Pikiran Gilbert sangat kacau saat mendengar jika jantung Oma kian melemah. Selama ini sang Oma memang memiliki penyakit jantung. Namun, Gilbert tidak pernah berpikir jika keadaan akan genting seperti saat ini. Dimana sang Oma telah memakai alat bantu untuk pernapasan.
"Sebaiknya kau beristirahat. Nyonya besar pasti bisa melewati masa kritis ini," pesan Kimi saat melihat Gilbert terus menatap sendu wanita yang sedang tak berdaya itu.
Satu-satunya wanita yang dia miliki. Gilbert tidak tahu bagaimana dia bisa melanjutkan lagi hidupnya tanpa wanita tua itu.
"Aku akan tetap disini untuk menemani Oma. Kau saja yang pulang!" usir Gilbert.
Kimi Hanya menggelengkan kepalanya pelan. Saat sang Oma dalam keadaan sehat, jangankan untuk disuruh tidur di rumah, sekedar memberikan kabar saja Gilbert sangat malas. Namun, saat sang Oma sedang terbujur tak sadarkan diri, Gilbert seolah baru menyadari jika dia telah mengabaikan waktu untuk bersama dengan Oma-nya.
"Bukankah besok ada peninjauan ke luar kota? Kau harus beristirahat Gil! Biar aku yang menjaga Oma."
Gilbert menatap malas kearah Kimi. Orang kedua yang dianggap cucu oleh Oma-nya. Dengan hembusan napas yang berat, akhirnya Gilbert menuruti ucapan Kimi.
"Aku memang akan beristirahat. Tapi tetap di kamar ini!" Gilbert berlalu menuju sebuah sofa yang ada dia dalam kamar rawat Oma-nya.
"Terserah dimana saja yang penting kau beristirahat," timpal Kimi.
Malam semakin larut. Meskipun terasa melelahkan, tetapi tak membuat Gilbert bisa untuk memejamkan matanya. Banyak pikiran yang sedang memenuhi isi kepalanya. Tak hentinya Gilbert terus memohon kepada Tuhan agar sang Oma segera sadar. Dunia akan terasa tak berarti jika Oma pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
Keringat jagung bercucuran keluar. Di alam bawah sadarnya, Gilbert memimpikan lagi kejadian beberapa tahun yang lalu, dimana sebuah kecelakaan menimpa dirinya.
Saat itu hujan sedang mengguyur sebuah kota. Gilbert yang sedang dalam pengaruh alkohol tidak bisa berkonsentrasi dengan baik saat sedang mengemudi. Siapa yang menyangka jika malam itu akan menjadi malam yang paling buruk seumur hidupnya dan akan membekas hingga saat ini.
Dibawah guyuran hujan deras, sebuah kecelakaan tak bisa terelakkan lagi. Semua itu adalah kesalahan Gilbert yang salah saat hendak menginjak rem.
"Tolong .... " Suara rintihan seorang wanita yang tengah kesakitan.
Sayup-sayup Gilbert segera membuka matanya. Darah juga sudah mengalir dari kepalanya. Kakinya juga terjepit. Kaca mobil yang sudah hancur, membuat Gilbert bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depannya.Tak jauh beda dengan keadaan mobilnya yang rusak parah. Namun, setidaknya Gilbert masih bisa selamat dari kecelakaan tersebut.
Gilbert hanya bisa mendengar kata tolong, tetapi dengan keadaan kaki yang terjepit, Gilbert tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan dia juga pasrah jika malaikat maut akan mencabut nyawanya saat itu. Tak ada lagi yang bisa Gilbert lakukan hingga pandangan menjeda gelap semua.
"Tidaaakk ...!"
Gilbert langsung terbangun dari mimpi yang buruknya dengan napas tersenggal. Kimi yang berasa duduk tak jauh dari Gilbert merasa kaget. Namun, seketika dia mengerti jika Gilbert baru saja memimpikan malam buruk itu.
"Sudah ku bilang, kau harus beristirahat dan jangan banyak pikiran. Mengapa kau sangat keras kepala?" Kimi telah menyodorkan air putih kearah Gilbert.
Dengan tangan yang bergemetar, Gilbert segera menenggak tandas air tersebut. Napasnya masih tersenggal, bahkan pakaiannya juga basah akibat keringat yang keluar.
"Kim, apakah sesulit itu kau mencari tahu tentang kecelakaan alam itu?" Mata Gilbert menyipitkan kearah Kimi.
Kimi yang selalu tenang dan tidak bisa ditebak hatinya, sulit untuk di ragukan, entah itu kebohongan, ataupun kebenaran.
