Jodha dan Maya terkejut mendengar berita yang baru saja didengarnya. Dini adalah anak kedua dari Mak Utenya. Mak Ute adalah sebutan untuk bulek atau tante yang menempati urutan ke empat dalam jumlah persaudaraan.
Anak pertama disebut Long, anak kedua dipanggil Ngah, anak ketiga diberikan gelar Udhe, anak keempat Ute, dan anak paling bungsu dipanggil Usu. Panggilan khas orang Kalimantan yang mereka suarakan untuk memanggil saudara-saudara mereka.
Jodha mengenal Dini adalah anak yang ceria. Jika di sekolahan, dia cenderung agak nakal tapi memiliki pemikiran yang cerdas. Sering mendapatkan teguran dan amarah dari orang tua maupun gurunya. Tapi, bagi Jodha, Dini adalah anak yang dapat memilah hal yang buruk dan baik. Baginya, kenakalan Dini masih dalam batas wajar.
Misalnya saja, Dini pernah melabrak teman satu sekolahnya. Dan menurut Jodha hal itu masih wajar, karena jiwa remaja seperti pada umumnya sangat menggebu-gebu. Tapi, sampai hamil? Ini bukanlah kenakalan yang biasa Dini lakukan. Kenapa anak itu sampai berbuat hal itu?
"Mamak tunggu sini, ye? Jodha mau ke rumah Mak Ute. Mau tahu gimana cerita lengkapnye. Tak usah risau, Insyaallah ada jalan keluarnye. Kak Long, titip Mamak. Usu ke rumah Mak Ute dulu. Assalamualaikum." Jodha menyalami Mamaknya dan bergegas ke rumah Mak utenya yang berjarak lima ratus meter dari rumahnya.
Disana terlihat sedang terjadi keributan, hingga para tetangga berdesak-desakan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Jodha mencoba menerobos masuk melewati kerumunan itu. Matanya seketika melotot ketika Pak Ute nya sedang membawa parang siap melayangkannya pada Dini.
Jodha berteriak, "Istighfar, Pak Ute! Itu Dini anak Pak Ute sendiri!"
Terlihat Dini menangis sesenggukan dengan wajah ketakutan melihat amarah bapaknya. Jodha mencari keberadaan mak utenya, ternyata beliau juga sedang menangis di sudut kanan rumahnya sambil memegangi kepalanya.
Datang bapak Jodha, Pak Ngah, Pak Ude, dan Pak Usu. Mereka membantu Jodha menenangkan Pak Ute. Jodha menghampiri Dini lalu menyuruhnya menenangkan diri di kamar. Jodha menyuruh para tetangganya untuk bubar lalu menutup pintu rumahnya.
"Mak," Jodha menghampiri Mak Ute.
Mak Ute menangis sambil menatap sendu ke arah Jodha. Membuat Jodha tidak tega melihatnya. Mak Ute terkenal sabar menghadapi tingkah anak-anaknya, dan kini seperti hilang arah harus melakukan apa.
"Sabar Mak, Insyaallah semua baik-baik saja. Jodha akan bantu Dini dan Mak Ute. Jodha ke kamar Dini dulu."
Mak Ute mengangguk. Jodha meninggalkannya dan menuju kamar Dini. Dia langsung masuk karena pintu kamarnya terbuka. Melihat keadaan adik sepupunya itu mendapatkan memar di pipi. Kemungkinan kena amukan Pak Ute.
"Bang, hiks hu ... hu ... hu ...."
Jodha langsung memeluk gadis remaja itu. Serasa ikut merasakan beban berat yang dirasakan Dini.
"Abang minta sama Dini, ceritakan semuanya sama Abang. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Kamu melakukannya dengan pacarmu yang anak SMA itu?" tanya Jodha.
Dini menggeleng. Dia mulai menceritakan awal kisahnya hingga terjadi hal yang menjadi aib untuk semuanya itu.
Dini berkenalan dengan seorang pria dewasa yang sudah mapan. Awal mula mereka bertemu adalah saat Dini pulang sekolah dan ban motornya kempes. Pria itu menolongnya dan mengajaknya berkenalan.
Baru satu minggu mereka berkenalan, pria itu sudah menyatakan cintanya pada Dini. Masa remaja adalah masa paling menyenangkan juga masa paling sulit untuk mengendalikan diri. Ingin coba-coba hal baru adalah yang paling dominan di masa itu. Begitu juga yang dirasakan Dini, dia sudah pernah berpacaran dengan teman sekolahnya. Tapi, kali ini berbeda. Dia ingin merasakan pacaran dengan pria dewasa.
