Penasaran

Semua upaya dilakukan pemerintah untuk menangani Covid-19. Satuan gugus tugas atau Satgas dibentuk untuk melakukan percepatan pencegahan menyebar luasnya wabah itu. Cara yang telah dilakukan pemerintah sangatlah beragam. Mulai dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, larangan mudik, protokol kesehatan yang ketat, hingga wacana tentang vaksinasi.

Pemerintah Indonesia telah memesan vaksin jenis Sinovac yang dibuat oleh China, untuk diuji coba di Indonesia. Presiden adalah orang pertama yang akan divaksin dan disiarkan live di stasiun televisi yang ada di Indonesia. Para tenaga medis mendapatkan bagian untuk ikut andil dalam percepatan itu. Mereka dibekali dengan pelatihan sebagai vaksinator untuk melakukan vaksinasi nantinya.

Satu orang bertindak sebagai petugas pendaftaran, satu orang bertindak sebagai petugas skrining kesehatan, satu orang bertindak sebagai vaksinator dan satu orang terakhir bertindak sebagai evaluator. Dan tim dari puskesmas Syifa terdiri dari Rani, Syifa, dokter Narto, dan Husnia. Tugas mereka nantinya selain sebagai vaksinator adalah mengajari teman mereka.

Pelatihan diselenggarakan oleh dinas kesehatan kota. Semua wilayah puskesmas yang ada di wilayah itu hadir dalam pelatihan itu. Saling bahu membahu agar pandemi ini segera berakhir.

Sore itu Syifa baru saja pulang dari pelatihan itu. Dia langsung pulang ke rumah dan ingin segera merebahkan diri. Punggungnya sudah sangat pegal seharian tadi hanya duduk mendengarkan materi pelatihan.

Akhirnya, keinginannya terkabul. Dia merebahkan dirinya sebentar untuk menghilangkan penat yang melanda. Mencoba memejamkan mata dan tertidur masih dalam balutan baju kheki itu.

Sayup-sayup terdengar suara lelaki di telinganya. Menanyakan kabar tentang dirinya.

"Apa kabar?" Membuat Syifa terlonjak kaget dan terbangun.

"Astaghfirullah ..., suara siapa tadi? Kok laki-laki? Masa iya rumahku ada penunggunya, sih?" tanyanya masih dalam keadaan bingung.

Dia menjadi bergidik ngeri sendiri membayangkan jika ada penunggu di rumahnya. Segera dia membersihkan dirinya dengan mandi. Lalu setelahnya dia membersihkan rumah dan bersiap membuka praktik.

***

Libanon.

Sebuah surat perintah datang melalui e-mail. Berisi tentang perintah pertukaran pasukan yang akan dilaksanakan satu minggu lagi. Berita yang sangat menggembirakan, bukan?

Dengan cepat e-mail itu menyebar ke telinga masing-masing anggota pasukan. Membuat mereka mengucap syukur atas berita bahagia itu. Begitupun dengan Jodha, dia hanya tersenyum saat mendengar berita itu. Tapi, jauh di dalam hatinya dia ingin melompat!

Sebentar lagi ia akan bertemu dengan si cantik penggetar jiwa. Si cantik yang mampu membuat gelenyar aneh di hatinya.

"Nggak seneng dapat berita balik ke Indonesia?" tanya senior Jodha.

Jodha tertawa mendapati pertanyaan seperti itu.

"Ngarang! Senang lah, Bang!"

"Aku kira nggak senang, hahaha. Ingat! Habis ini temui dia, dekati, langsung ajak pengajuan! Diserobot yang lain baru tahu rasa kamu, Jod!"

Jodha tertawa sembari mengangguk. Memang itulah rencananya nanti. Tapi, apakah akan berjalan dengan mulus? Atau banyak rintangan yang menghadang? Entahlah. Jodha hanya butuh kemantapan hati untuk berani mengungkapkan rasa yang ada di hatinya.

Dia membuka akun instagramnya lalu mengirim pesan pada akun si cantik.

