***
"Tuan Gilbert, tolong lepaskan. Aku mohon!"
Gilbert tidak peduli dengan kata-kata yang keluar dari bibir Zela, karena saat ini Gilbert hanya melihat sosok Monica di matanya.
"Sakit. Lepaskan aku! Kumohon!"
Gilbert mencoba untuk memaksakan dirinya. Dia tak peduli dengan teriakan Zela. Namun, untuk kali ini dia sangat merasa kesusahan. Mungkinkah Gilbert terlalu buru-buru hingga tidak ada pemanasan lebih dahulu.
Zela hanya bisa memejamkan matanya saat Gilbert sudah hilang kendali. Sat ini Zela hanya bisa menangis dan menggigit bibir bawahnya.
Tangisan Zela tak ada artinya untuk Gilbert yang sudah gila. Beberapa kali Gilbert juga memainkan lidahnya di rongga mulut Zela.
"Monic, kau sangat menggoda. Mari kita bermain bersama lagi. Aku sangat merindukanmu," bisik Gilbert sebelum menyentuh Zela lebih dalam.
Tak ada lagi yang bisa dilakukan Zela pasrah. Kekuatan Gilbert sangat kuat. Zela hanya bisa menangis dan memohon agar Gilbert melepaskan dirinya. Namun, saat ini Gilbert sedang gila, dia tidak akan bisa mendengar setiap kata-kata yang keluar dari mulut Zela.
Seumur hidupnya, Zela sangat menjaga dirinya dengan baik. Berharap dia hanya suaminya yang bisa menikmati tubuhnya. Namun, kini ditangan Gilbert mahkota itu telah hancur. Tak ada lagi harga diri yang selama ini di perjuangkan. Semua telah lenyap!
Gilbert men.de. sah panjang saat permainan itu sudah sampai pada puncak kenikmatan. Tubuh Zela bergetar seirama dengan tubuh Gilbert yang semakin kuat dalam melakukan permainannya.
****
Gilbert perlahan membuka mata dengan kepala yang masih terasa pusing. Tidak bisanya Gilbert akan mabuk hanya dengan beberapa botol minuman saja. Saat Gilbert menoleh kesamping, dia sangat terkejut saat tangannya telah melingkar di pinggangnya seorang wanita yang sedang membelakanginya.
"Apa ini?" Gilbert mengucek lagi matanya, berharap dia hanya bermimpi.
Gilbert memeriksa tubuhnya yang tersembunyi di bawah selimut tebal. Dengan mata yang melotot, Gilbert berkata, "Tidak! Tidak mungkin ini terjadi!" Gilbert menggeleng kepalanya.
"Arrgg ... apa yang kulakukan!" geram Gilbert saat mengingat apa yang telah dia lakukan kepada Zela malam tadi.
"Sial! Mengapa juga aku harus hilang kendali?" sesal Gilbert yang kemudian beranjak pergi menuju kamar mandi.
Lima belas menit Gilbert berada di dalam kamar mandi untuk menyesali apa yang telah dia lakukan kepada Zela. Meskipun dia memang menginginkan tubuh Zela, tetapi tidak dengan cara saat dirinya tidak sadar. Berulang kali Gilbert hanya bisa merutuki kebodohannya sendiri yang tidak bisa mengontrol emosinya.
Saat keluar dari kamar mandi, Gilbert masih melihat Zela yang masih lelap. Karena hari ini mereka harus segera pulang, maka Gilbert memberanikan diri untuk membangunkan Zela.
"Bangunlah, kita akan segera pulang. Bukankah kau juga ingin bertemu dengan mama mu sebelum keberangkatannya ke luar Negeri?" Gilbert mengucapkan kata-kata itu tepat disamping Zela.
Mata Zela mengerjap. Pandangan pertama tertuju pada Gilbert yang sudah ada di depannya. Dengan sigap, Zela menarik tubuhnya kebelakang. "Mau apa lagi aku?" tanya Zela dengan was-was.
Kejadian malam tadi masih terekam jelas dalam ingatan, dimana Gilbert mengambil paksa kehormatannya.
"Tenang, aku tidak akan berbuat apa-apa Sekarang bersihkan dulu tubuhmu dan kita pulang!"
