"Apa yang sedang kalian sembunyikan dariku?" Gilbert masih merasa penasaran dengan pembicaraan Oma dan juga Kimi.
"Kau baru saja menjengukku, apakah kau sama sekali tak merindukan ku?" Oma menatap Gilbert dengan tajam.
"Untuk apa merindukan wanita tua yang menyimpan banyak rahasia," ketus Gilbert.
Oma membuang napas beratnya dan berkata, "Jadi, apakah saat malaikat telah menyabut nyawaku, kau tetap tak akan pernah merindukan ku?"
"Cih, omong kosong apa itu? Kau terlalu banyak menonton drama televisi. Sekarang istirahatlah! Jika tidak, maka malaikat maut benar-benar akan menyabut nyawamu." ucap Gilbert dengan ketus.
Oma mende.sah pelan saat cucunya merapikan selimut agar menutupi sebagian tubuhnya. "Gil, menikahkan!"
Tangan Gilbert tertahan di udara dengan mata yang membulat lebar. Napasnya juga tertahan untuk beberapa saat hingga menimbulkan rasa sesak di dadanya. Pikiran mendadak kosong. Bagaimana bisa kata yang tak pernah ada di kamus hidupnya, kini mendadak harus dia dengarkan, terlebih yang mengucapkan adalah sang, Oma.
Gilbert yang terpaku merasa terkejut saat sang Oma menepuk pundaknya. "Mengingat usiaku sudah tak akan bertahan lama, hanya ada dua pilihan untukmu saat ini. Menikah dengan wanita pilihanmu sendiri atau menikah dengan wanita pilihanku."
Gilbert menatap sang Oma dengan penuh ketidaksukaan. "Itu bukan pilihan, tapi paksaan," ujarnya.
"Aku memang sedang memaksamu untuk menikah. Jika kau masih tidak ingin menikah juga, jangan berharap kau akan mendapatkan sedikitpun harta warisanku, Karena aku akan menyerahkan semua harta warisanku untuk yayasan amal. Sekarang semua keputusan ada ditangan mu. Dengar Gil, kali ini Oma serius."
Gilbert membisu seribu bahasa. Gilbert tidak tahu apa yang akan dia cari didalam pernikahan. Baginya wanita hanya benalu saja. Gilbert tersenyum sinis, karena dia tidak pernah akan rela jika semua usaha yang dia rilis dari ambang kebangkrutan akan hilang begitu saja, terlebih untuk sebuah yayasan amal.
"Kau benar-benar ingin memaksaku? Oke, aku akan ikuti keinginanmu."
"Bagus." Oma tersenyum lebar. "Jadi apakah kau akan menikahi wanita itu?" sambung Oma lagi.
Kening Gilbert mengernyit. Dia merasa bingung dengan wanita yang dimaksud oleh Omanya. Karena selama ini Gilbert tak pernah dekat dengan seorang wanita manapun, lalu wanita mana maksud Oma.
"Wanita itu?" cicit Gilbert.
Sang Oma hanya bisa mendengus kasar saat Gilbert lalu menunjukkan sebuah foto dirinya dengan Zela saat berada didalam lift.
Danm! Gilbert menggeretakkan giginya saat melihat foto itu. "Itu tak seperti yang kalian lihat! Aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa! Jangan salah sangka!"
Oma tertawa kecil. "Jangan menyangkal! Aku sudah tahu apak yang kau lakukan dengan wanita itu. Bahkan aku juga tahu jika kau juga sudah menjamahnya. Lalu apakah kau masih ingin menyangkalnya?"
Lagi-lagi Gilbert harus dibuat ternganga oleh ucapan sang Oma. Mengapa dia bisa mengetahui apa yang telah Gilbert lakukan malam tadi. Apakah selama ini Oma memang menyuruh seseorang untuk mengikuti dirinya.
"Kenapa kau sangat tegang seperti itu? Aku hanya mengarang saja. Karena aku tau kau adalah penjahat kela.min."
Detik itu juga Gilbert membuang napas beratnya. Aku pikir kau memang mengetahuinya. Aku harus menyembunyikan kejadian malam tadi jika masih ingin aman. Karena aku yakin jika Zela bukanlah wanita sembarang untuk Omanya.
***
Zela harus merelakan kepergian mamanya untuk pergi keluar negeri guna melakukan pengobatannya, agar bisa berjalan kembali. Meskipun Zela tahu jika entah kapan lama masa pengobatan itu berlangsung. Namun, menurut berita yang telah dia baca, kemungkinan sang mama akan melakukan masa pengobatannya selama enam bulan lamanya.