Prajuritperang_90 : Assalamualaikum, apa kabar? Sehat selalu ya! Aku mau kasih tau, seminggu lagi aku pulang ke Indonesia. Karantina dulu selama 14 hari, terus habis itu bisa ketemu sama kamu! Kamu senang, tidak?

Prajuritperang_90 send to Syifazahro

Jodha menanti jawaban dari pemilik akun itu. Dia tersenyum sendiri sambil membayangkan pertemuannya dengan Syifa. Ya, wanita yang selama ini bergelayut manja di pikirannya adalah Syifa. Bidan yang rumahnya berhadapan langsung dengan rumah dinas milik Kodim yang ada di Kabupaten Ketapang.

Sepuluh menit telah berlalu, tapi tidak ada pesan balasan dari Syifazahro. Jodha hanya tersenyum dan menghela napas.

"Mungkin dia lagi sibuk! Nggak sabar nunggu pulang. Syifa! Bang Jodha pulang! Sambut Abang, ya?" katanya setengah teriak. Membuat teman-temannya yang lain menoleh padanya.

Jadilah dia bahan ejekan untuk teman-temannya.

"Cie yang lagi kasmaran!"

"Hasek bentar lagi ketemuan ...."

"Bawain oleh-oleh dari sini!"

"Mana sih bro, orangnya? Penasaran! Pantesan disini cewek bening dianggurin!"

Mereka semua sahut-sahutan untuk mengejek Jodha. Membuat Jodha semakin geli sendiri mengingat tingkahnya.

"Enaknya bawain oleh-oleh apa, Bang? Ya disini lagi tugas ya kali mau pacaran, Bang! Aneh!" balas Jodha.

"Nggak usah bawa apa-apa. Berikan saja hatimu seutuhnya! Abang yakin, pasti luluh dia Jod!"

"Hasek!" sahut yang lain.

"Hatiku cuma satu, dan itu bakal aku beri semua sama dia."

"Udah diterima?" tanya yang lain serempak.

Jodha menggeleng lesu dan menunduk.

"Yah ... Jadi sedih dia! Perjuangin lah! Pulang bilang, dik ayo pengajuan sama abang!"

"Hahaha, iya, nanti Jodha langsung ajak dia pengajuan!"

Obrolan mereka harus terhenti. Baku tembak antara Israel dan Palestina terjadi kembali. Mereka melakukan kembali tugasnya sebagai pasukan perdamaian.

***

Syifa baru saja menolong persalinan di rumahnya. Dia bersama Rani saat ini. Persalinan berjalan lancar. Namun saat kala III, yaitu dimulai saat bayi sudah keluar hingga keluarnya plasenta atau ari-ari, mereka mengalami kesulitan.

Plasenta belum juga lahir padahal sudah lebih dari lima belas menit. Membuat Syifa dan Rani agak was-was.

"Permisi ya, Bu. Tangan saya masuk ke dalam." Tangan Syifa masuk ke dalam dan mencoba untuk meraih plasenta itu.

Rani menyuntikkan oksitosin kedua agar merangsang pelepasan plasenta.

"Gimana, Fa?"

"Udah ada yang lepas sebagian kok, Kak."

"Rahimnya mulai mengeras, nih!"

Syifa mengeluarkan tangannya, mencoba mencari tanda-tanda pelepasan plasenta lagi. Mereka tersenyum di balik masker itu. Tali pusat memanjang saat Syifa memutarnya searah jarum jam.

"Ngejen dikit, Bu!" perintah Syifa pada pasiennya. Dan yang mereka khawatirkan sirna. Plasenta itu lahir tepat dua puluh menit.

Syifa menilai keadaan plasenta itu. Mulai dari kulitnya, kotiledonnya, dan panjang tali pusatnya. Semuanya lengkap. Syifa juga melihat perdarahan yang keluar dari jalan lahir itu. Aman sesuai harapannya.

