Abang Marah

Mita yang baru saja menyaksikan drama apik di ruang praktik Syifa. Ingin berkata kasar, tapi dia tahu batasannya. Mereka sudah dewasa, membantu tidak mencampuri urusan Syifa dan Irul adalah yang terbaik. Hanya hatinya kesal, kenapa sahabatnya masih baik pada lelaki itu?

Alasan wanita yang satu ini untuk tidak mudah ramah pada orang adalah seperti ini. Mita seperti memiliki insting yang kuat dalam menilai orang hanya satu kali pandang. Ingat saat Jodha pertama kali datang menemui Syifa? Dia merasa lelaki itu adalah orang yang tulus terhadap sahabatnya.

Mengapa dia tidak pernah bisa ramah dengan Irul? Karena Mita selalu menganggap lelaki itu hanya memanfaatkan sahabatnya. Kembali ke drama yang baru saja disajikan oleh Syifa, Irul, dan Dini.

"Kamu?" kata Irul terkejut saat melihat Dini sambil menunjuk wajah anak remaja itu.

Syifa merasa heran dengan nada bicara Irul. Seakan sudah kenal dengan Dini sehingga menunjuk wajah adik Jodha dengan telunjuk. Mencuatkan satu pertanyaan di benak Syifa kepada lelaki itu.

"Kamu kenal dengan Dini?" tanya Syifa menyelidik.

Irul segera tersadar dan menggeleng. "Ha? Ah, tidak! Aku hanya pernah melihat dia di SMA X."

Dini memperingatkan Irul dengan pandangan tertunduk. Lebih ke arah mengancam daripada sebuah peringatan.

"Jangan berbuat tidak sopan dengan bu bidan Syifa! Jika kau melakukannya maka bersiaplah masuk bui!"

Mita yang masih setia menyaksikan pertunjukan itu sambil melipat tangan di depan dada, merasa janggal dengan ucapan Dini. Kenapa Irul harus dimasukkan bui? Pikirnya mungkin menggertak Irul agar tidak menyakiti sahabatnya. Baguslah, sekarang dia tidak terlalu khawatir pada Syifa jika sendirian di rumah. Toh pelindungnya banyak.

Dini pergi menuju kamar dan meninggalkan Irul bersama Syifa. Begitupun dengan Mita, dia kembali menyelesaikan laporan.

"Abang minta maaf," jelas Irul memohon pada Syifa.

"Silahkan pulang, saya perlu waktu untuk menenangkan diri." Syifa menunjuk pintu yang sedari tadi terbuka lebar.

Irul menghela napas, dia menyesali perbuatannya. Sampai hati dia hendak melakukan kekerasan pada Syifa. Entah rasa apa yang membara di hati hingga buta dan bertindak di luar kendali. Lelaki itu melenggang keluar dari ruang praktik Syifa. Saat hendak melaju pergi, dia melihat Jodha sedang asyik menyandarkan diri di samping gerbang rumah dinas.

"Eh, ada Bapak tentara yang kemarin dan yang menelpon calon istriku. Ah, senang sekali aku, hari ini pipiku yang dapat kecupan. Besok mungkin bibir. Hati sehat, Pak?" ledek Irul pada Jodha, lalu pergi dengan tertawa jahat.

Jodha hanya melirik lelaki gila itu. Hatinya panas mendengar kecupan di pipi. Benarkah Syifa menjalin hubungan dengan pria itu? Apakah betul wanita yang dia anggap terhormat itu melakukan yang belum menjadi haknya?

Saking kesalnya Jodha memukul gerbang hingga menyebabkan tangannya lecet dan berdarah.

***

Syifa menghela napas panjang untuk menstabilkan moodnya. Irul benar-benar kelewatan dengan mengatakan mereka ada hubungan. Dia melihat orang yang menghubunginya. Matanya langsung membelalak lebar membaca nama kontak telepon.

Syifa menutup pintu ruang praktik dan cari keberadaan Mita. Langkahnya tergopoh-gopoh hingga hampir saja tersandung keset lantai.

"Biak ini, ye! Cobalah jalan elok-elok! Risau sangat aku lihat kau teh!" Mita yang sedang menulis laporan sampai terkejut mendapati Syifa yang tergesa-gesa. (Anak ini, ya! Cobalah jalan hati-hati. Gelisah aku melihat kamu!)

Syifa duduk di samping sahabatnya. Menunjukkan panggilan WA terakhir yang masuk. Mita meliriknya dengan senyuman nakal.

"Cieee ..., kamu pasti takut kan kalau bang Jodha salah paham?" desak Mita. Syifa tidak dapat membohongi perasaannya. Dia mengangguk mantap.

"Ah ..., akhirnya! Pengakuan cinta keluar dari seorang bernama Syifa!" Mita mengatakannya dengan penuh semangat.

"Ih, mana ada? Aku hanya takut dia salah paham! Tidak lebih!" sanggah Syifa.

