Zela segera membubuhkan tanda tangannya di diatas sebuah materai. Meskipun tidak masuk akal, tetapi Zela telah mantap dengan keputusan, sebab dalam ada poin yang menyebutkan jika tidak ada hubungan fisik diantara keduanya. Bahkan kedua belah pihak tidak berhak ikut campur dalam masalah pribadi masing-masing, termasuk dengan pasangan mereka masing-masing
"Meskipun aku tidak yakin dengan poin terakhir, itu tidak masalah. Setidaknya aku sudah memiliki sepertiga dari hartamu. Dan yang pasti aku bisa membungkam mulut orang-orang yang telah menghinaku dengan statusku," ujar Zela dengan penuh semangat..
"Jangan terlalu bermimpi karena pernikahan ini hanya sesaat dan yang pasti hanya sebuah kontrak dengan sebuah kesepakatan!"
Zela masih tersenyum tipis. "Tenang saja, aku pasti tahu diri, kok!"
Kesunyian malam pun terasa lebih panjang saat Zela tak bisa memejamkan matanya. Bagaimana bisa Gilbert tak punya hati dan perasaan. Jelas-jelas dia yang menyuruh Zela untuk tidur di dalam kamarnya, lalu Zela tak diberikan ranjang tempat tidur. Hanya sebuah sofa panjang yang menjadi tempat tidurnya.
"Dasar pria brengsek! Bukankah di rumah ini banyak sekali kamar kosong. Lalu mengapa aku harus ditempatkan disebuah sofa? Jika seperti ini, aku tidak akan pernah bisa untuk memejamkan mataku." Mata Zela melirik kearah Gilbert yang sudah terlelap pulas. Bahkan kemungkinan saat ini Gilbert telah bermimpi indah.
"Ih ... sial ... sial!" umpat Zela dengan kesal.
***
Saat pertama kali Gilbert membuka matanya dia langsung mengedarkan pandangan matanya ke arah sofa, dimana Zela berada. Namun, matanya harus membulat saat tak menemukan keberadaan Zela diatas sofa. Saat Gilbert sudah merasa panik dan hendak turun dari ranjang, matanya terfokus di lantai.
"Zela," gumam Gilbert.
Gilbert langsung menghampiri Zela yang sudah tergeletak di lantai. "Hei, bangun! Apakah kau masih hidup?" Gilbert mengguncangkan tubuh Zela.
Dengan jelas Gilbert masih bisa mendengarkan dengkuran kecil yang menandakan jika Zela masih hidup. Dia masih tidur.
"Bangun!"
Tak ada pergerakan dari Zela membuat Gilbert memilih meninggalkan Zela begitu saja. "Dasar wanita merepotkan saja." Gilbert segera memindahkan tubuh Zela keatas ranjangnya. Bahkan saat baru diletakkan di tempat tidur, Zela segera mencari guling untuk diapitnya.
"Benar-benar wanita kerbau!"
Karena pagi ini Gilbert akan ada rapat penting, dia memilih bergegas untuk ke kantor tanpa ingin mengganggu Zela. Entah mengapa Gilbert merasa iba saat melihat wajah lelapnya Zela dan membiarkan untuk beristirahat lebih lama. Gilbert tahu jika malam tadi Zela tidak bisa tidur, tetapi Gilbert tidak tahu mengapa Zela bisa sampai ada di lantai.
"Kau layani wanita itu dengan baik. Jangan biarkan dia keluar rumah. Satu lagi, ingatan jika nanti siang aku akan menjemputnya untuk bertemu dengan Nyonya besar!" pesan Gilbert pada salah satu pelayannya.
"Baik, Tuan," jawab pelayan dengan tunduk.
Gilbert sudah bertekad ingin menjadikan Zela sebagai wanita yang akan dia nikahi demi sang Oma. Hanya sebatas pernikahan kontrak yang sama-sama saling menguntungkan. Gilbert bisa mewarisi semua warisan sang Oma dan Zela mendapatkan bagian dari sepertiganya. Menurut pengamatan Gilbert, Zela termasuk wanita baik-baik, mandiri dan pekerja keras. Gilbert yakin jika Zela tidak akan ngelunjak.
Sepeninggal Gilbert, Zela mengerjap pelan karena dia merasakan sesuatu yang berbeda.
Sambil menguap, Zela bergumam, "Eh, kenapa bisa ada disini?" Zela kemudian membuka selimut yang menutupi tubuhnya. "Syukurlah, masih aman."