"Bukankah sudah ku katakan jika mereka adalah pasangan suami-istri dan mereka juga meninggal di tempat. Kasus juga sudah di tutup. Jadi apa yang kau ragukan?"
Meskipun sudah beberapa tahun kecelakaan itu terjadi, tetapi mimpi itu masih sering muncul dalam tidurnya. Gilbert semakin yakin jika ada yang sedang di tutupi kebenarannya.
"Entah mengapa aku semakin tidak yakin dengan jawaban yang Kimi berikan. Apakah sedang ada yang disembunyikan? Aku harus cari tahu sendiri," batin Gilbert.
Gilbert membuang napas beratnya. Tidak ingin memikirkan terlalu dalam akhirnya Gilbert memilih untuk meninggalkan kamar Oma-nya.
"Kau jaga wanita ini dengan baik. Aku merasa tidak nyaman tidur di sofa."
"Tapi ini sudah malam. Kau ingin pergi kemana?"
"Aku ingin pulang. Apakah kau juga ingin menenangkan ku diatas ranjang?"
Gilbert melenggang pergi meninggalkan Kimi yang masih terdiam akibat ucapan Gilbert. Meskipun di bayar malah, Kimi tidak akan sudi untuk menghangatkan ranjang bosnya. Bagi seorang Kimi kehormatan seorang wanita tidak bisa di tukar dengan uang.
***
Setelah melewati malam panjang dengan kegelisahan, Gilbert tidak bisa fokus dalam menjalankan aktivitasnya hari ini. Bahkan karena buru-buru, Gilbert sampai salah saat memasang dasinya. Bukan hanya itu saja, Gilbert juga melupakan kunci mobil yang tertinggal di kamarnya.
"Sial!" umpatnya dengan kesal.
Karena sedang ingin memburu waktu, Gilbert memilih memesan taksi online agar lebih menghemat waktu. Sepanjang perjalanan Gilbert terus memerintahkan sopir untuk menambah kecepatan agar segera sampai di kantor.
Seperti biasa kedatangan pasti akan mendapatkan sambutan dari seluruh karyawan yang ada. Mereka akan memberikan hormat dengan cara membungkuk.
Sorot mata tajam itu tak peduli dengan para mata yang menatapnya dengan aneh. Bahkan beberapa diantara mereka saling berbisik. Entah apa yang mereka gosip pagi-pagi buta seperti ini.
Baru saja Gilbert ingin masuk kedalam lift, dia melihat sosok Zela yang ternyata juga baru sampai kantor. Namun, meskipun mereka satu tujuan dengan lantai yang sama, Zela memilih Lift yang ada di sampingnya.
Hanya dengan satu siulan, Gilbert bisa memanggil Zela. Dengan cepat Gilbert memberi sebuah isyarat agar Zela masuk kedalam liftnya.
"Ada apa?" tanya Zela setelah lift itu berjalan naik.
"Bisakah kau bersikap sopan dengan atasanmu? Jangan kau pikir karena kau bisa kembali ke perusahaan ini lagi kau menjadi besar kepala. Ingat, jika bukan karena wanita tua itu, aku tidak sudi untuk mempekerjakan kau di perusahaan ini lagi."
Zela memilih diam karena matanya tertuju pada sebuah dasi dan kerah baju yang tidak teratur. Bahkan dasi yang dikenakan bosan pagi ini terbalik. Lama-lama Zela tidak bisa menahan tawanya. Dia menutup mulutnya untuk menertawakan penampilan bosnya yang berantakan pagi ini.
"Apakah kau sedang menghinaku?" sentak Gilbert yang merasa sedang di rendahan oleh Zela.
"Tidak akan ada manusia bumi yang berani untuk menghinamu. Mereka hanya ingin tertawa saja karena penampilanmu," celoteh Zela masih dengan tawanya.
"Stop tidak lucu!"
"Apakah seperti ini juga tidak lucu?" Zela mangambil ponselnya dan menunjukkan kesalahan Gilbert pagi ini.
"Pantas saja mereka menertawakan ku," geram Gilbert dengan gigi yang sudah menggeretak. "Diam kau! Benarkan sekarang juga atau aku akan menghempaskan impian mamamu!" gertak Gilbert.
Seketika Zela langsung terdiam. Dengan perasaan kesal, akhirnya Zela menuruti perintah Gilbert untuk membenarkan kerah dan dasinya.
"Astaga .... !" pekik seseorang diikuti dengan suara ruih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
dealove
ortu zela tu yg d tabrak??
2022-08-07
1
Afikha Setiawan
yg di tabrak itu pasti orang tua zela
2022-08-07
2