Mita malah tertawa. Bagaimana tidak? Kentara sekali ucapan Syifa itu malah menandakan bahwa dia ingin Jodha tahu bahwa dia tidak ada hubungan spesial dengan Irul, jika tidak memiliki perasaan apapun pasti akan dianggap angin lalu atau dibiarkan saja. Ini tidak seperti itu! Syifa ingin menjelaskan sesuatu pada Jodha.

"Baiklah kalau kamu menyangkalnya, Fa. Tapi mata dan ekspresi wajahmu itu tidak bisa berbohong. Pipimu itu selalu berseri merah muda ketika menyangkut bang Jodha. Buruan kawin, gih!"

Syifa mencubit pipi Mita. Gemas sekali dia mendengar ucapan sahabatnya. Kawin? Nikah saja belum disuruh kawin!

"Bantuin ...," rengek Syifa lagi.

"Ya Allah ..., tinggal bilang maaf tadi ada lelaki gila yang menyebarkan berita hoax. Tapi kalau tergila-gila padamu, aku tidak berbohong. Gitu saja kok susah!" Mita tertawa setelah mengatakannya.

Syifa salah meminta bantuan pada orang seperti Mita. Bukan menemukan solusi tepat, malah jatuhnya memalukan diri sendiri. Akhirnya dia pergi meninggalkan sahabatnya. Merasa perutnya perih, dia pergi keluar untuk mencari makan.

Syifa berpamitan pada Mita hendak pergi membeli makan. Mulai menyalakan mesin motor dan melaju ke jalan depan. Menghentikan kendaraan di depan warung makan langganannya.

"Aduh! Pakai ketemu disini lagi!" Syifa bingung akan melangkah masuk atau kembali pulang. Pasalnya disana ada Jodha dan Bang Burhan.

Syifa melangkahkan kaki ragu, tapi akhirnya masuk juga ke dalam warung. "Bu, bungkus lauk dan sayur saja. Ikan nila 3, sayur bayam, dan sambal."

Jodha tidak menyapanya sama sekali. Dia menikmati hidangan yang tersedia di piringnya. Bang Burhan merasa aneh dengan keadaan mereka. Tidak biasanya Jodha melempem seperti kerupuk terkena angin.

"Jodh, kak bidan tuh!" Bang Burhan menyenggol lengan Jodha.

"Biarin," jawab Jodha singkat. Syifa sempat mendengar nada bicara Jodha yang datar.

"Eh, Kak Syifa! Beli makan juga, Kak?" tanya Bang Burhan.

Syifa mengangguk dan tersenyum. Matanya memerhatikan Jodha yang masih saja sibuk dengan makanannya. Pesanan Syifa sudah jadi, dia membayarnya lalu pamit pada sang penjual, Bang Burhan, dan Jodha.

"Mari Bu, Bang Burhan, Abang ... Jodha. Assalamu'alaikum." Syifa melenggang keluar dari warung makan itu. Hatinya berharap ada jawaban dari salamnya. Terutama dari lelaki yang dia panggil Abang Jodha, nyatanya hanya pemilik warung serta Bang Burhan yang menjawab salamnya.

Syifa melajukan motor kembali ke rumah.

"Wa'alaikum salam ...," jawab Jodha lirih.

"Tadi ada orangnya kau tidak menjawab salam, giliran dia sudah tidak terlihat kau membalasnya. Kenapa kau ini?" tanya Bang Burhan.

Jodha hanya diam dan memberikan uang ke pemilik warung. Berjalan sendirian menuju rumah dinasnya. Sedangkan Syifa melihatnya dari dalam rumah. Apa yang harus dia lakukan?

"Kasihan dia, Fa. Kenapa tadi tidak langsung bilang saja sih?" tanya Mita.

"Banyak orang, Ta. Malu lah aku ...," sanggah Syifa menuturkan alasannya.

Syifa membaringkan diri di samping Dini. Terlihat gurat kesedihan di wajah remaja putri itu. Merasa ada yang sedang memerhatikan wajahnya, Dini kembali membuka mata.

"Ada apa, Bu bidan?" tanya Dini.

"Ah, tidak ada apa-apa. Maaf membangunkanmu, Din. Boleh Kakak tanya sesuatu sama kamu?" tanya Syifa.

Dini memandang Syifa dengan tatapan menyelidik. Apa yang hendak ditanyakan Syifa padanya?

"Abangmu kalau marah memang sukanya diam, kah?" tanya Syifa.

"Ha? Ahaha ..., saya kira apa, Bu. Bikin deg-degan saja." Dini salah mengira apa yang akan ditanyakan oleh Syifa. Bu bidan melanjutkan dengan pertanyaan berikutnya.

"Kamu kenal dengan bang Irul?" tanyanya membuat napas Dini tercekat.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Dua2 nya sok gengsi..

2024-04-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Syifa Bodoh gak bisa Tegas dgn orang gila kek Irul..ckk..

2024-04-24

0

Piet Mayong

Piet Mayong

pasti itu irul pacar dini yg g mau tanggung jawab...
ahhhhhh...din ngaku aj deh...

2022-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!