Awalnya mereka pacaran selayaknya pasangan pada umumnya. Seiring berjalannya waktu, pria itu meminta yang lebih pada Dini. Awalnya hanya sekedar ciuman di bibir, lalu mengajaknya melakukan hubungan terlarang itu. Pria itu berhasil meyakinkan Dini bahwa tidak akan terjadi apa-apa ke depannya.
Namun, semuanya bohong. Dini mulai merasakan hal aneh pada dirinya. Sering pusing dan mual secara sebulan penuh dia rasakan. Dia mencoba mencari jawabannya di internet. Yang mana, jawaban dari internet merujuk pada tanda tidak pasti kehamilan. Membuatnya berpikir kembali tentang perbuatan mereka.
Dengan rasa cemas yang akut, dia mencoba menguji urinnya, dan hasilnya ternyata dua garis merah. Dini mencoba menghubungi pacarnya dan memintanya bertanggung jawab. Bukannya bertanggung jawab, pria itu malah meninggalkan Dini seorang diri dengan masalah yang sangat pelik itu.
"Bang Rouf udah tahu tentang ini, Din?" tanya Jodha saat Dini terdiam lama tidak menyelesaikan ceritanya.
Dini menggeleng, Rouf adalah kakak Dini. Dia seorang polisi yang baru saja menyelesaikan pendidikannya dan sedang bertugas di polsek kecamatan x.
"Kamu itu adik terkuat yang Abang punya, Din. Kamu bisa menyembunyikan masalah ini sendirian tanpa ada yang tahu. Bahkan kamu mempertahankannya itu adalah suatu pencapaian yang luar biasa, Din. Abang akan lindungi kamu dan calon bayi kamu." ucap Jodha mengelus-elus rambut Dini.
"Cuma Abang yang mikirnya begitu. Yang lain menyalahkan Dini, Bang. Dini takut dikeluarkan dari sekolah setelah ini tersebar."
Jodha diam mendengar pernyataan Dini. Hanya Jodha yang tidak memojokkannya. Jodha melihat sisi ketidakberdayaannya. Semua orang menyalahkan Dini, termasuk mamaknya.
"Abang nggak bisa bantu banyak, tapi setidaknya abang bisa bantu cari jalan keluarnya. Kamu sudah periksa kandungan? Kalau belum, abang punya ... teman bidan, kalau kamu mau, abang bisa antarkan ke rumahnya," tutur Jodha menawarkan bantuan.
"Nggak usah, Bang. Dini udah periksa di tempat bidan yang rumahnya depan rumah dinas Kodim." Jodha mengernyitkan dahi saat Dini menyebutkan rumah Syifa.
"Bidan Syifa?" tanya Jodha terkejut.
Dini mengangguk, "Mamak nemuin obat vitamin dan buku pink itu tadi, dia tanya itu punye siape. Dini nggak bise ngelak lagi. Akhirnya ketahuan juga sama semuanye. Maafin Dini kalau buat keluarga besar malu."
"Udah ... pikirkan kesehatan kamu sama calon bayi kamu. Urusan yang lainnya biar Abang dan keluarga yang selesaikan. Kalau nanti kamu dikeluarkan dari sekolah itu adalah resiko perbuatanmu. Gampang itu nanti, kejar paket c kalau sudah lahiran. Yang penting jaga dirimu dan calon bayimu."
Dini mengangguk sambil menitikkan air mata. Membuat Jodha merangkulnya. "Sudah dewasa, bentar lagi jadi seorang ibu. Nggak boleh cengeng, harus lebih kuat dan selalu kuat setelah ini. Paham?"
Dini mengangguk kembali, "Makasih ya, Bang. Hiks ... kalau tadi nggak ada Abang, mungkin Dini udah mati kena parang bapak, Bang."
"Udah, nggak usah diinget-inget. Pak Ute lagi kalut, Din. Maafkan ye?"
"Bukan salah bapak, Bang. Dini yang salah. Coba aja waktu itu Dini ... hiks." Dini menitikkan air mata lagi.
"Oh ya, siapa nama lelaki itu dan dimana dia tinggal? Biar Abang lacak keberadaannya," tanya Jodha.
"Namanya ...."
Prang! Gelas sengaja dilempar mengenai tembok. Pak Ute tengah dikuasai amarah yang sangat tinggi. Membuat Jodha meninggalkan Dini dengan cepat mencari keberadaan pak Ute.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
reii.ptra
curiga ke irul
2023-05-18
1
Nuris Wahyuni
jgn2 Irul yg bikin dini hamil
2022-12-06
2
Putrikartika
pasti si Irul yg hamil in dini
2022-10-29
1