Zela dibuat ternganga saat memasuki kamar mandi. Dimana semua keperluan juga telah disediakan dengan lengkap. Bahkan pakaian ganti juga sudah tersedia.
"Aku lupa jika aku baru saja menandatangani kontrak pernikahan dengan Gilbert. Itu artinya aku akan dilayani oleh para pelayan di rumah ini. Astaga, mimpi apa ini?"
***
Zela yang baru saja keluar dari kamar langsung disambut dengan dua orang pelayan yang berdiri di depan pintu kamar. "Selamat pagi, Nona," sapanya.
Zela mengerutkan dahinya dan membalas sapaan keduanya. "Pagi juga," jawabnya pelan.
Zela menuruni anak tangga dengan suara nyaring. Entah dari bahan apa yang digunakan oleh Gilbert sehingga anak tangga yang dia tapaki bisa memantulkan suara heelsnya.
Dibawah sana sudah ada beberapa maid yang juga menyambut kedatangan Zela. Saat ini Zela merasa sedang di ratukan di rumah Gilbert.
"Sarapan anda sudah siap, Nona.".
Zela menautkan alisnya. "Dimana Gilbert?" tanya Zela yang tak mendapati batang hidung Gilbert di rumahnya.
"Tuan Gil sudah berangkat ke kantor dan beliau berpesan agar anda tidak pergi kemana-mana," ucap salah seorang pelayan.
Zela menautkan alisnya. Sejak kapan dia menjadi tawanan Gilbert? "Tapi aku ingin ke kantor."
"Ini adalah perintah, Nona. Satu lagi, nanti siang akan ada jamuan makan siang bersama dengan Nyonya besar."
"Nyonya besar?" cicit Zela.
"Iya, Nona. Beliau adalah Nyonya Roberto, Oma Tuan Gilbert," jelas pelayan lagi.
Ah, iya aku lupa. Aku sudah menandatangani kontrak dengan Gilbert. Jadi mulai saat ini aki harus terbiasa dengan gaya hidupnya, batin Zela.
"Ok." Zela menghela napas panjangnya sebelum menuju ke meja makan.
Disisi lain, Kimi merasa sangat heran saat mendapati Gilbert yang tengah melamun dengan senyum bibir yang mengembang luas. Kimi yakin jika saat hati Gilbert dalam suasana bahagia.
"Selamat pagi, Tuan. Sepertinya aku telah melewatkan sesuatu," sapa Kimi saat memasuki ruangan Gilbert.
Gilbert mendongak sambil menetralkan diri agar, menyembunyikan perasaan yang sedang bermekaran dihatinya.
"Apakah wanita tua itu sudah sembuh?" Gilbert mengalihkan pembicaraan.
"Nyonya besar baik-baik saja. Bukankah siang nanti akan ada pertemuan Nyonya besar dengan Nona Zela."
"Ah, iya. Aku lupa." Gilbert menarik kedua garis simpul bibirnya. "Aku ingin setelah ini kau persiapan jamuan makan siang dengan sempurna. Terutama kau urusan wanita yang ada di rumah! Aku ingin dia juga tampil sempurna!"
"Anda tenang saja, Tuan. Aku akan mengatur dengan baik."
Apakah Gilbert sudah memiliki perasaan kepada Zela? Apakah Gilbert benar-benar mencintai Zela?
Pikiran Kimi terus berkecamuk dalam dadanya. Rasa sesak tak dapat dibendung lagi. Apakah ini yang disebut dengan patah hati?
Rasa itu hanya tersimpan dalam hati, tak bisa Kimi ungkapkan. Seberapa besar cintanya pada Gilbert tidak akan pernah bisa untuk terbalaskan, karena Kimi sadar akan siapa dirinya. "Aku akan merasa lebih bahagia jika Zela mampu membuatmu berhenti dari dunia malam, Gil. Ku harap kau tidak akan pernah menyia-nyiakan Zela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Echy Charly
cinta yg tulus Kimii... tapi aq kok jdi baper sama Kimi...hiks.... sbgtunya keikhlasan cinta Kimi....
2023-10-02
0
🅰️Rion bee 🐝
buat kamu zela MERDEKA..!!!
selamat ya sekarang udah jadi putri cinderella..😍
ciee yg sekarang ikutan jadi orang kaya..😉
2022-08-17
2