Setelahnya, mereka melakukan pemantauan selama dua jam pertama setelah plasenta lahir. Tiap lima belas menit pada satu jam pertama, dan tiap tiga puluh menit pada satu jam kedua. Syifa menulis laporan seperti biasanya.

Sedangkan Rani telah selesai membedong bayi mungil itu dan menyerahkannya pada ayahnya.

"Fa, Kakak balek puskesmas lok ye?" pamit Rani padanya. (Fa, Kakak balik ke puskesmas dulu ya?)

"Aok, makasih ye Kak!" balas Syifa. (Iya, makasih ya Kak!)

"Ye, same-same lah! Assalamualaikum!" (Ya, sama-sama! Assalamualaikum)

"Waalaikum salam." Syifa melanjutkan aktifitasnya untuk menyelesaikan laporannya.

Setelah laporannya selesai, dia segera menuju warung depan untuk membeli makanan.

"Pak, Bu, saya ke warung bentar ya?"

"Oh, iya Bu Syifa," jawab pasangan yang baru saja dikaruniai seorang bayi mungil itu.

Syifa berjalan ke arah warung makan terdekat. Pasiennya butuh makan karena tadi telah mengeluarkan energi yang banyak. Langkahnya terhenti ketika melihat baju loreng disana. Ingin kembali tapi sudah kepalang tanggung.

Akhirnya Syifa tetap masuk ke warung itu. Syifa memesan makanan dan menunggunya. Bang Burhan yang sedang makan melihat kedatangan Syifa. Seperti biasa, dia akan menyampaikan salam dari penggemar rahasia Syifa.

Syifa sedang dalam mood yang jelek. Dengan berani dia duduk di hadapan Bang Burhan lalu menanyakan siapa sosok tersebut.

"Saya kenal orangnya?" tanya Syifa tak sabaran.

Bang Burhan tersenyum lalu mengangguk, "Pernah ketemu sekitar ... tiga kali kayaknya."

"Yang mana sih, Pak?"

Bang Burhan langsung tersedak ketika dirinya dipanggil 'Pak' oleh Syifa. Baru kali ini ada yang memanggilnya dengan sebutan yang menurutnya sangat tua untuk dirinya yang masih melajang.

"Keriput di wajah saya kelihatan banget ya, Bu Bidan?" tanya Bang Burhan sambil melihat wajahnya di kaca kecil miliknya.

Syifa tercengang dengan yang dibawa Bang Burhan. Cowok bawa kaca mini? Buat apa?

"Memang kenapa, Pak?" tanya Syifa bingung.

"Duh, jangan panggil saya 'Pak' dong, tua banget kayaknya. Saya masih lajang, kok!"

"Nggak nanya! Lagian situ juga panggil saya 'Bu' saya nggak masalah!" sewot Syifa menanggapi Bang Burhan.

Bang Burhan menyeringai menampilkan gigi rapinya itu. "Panggil Bang saja lah, dia bentar lagi pulang kok! Tunggu sekitar ... tiga mingguan. Nanti dia datang sendiri menemui Kak Bidan. Eh, bagus juga kupanggil Kak Bidan. Kak Bidan Syifa. Hahaha"

"Dasar aneh! Terserah lah!" Syifa beranjak meninggalkan Bang Burhan dan membayar makanan itu.

***

Hai, dikau yang tersamar di balik rembulan,

Dan berkalang di balik kabut,

Engkau membuat diriku penasaran,

Hingga hatiku rapuh kalang kabut,

Siapa dikau?

Wahai pemilik nama Prajuritperang_90 tunjukkanlah wajahmu,

Sudikah engkau menemuiku?

Agar rasa penasaranku bermuara padamu

Terpopuler

Comments

Ria Julita Sari

Ria Julita Sari

gak sabar nggu mereka ktemu smoga berjodoh ya mas Jodha 🤲🤲

2023-05-11

1

mastura librae

mastura librae

😁😁auto loncat kena gombal di abg tni

2022-11-25

1

Piet Mayong

Piet Mayong

hasekkkk...bentar lagi pulang..

2022-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!