Bertepatan dengan Zela yang hendak membenarkan dasi Gilbert, pintu lift terbuka dan ternyata di depan pintu lift sudah ada beberapa orang, termasuk juga para petinggi perusahaan.
Sebenarnya apa yang terjadi tidaklah seperti yang mereka lihat. Hanya karena posisi Zela yang hendak membenarkan kerah baju dan dari milik Gilbert, semua yang melihat mengira kedua sedang mesum di dalam lift.
Gilbert segera mendorong tubuh Zela ke samping saat melihat beberapa orang telah memandangi mereka. Bahkan tanpa sepengetahuan ada yang sampai mengambil gambar mereka berdua.
"Maaf ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Dia hanya membenarkan dasiku." Gilbert memberikan penjelasan. Namun, karena bukan hanya satu dua orang yang melihat, maka ada yang percaya dan tak percaya. Terlebih bagi mereka yang sudah mengenal siap sosok Gilbert yang sebenarnya.
"Ah, tidak apa-apa, Tuan silahkan anda lanjutkan," balas salah seorang diantara beberapa orang.
Zela hanya bisa menelan kasar salivanya. Wajahnya terasa sangat panas. Dia tidak tahu akan menyembunyikan wajahnya dimana. Setelah ini pasti akan ada pihak yang langsung akan menggoreng gosip untuk menjatuhkan dirinya. Terlebih Zela menyadari jika ada beberapa orang yang tidak menyukai kehadirannya di perusahaan ini.
Gilbert sendiri langsung keluar dari lift, begitu juga dengan Zela karena ruangan mereka memang satu tempat. Hanya derap langkah yang nyaring menggema dipendengaran. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Gilbert.
Hingga ....
"Setelah meeting, persiapan dirimu untuk meninjau proyek yang ada di luar kota."
Zela menautkan alisnya dengan penuh keterkejutan. Bagaimana bisa Gilbert menurunkan perintah dadakan kepada dirinya. Jika dia pergi keluar kota lalu bagaimana dengan mamanya. Tidak! Zela harus mencari alasan agar tidak turut dalam peninjauan Gilbert hari ini.
"Apakah aku juga harus turut ikut?"
"Apakah kau ingin makan gaji buta?" ucap Gilbert sebelum masuk kedalam ruangan kerjanya.
Zela tak sudah tahu jawaban apa yang dimaksud oleh bosnya. Namun, saat Zela hendak masuk ke dalam ruangan, langkah tertahan oleh sosok wanita yang selama ini terus mengganggunya.
Dia adalah seorang manajer HRD, namanya Selly. Wanita yang sudah mengabdi selama kurang lebih lima tahun, tetapi jabatan yang dia pegang tak pernah naik. Bukan hanya itu saja, Selly juga merasa sangat iri dengan Zela yang begitu mudah untuk mendapatkan posisi sekertaris untuk sang bos besar. Ditambah lagi Zela dengan mudahnya masuk lagi ke perusahaan setelah dia dipecat.
Jika tidak menjual tubuhnya kepada bos, mana mungkin Zela bisa kembali lagi. Terlebih kabar yang baru saja dia dapatkan. Semua itu semakin memperkuat jika Zela memang wanita murahan yang sedang menjual tubuhnya kepada bos-nya.
"Minggir!" kata Zela kepada Selly yang telah berdiri di depan pintunya.
Selly tersenyum sinis lalu berkata kepada Zela. "Wanita sepertimu tidak pantas untuk bekerja di perusahaan ini. Jika kau hanya menginginkan ranjang bos, mengapa kau harus susah-susah untuk bekerja disini? Kau lebih pantas menjadi wanita malam!"
Zela menatap Selly dengan rasa tidak suka. Ucapan Selly benar-benar membuatku darah Zela mendidih. Selama ini Zela berusaha untuk diam karena tidak ingin mencari keributan. Namun, untuk kali ini Zela tidak bisa mendiamkan Selly yang semakin hari semakin menginjak dirinya. Menuduh tanpa kebenaran.
"Aku tidak punya urusan denganmu! Kenapa kau selalu memancing keributan? Kau pikir aku takut denganmu? Tidak! Sekarang kau mau apa? Apakah kau belum pernah masuk rumah sakit karena semua tulang-tulangmu patah? Jika kau menginginkan, aku bisa mengabulkan," jawab Zela dengan santai.
Wajah Selly semakin tidak suka dengan jawaban Zela yang terlalu sombong. Namun, dia juga tidak ingin diam begitu saja. Selly berusaha terus untuk menyudutkan Zela.
"Waaooww sudah berani berbicara ya? Apakah pelayanan mu sudah sangat memuaskan untuk Tuan Gilbert? Ah ... aku lupa, jika kau memang sengaja memberikan pelayanan yang memuaskan agar posisimu tetap aman 'kan?"
Zela yang tidak terima atas segala tuduhan yang diberikan, membuatnya semakin tidak bisa mengontrol emosinya. Dengan geram, Zela langsung menarik rambut Selly dengan kuat. "Kau pikir aku takut, hah?"