"Jika kau tidak rela, aku tidak akan pergi," kata mamanya saat kursi roda didorong Zela untuk menuju sebuah parkiran.
"Kenapa Mama berpikir seperti itu? Ze hanya merasa akan kesepian tanpa Mama."
"Mengapa harus kesepian jika ada aku disisimu." Tiba-tiba sebuah tangan merangkul pinggang Zela dengan erat.
Sarla tersenyum lebar melihat bagaimana Gilbert memperlakukan Zela dengan baik. Dengan seperti itu, dia akan merasa tenang saat masa pengobatannya nanti.
"Tante titipkan Zela kepadamu, Nak."
Rena yang berada di samping Zela hanya ikut prihatin atas apa yang dialami oleh sahabatnya. Berpura-pura bahagia, sedangkan hatinya sendiri sedang hancur akibat pengkhianatan dari Jack. Andaikan saja Gilbert adalah pria yang baik, mungkin saat ini Rena akan langsung menjodohkan Zela dengan Gilbert. Namun, mengingat siapa sosok Gilbert, Rena sama sekali tidak rela ika sahabatnya disentuh oleh Gilbert.
"Bisakah kalian biasa saja tidak menyilaukan mataku!" kata Rena yang kesal saat tangan Gilbert masih memeluk erat pinggang Zela.
"Kau siapa berani-beraninya mengomentariku?" sinis Gilbert.
"Dia sahabatku. Tolong lepaskan tanganmu."
Gilbert tersenyum tipis. "Apakah dia lebih berarti daripada aku yang telah berjasa dalam hidupmu?" bisik Gilbert.
"Omong kosong apa itu? Jangan mentang-mentang kau membantu pengobatan mamaku jadi kau bertindak sesuka hatimu!"
"Tante sepertinya mataku akan sakit jika melihat mereka berdua. Aku takut saat Tante pulang nanti Tante akan menimang cucu. Ayo biar Rena antara Tante mengunakan mobil Rena saja. Sepertinya kekasih Zela sudah tidak sabar menunggu keberangkatan Tante." Rena segera mendorong kursi roda Sarla menuju mobilnya.
"Ma, jangan dengarkan Rena!" Zela menghempaskan tangan Gilbert untuk mengejar Rena dan mamanya yang sudah naik mobil.
"Ren, buka pintunya? Apa maksudmu meninggalkan ku disini? Dia ibuku, aku ingin mengantarkan keberangkatannya!" teriak Zela saat pintu mobil telah dikunci.
"Suruh kekasihmu yang mengantarkan mu ke Bandara agar mata kami tidak sakit. Bukan begitu kan, Tan?"
Mama Zela tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Mama tunggu di Bandara ya."
"Semua ini karena ulah mu!" tunjuk Zela kearah Gilbert.
***
Kesedihan itu tak bisa terbendungkan lagi saat pesat sudah lepas landas dan mengudara. Zela masih enggan untuk beranjak pergi meskipun pesawat itu sudah membubung tinggi. Rasa penuh di dada membuat sesak hingga sulit untuk bernapas. Gilbert masih setia berdiri di belakang Zela dengan menaikkan ponselnya. Begitu juga dengan Rena yang masih menjadi penyangga kesedihan sahabatnya.
Dering ponsel membuat Rena merogoh ponsel yang ada di dalam tas. Matanya sedikit terkejut saat melihat nama yang tertera di layar ponsel. "Madam," batin Rena.
"Ze, aku angkat telepon dulu!"
Rena memilih sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan teleponnya. Namun, samar-samar Gilbert mendengar saat Rena mengucapkan kata Madam. Mata Gilbert pun tak hentinya untuk terus memperhatikan Rena.
"Ze, sepertinya aku tidak bisa menemanimu. Aku ada urusan. Jika kau ingin bersama dengan pria ini, ku harap kau berhati-hati!" pesan Rena sebelum meninggalkan Zela yang masih dalam kesedihannya.
Sebenarnya Rena tidak tega untuk membiarkan sahabatnya dalam kesedihan, tetapi pekerjaan yang menyangkut kelangsungan hidupnya tidak bisa dia abaikan.
Merasa diperhatikan oleh Gilbert Rena pun memberikan tatapan tajam kearah Gilbert. Sekilas Gilbert baru mengingat jika wanita yang ada dihadapannya saat ini adalah salah satu wanita yang pernah dia booking. Namun, karena wanita itu sudah tidak perawan lagi, akhirnya Gilbert mengusir wanita malam itu.
"Kau!" tunjuk Gilbert saat mengingat siapa Rena sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🅰️Rion bee 🐝
kebanyakan jajan sih jadi lupakan..
2022-08-12
2
dealove
next thor !!
2022-08-12
0