Zela masih membuang muka. Dia masih merasa kecewa atas apa yang dilakukan Gilbert padanya malam tadi. Dan pagi ini tanpa sedikitpun rasa berdosa, Gilbert seolah menganggap tidak terjadi apa-apa.
"Apakah kau ingin aku yang membawamu masuk ke dalam kamar mandi seperti adegan yang ada di film-film itu?"
Hati Zela seperti tengah tersayat sembilu, perih! Bagaimana bisa pria yang telah menodai dirinya tidak ada niatan untuk meminta maaf. Ah, Zela lupa jika sampai dunia runtuh pun, pria ini tidak akan meminta maaf kepada dirinya.
Zela bangkit, tetapi saat hendak melangkahkan kakinya Zela meringis, merasakan seperti ada sesuatu yang mengganjal di bawah sana.
"Aww." Zela merasakan sedikit rasa perih. Namun, dengan cepat Gilbert langsung membawa Zela ala bridal style untuk ke kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, Zela langsung diletakkan di bathtub.
"Apakah kau ingin mandi dengan selimut seperti ini?"
Zela menatap Gilbert dengan tatapan benci. Namun, Gilbert malah tersenyum smirk. Dia segera membuang selimut yang masih menutupi tubuh polos milik Zela dan segera mengisi bathup dengan air.
Zela terbelalak dengan mata yang melebar. "Kau!" geramnya sambil menutupi semua aset berharga miliknya. Namun, lagi-lagi Gilbert malah menertawaka Zela.
"Tak perlu kau tutupi, bahkan aku sudah melihat dan merasakannya."
Zela hanya menahan sesak di dada tanpa ingin menatap Gilbert. Harga dirinya sudah tak berarti, lalu apakah Zela masih harus memiliki rasa malu kepada pria yang telah menodainya. Sungguh sangat miris kenyataan yang Zela hadapi saat ini.
"Apakah ingin ku mandikan juga?" Gilbert hendak menyentuh bahu Zela, tetapi dengan cepat Zela menepisnya. "Jangan sentuh aku!"
Gilbert menyendikkan bahunya. "Oke. Aku akan menunggu di luar. Jika kau terlalu lama, maka kau akan aku tinggal!"
Gilbert melenggang pergi meninggalkan Zela yang masih enggan untuk melihat wajah pria itu hingga menutup pintu kamar mandi.
Zela hanya bisa menangis sambil menggosok kasar tubuhnya yang sudah kotor. Lalu apa yang akan dia banggakan untuk suaminya kelak jika mahkotanya telah hilang.
"Mama ... maafkan Ze tidak tidak bisa menjaga diri dengan baik. Ze sudah kotor, Ma. Ze benci diri ini." Zela merasa sangat frustrasi dengan apa yang telah menimpa dirinya. Air mata tak hentinya mengalir dengan rasa sesak di dalam dadanya.
Sedangkan mata Gilbert tertuju pada satu obyek yang tiba-tiba meremas hatinya. Setitik bercak merah diatas ranjang sebagai tanda pembobolannya kepada Zela. Gilbert sudah biasa melihat noda seperti itu, tetapi untuk kali ini hatinya terasa sesak, mengingat siapa yang sudah dia jamah malam tadi tanpa kesadarannya.
"Sejak kapan aku peduli kepada orang lain? Aku tidak peduli, tetapi aku akan bertanggung jawab untuk tetap memberikan kompensasi kepada wanita itu." Gilbert segera mengambil telepon dan segera menghubungi seseorang dengan wajah yang serius.
Sudah hampir lima belas menit, Zela tak kunjung keluar dari dalam kamar membuat Gilbert hilang kesabaran dan langsung masuk begitu saja ke dalam kamar mandi.
"Sampai kapan kau akan tetap disini? Apakah kau akan tidur disini?" Suara Gilbert membuat Zela tersentak.
"Kau benar-benar ingin tidur disini?" tanya Gilbert lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
💦 maknyak thegech 💦✔️
Gilbert gak semuanya dinilai dengan uang paham
2022-08-20
3
Angga Ajjah
lanjut
2022-08-10
2
𝓙𝓪𝓷𝓲𝓮 🍵
gedeh bgt sm gilbert 🙈🙈
2022-08-10
2