"Aduh ... sakit ... tolong .... " Selly merasa seakan rambut ingin terlepas dari kulitnya.
"Berani sekali kau! Dasar wanita murahan!" Selly pun akhirnya menarik rambut Zela. Pada akhirnya keduanya pun saling tarik-menarik rambut. Padahal belum juga tanggal 17 Agustus, tetapi mereka sudah melakukan perlombaan terlebih dahulu.
Gilbert merasa heran, mengapa Zela tak kunjung masuk kedalam ruangannya. Beberapa kali dia hanya menatap ruangan Zela yang masih kosong. Padahal mereka tadi terlihat beriringan saat menuju ruangan mereka masing-masing. Lalu, kemana perginya Zela? Gilbert yang merasa penasaran langsung keluar untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zela, mengapa dia begitu lama untuk masuk kedalam ruanganya.
Mata Gilbert hampir lepas karena melihat dua orang yang sedang tarik-menarik. Dengan cepat Gilbert menghampiri kedua.
"Hem ... Hem ... Apakah kalian sedang ingin memeriahkan lomba hari kemerdekaan?" tanya Gilbert dengan santai.
Keduanya langsung menoleh kesamping, dimana bos mereka telah memperhatikan keduanya. Selly pun langsung cepat melepaskan tangannya dan segera meminta keadilan untuk dirinya.
"Tuan, wanita ini yang memulanya. Dia menarik rambutku dengan kuat. Aku hanya membela diri," jelas Selly segera. Dia berharap jika Zela akan mendapatkan amukan dari Gilbert dan langsung mencampakkan wanita itu.
"Apakah itu benar?"
"Tentu saja, Tuan. Jika anda tidak percaya, silahkan anda cek melalui CCTV yang terpasang disini. Wanita itu benar-benar menakutkan, Tuan. Bagaimana anda bisa mempekerjakan wanita seperti ini. Apakah anda tidak takut jika para karyawan lain akan mendapatkan perlakuan seperti ini?" Selly berusaha agar bosnya tetap memihak kepada dirinya. Dengan senyum smirk, Selly menatap Zela rendah. Sebentar lagi Selly yakin jika Zela akan mendapatkan hukuman dari Gilbert.
"Zela, apakah itu benar?"
Zela tidak menjawab dan memilih untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Zela, aku sedang bertanya!" teriak Gilbert.
"Tuan, masih pantaskah wanita seperti itu untuk menjadi sekertaris anda? Bahkan dia sama sekali tidak menghargai Anda," ucap Selly.
"Diam kau! Mengapa bisa kau berada di lantai ini? Jangan-jangan kau sengaja untuk menciptakan keributan," tuduh Gilbert asal.
Kesal karena tetap tidak bisa mendapatkan perhatian dari Gilbert, akhirnya Selly berlalu begitu saja. Selain merasakan kulit kelapa yang sakit, Selly hanya bisa menelan kasar kekecewaan. Rencananya gagal begitu saja. Jika tahu akan seperti ini, Selly tidak akan nekat untuk memancing keributan dengan Zela.
"Tetap saja gagal." Selly sangat merasa frustrasi. Bahkan dengan cara seperti itu saja Gilbert tidak meliriknya. Lalu dengan cara apa agar Gilbert mau menyentuhnya.
"Arrgghh .... " Selly semakin mengacak rambutnya mengingat rencana gagal total.
"Apa yang menarik dari wanita murahan itu? Mengapa aku bisa kalah darinya." Selly melihat bayangan dirinya di kaca toilet. Memperhatikan wajahnya yang lebih cantik daripada Zela. Bahkan Zela tidak ada apa-apa dibandingkan dengan dirinya.
"Lihat saja, jika pemilik perusahaan tidak bisa menendang wanita murahan itu, aku yang akan menendangnya." Selly menatap tajam kearah kaca yang memantulkan bayangan dirinya sambil memikirkan rencana selanjutnya untuk membuang Zela dari perusahaan.
...➿ Bersambung ➿...
Kali aja ada yang mau hibahkan bunga dan kopinya 😀 Syukur-syukur ada yang mau lempar Vote 😀 Tapi sebelumnya aku ucapkan terimakasih yang udah kasih hadiah untuk aku ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Desiva Ardi
maaf untuk bab menjual tubuh disini ada kalimat yg menyatakan belum tanggal 17 Agustus yg itu berarti HUT negara kita Indonesia tercinta... dan lomba kemerdekaan.yg sebelumnya author menjelaskan hidup dinegara bebas di bab2 sebelumnya.( tidak dijelaskan cerita ini sedang berada di negara mana)maaf negara kita kayaknya gak sebebas itu... mungkin jika disuatu kota begitu mungkin masih bisa direka2 karena kalau mengatakan negara itu kan seluruhnya...
selebihnya sampai disini sy suka ceritanya...
2022-08-11
3
Angga Ajjah
lanjut kk
2022-08-08
1