudah makan?" tanya Syifa. Dini kembali menggeleng.

"Ya Allah, Dik. Apa yang bisa Ibu bantu untuk kamu?"

Dini menoleh pada Syifa dengan wajah memohon dan memelas. "Izinkan saya tinggal disini, Bu. Saya janji saya nggak akan merepotkan Ibu. Saya janji akan membantu Ibu apapun."

Syifa memijat pelipisnya yang tidak nyeri itu. Pusing harus menjawab apa permintaan Dini. Disatu sisi dia kasihan melihat Dini, tapi di sisi lain dia tidak ingin ikut campur terlalu dalam untuk masalah yang Dini hadapi.

Dini masih menatapnya dengan tatapan memohon dan menyayat hati. Sungguh, kalau hatinya bisa bicara pasti dia akan mengungkapkan yang sesungguhnya. Bahwa dia tidak tega dengan keadaan Dini.

Saat diliputi kebimbangan, Jodha datang membuat Dini terkejut. Dini langsung berdiri dan mundur beberapa langkah menjauh dari Jodha. Membuat Syifa semakin bingung dengan keadaan saat ini.

"Abang ngapain disini? Jangan paksa Dini untuk ikut sama Abang. Dini nggak mau!" teriak Dini.

Mita yang baru saja selesai membersihkan diri dan akan mengisi piringnya dengan nasi menjadi ingin tahu ada apa sebenarnya. Mita membuka pintu rumah dan melihat Dini, Jodha, dan Syifa.

Dini langsung masuk begitu pintu terbuka lebar. Membuat Mita hampir terjatuh karena ditabrak Dini.

"Ta, tolong temankan Dini. Aku mau ngomong sebentar sama Bang Jodha," tutur Syifa.

"Lama juga nggak papa, iya kan Bang Jodha?" goda Mita kepada Jodha, menaik turunkan alisnya dan cengengesan tidak jelas.

Jodha hanya tersenyum singkat, sementara Syifa sudah memelototinya dengan serius. Bisa-bisa bola matanya mencelos keluar dari tempatnya.

"Oh ya, tolong bukain pintu ruang praktik." Syifa meminta tolong pada sahabatnya.

"Siap Nona Bos! Apa lagi?"

"Dah itu aja, makasih!"

Mita segera masuk dan menutup pintu rumah. Membuka pintu ruang praktik. Syifa mempersilahkan Jodha masuk ke dalam.

"Silahkan masuk, Bang." Jodha mengangguk dan masuk ke ruang praktik itu.

Ruangan itu masih sama seperti saat pertama kali dirinya masuk dulu. Saat kepalanya berkucuran darah karena luka robek akibat tergores sisi truck kontainer.

Dia duduk di kursi pasien. Dan Syifa duduk di kursinya. Mereka berhadapan dan saling berpandangan. Lalu Syifa menghela napasnya.

"Jadi Abang pacarnya Dini?" tanya Syifa.

Tawa Jodha langsung tergelak keras saat mendapati pertanyaan itu. Membuat Syifa kesal, dirinya sedang tidak bercanda. Dia menatapnya tajam, membuat Jodha menghentikan tawanya itu. Lalu berdahem untuk memulai pengakuan.

"Abang bukan pacarnya Dini, Dik. Abang ini kakak sepupunya dia. Dini anak nomor dua mak Ute. Dia baru saja ketahuan karena ya ... masalah itu. Dan dia minggat dari rumah." Jodha menjelaskan duduk perkara yang sedang terjadi.

Syifa malu bukan kepalang. Dia salah mengira, Jodha ternyata sepupu dari Dini. Ingin Syifa lari ke dalam goa yang jauh di dalam hutan dan menyembunyikan dirinya berhari-hari disana. Bisa-bisanya dia punya pikiran sempit seperti itu.

Kenapa dia tidak tanya terlebih dulu apa hubungan Jodha dan Dini? Pertanyaannya tadi seperti langsung menuduhnya. Pantas saja Jodha menertawakannya. Andai saja pertanyaan itu bisa diralat pasti akan dia lakukan sekarang. Sayangnya sudah terlambat, ah sudahlah! Toh sekarang dia mendapatkan jawaban dari pertanyaannya, bukan?

"Dini tadi waktu di rumah cerita kalau periksa di tempatmu," terang Jodha.

Syifa mengangguk, "Saya ..."

"Ck, coba kalau kamu ngomong sama Abang bahasanya lebih santai. Pakai nama kek, atau ... Adik mungkin?"

"Ih, Abang tuh banyak permintaan!"

Jodha kembali tertawa mendapati jawaban itu. Dia ingin meruntuhkan tembok kokoh dan tinggi yang dibangun Syifa. Menggantinya dengan tembok yang dibangun dengan dasar cinta.

Jodha menceritakan keadaan yang terjadi di rumah Dini daritadi pagi hingga sore ini. Banyak air mata yang tumpah saat berita itu mencuat ke permukaan. Bukan hanya air mata, amarah terlalu mendominasi dan mengendalikan keadaan. Mengalahkan rasa iba dan belas kasih untuk menerima kesalahan itu dan mencari jalan keluarnya.

Syifa sampai menganakkan air mata di sudut matanya. Segera dia mengambil tisu dan mengusapnya.

"Aku ... ehm, Syifa bicara dulu dengan Dini sebentar," ucap Syifa hendak masuk ke dalam rumah.

"Biarkan saja dulu, dia butuh waktu menenangkan dirinya sendiri. Dia masih takut dan sakit hati karena ucapan pak Ute. Boleh Abang minta tolong sama kamu?" Hanya Syifa yang dapat membantu Jodha saat ini.

Syifa mengangguk, "Apa?"

"Tolong biarkan Dini disini dulu, sampai keadaan di rumah bisa dikendalikan. Abang akan jemput dia lagi disini. Lagipula, kalau dia disini Abang bisa mantau dari depan. Bisa, Dik?"

Syifa mengangguk, "Itu juga yang Abang lakukan ke aku dua tahun lalu? Diam-diam mantau dari gerbang rumah dinas?"

Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dengan mulus dari mulut Syifa. Membuat hati mereka sama-sama dihinggapi gelenyar aneh yang membuat mereka mual. Jodha menatapnya sedikit lebih lama. Kesempatan berharga harus digunakan dengan sebaik-baiknya.

"Iya," jawab Jodha terus terang. "Sebelum Abang berangkat satgas luar negeri, Abang selalu mencuri-curi kesempatan untuk memantaumu, karena setelah jahitan yang ada di kepala sudah kamu ambil, Abang sulit untuk menemuimu."

Syifa tersudutkan atas jawaban itu. Bingung harus bagaimana, dan sekarang dirinya salah tingkah. Dia mencoba menstabilkan emosinya.

"Kenapa Abang suka sama aku?" tanya Syifa terbodoh. Ingin sekali dia memukul mulutnya yang selalu tidak tahu batasan kapan harus berhenti bertanya.

"Kamu istimewa."

"Istimewa? Dari sisi mana? Aku itu galak, cerewet, judes, pelit, julid, apalagi ya?"

Jodha tertawa sambil menggeleng, "Hati kamu itu tulus dan lembut. Itu yang membuat kamu istimewa."

"Kalau kenyataannya hati aku nggak begitu gimana?"

"Abang bimbing kamu supaya memiliki hati yang tulus dan lembut." Jodha berhasil mematahkan keraguan Syifa untuk menilai dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

rorosableng

rorosableng

yang jomblo...harap minggir...

2024-05-01

0

Nuris Wahyuni

Nuris Wahyuni

gombal Abang Jodha 😂😂😂

2022-12-06

2

🌺 £€πD®@ m@£@¥u🌺

🌺 £€πD®@ m@£@¥u🌺

cieee.... bang Jodha sweett bangett sihhh 😍😍

2022-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!