Sesampainya di rumah sakit Zela segera mencari ruangan dimana mamanya saat ini mendapatkan perawatan sebelum menjalani pengobatan ke luar Negeri. Langkahnya terus memburu, mengingat waktu yang dimiliki tak lagi. Gilbert hanya bisa mengikuti langkah Zela dari belakang dengan santai.
"Mama." Satu kata keluar begitu saja saat Zela telah berhasil membuka salah satu pintu ruangan.
Didalam sudah ada dua orang wanita yang sedang berbincang. Bahkan terlihat mamanya Zela sedang disuapi oleh Rena.
"Zela," ucap kedua wanita itu secara bersamaan.
Zela langsung segera memeluk tubuh mamanya dengan menumpahkan isak tangisnya. Seolah Zela sedang mengadu kepada sang mama atas apa yang telah dia alami malam tadi. Namun, bibir Zela kelu. Saat ini Zela hanya ingin mamanya fokus dalam pengobatannya.
"Ze, sudahlah. Apa yang kau tangisi? Tante Sarla baik-baik saja," kata Rena yang ikut terharu dengan apa yang dia lihat. Rena mengira, tangisan Zela adalah tangisan haru. Namun, siapa yang tahu jika saat ini Zela benar-benar sedang menumpahkan keluh kesahnya dalam isak tangisnya.
"Kamu kenapa malah menangis Ze? Kamu Harusnya bahagia karena sebentar lagi mama bisa berjalan kembali. Tapi ngomong-ngomong, dimana kekasihmu?" tanya mama Zela sambil mencari keberadaan Gilbert yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Sarla hanya ingin berterimakasih kepada Gilbert.
"Ze. Bukannya kamu ...." Rena langsung menutup mulut saat Zela telah memberikan kode untuknya diam.
"Dia ada dibelakang, Ma. Biasalah, dia kalau jalan seperti bebek," sahut Zela.
Tak berselang lama, pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok Gilbert yang terlihat dengan gagah dengan wajah sedikit lelah. Namun, semua itu bisa tertutupi oleh wajah tampannya.
Semua mata tertuju pada sosok Gilbert, tak terkecuali dengan Rena yang hanya bisa ternganga dengan mulut mata yang melotot saat melihat pria yang disebut adalah kekasihnya Zela.
Dadanya naik turun. Rena masih tak percaya dengan penglihatan dan berharap ini semua adalah mimpi.
"Auwww." Rena meringis saat merasakan sakit akibat tamparan kecil di pipinya. "Oh My God, ini bukan mimpi," serunya.
Berbeda dengan Rena yang telah merasa jantungan, Gilbert biasa saja karena dia memang tidak mengenali sosok Rena.
"Bagaimana keadaan Tante? Maaf kami telah karena ada sedikit masalah yang menghambat perjalanan," kata Gilbert sambil melirik kearah Zela yang masih memeluk mamanya.
"Oh, tidak apa-apa. Tante maklumi."
Butuh beberapa waktu dan bujukan dari mamanya agar Zela melepaskan pelukannya. Dengan sisa isaknya, Zela mengangkat wajah lalu berkata, "Ma ... Ze sayang sama mama. Mama cepat kembali, ya."
Sarla tersenyum tipis sambil mengusap pucuk kepala anaknya. "Sejak kapan kau menjadi anak yang cengeng? Mama hanya pergi sebentar untuk pengobatan, apakah kau tak merelakan kepergian mama?"
Zela langsung menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin Zela tidak merelakan pengobatan mamanya, sedangkan itu adalah impiannya. Bahkan Zela juga berjuang mati-matian demi pengobatan sang mama.
"Ze sangat bahagia karena sebentar lagi mama akan sembuh. Ze pasti akan merindukan mama."
"Tante tidak perlu khawatir. Selama masa pengobatan, Zela akan menjadi tanggung jawabku. Tante hanya perlu fokus untuk kesembuhan Tante saja. Masalah biaya, sudah aman."
Sarla kembali tersenyum melihat ketulusan yang diberikan Gilbert untuknya dan juga untuk anaknya. Beruntung sekali Zela memiliki kekasih seperti seorang Gilbert. Begitulah yang sedang dipikirkan oleh Sarla, mamanya Zela.
Rena hanya terpaku melihat interaksi yang terjadi antara Gilbert dan mamanya Zela yang terlihat begitu akrab. Bahkan Zela sama sekali tak pernah menceritakan sejak kapan dia berhubungan dengan pria penikmat wanita malam ini.
Pikiran Rena semakin tidak tenang saat mamanya Zela mempercayakan Zela kepada pria seperti Gilbert. Bahkan semenjak kedatangan Gilbert, keberadaan Rena seperti tak dianggap lagi.
"Oh iya, aku keluar sebentar. Ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan terlebih dahulu. Tante istirahat saja, karena sebentar lagi tim medis akan menjemputmu."
Sebelum Gilbert meningkatkan ruangan, Sarla berulang kali mengucapkan kata Terimakasih kepada Gilbert.
Itu sudah menjadi tanggung jawabku. Bukan begitu, Sayang?" Gilbert sekilas melirik kearah Zela yang sama sekali enggan untuk melihatnya.
Sepeninggal Gilbert, Rena segera menarik lengan Zela keluar. Banyak pertanyaan yang siap untuk menodong Zela. Dan yang paling penting sejak kapan Zela mengenal sosok Gilbert.
"Aduh ... apaan sih, Ren! Sakit tahu!" gerutu Zela saat di luar ruangan mamanya.
"Jelaskan sejak kapan kau menjalin hubungan dengan pria itu!"
"Ren, semua ini tidak benar. Di memanfaatkan situasi agar aku bisa kembali ke perusahaannya lagi. Dan satu lagi, aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengannya!" bantah Zela.
Rena tertawa kecil. "Jadi apa maksud dari semua ini Ze? Pria itu membantu pengobatan tante Sarla dan dia juga memanggil mu sayang. Lalu apakah aku harus percaya jika semua ini adalah rekayasa? Ze, aku peringatkan, dia bukan pria baik-baik. Dia adalah pria hidung belang penikmat wanita malam," jelas Rena dengan sedikit kekecewaan di dalam hatinya. Bisa-bisanya Zela menyembunyikan sesuatu darinya.
"Astaga Rena ... aku berkata jujur, Ren!" Zela berusaha untuk membela diri. "Tapi dari mana kau tahu jika dia adalah pria penikmat wanita malam?" tanya Zela dengan penuh penasaran. Karena selama Zela bekerja di perusahaan milik Gilbert, Zela tidak mendengar tentang gosip itu, atau Zela yang acuh.
Rena menatap Zela dengan malas. Sebenarnya Rena malu untuk menceritakan semua, tetapi semua itu demi meyakinkan Zela jika Gilbert bukanlah pria yang baik.
"Kau mau tahu? Baiklah aku akan menceritakan semuanya kepadamu dan setelah ini aku minta kau menjauhi pria itu!"
Zela tertegun saat mendengarkan pengakuan Rena yang membuat bola mata Zela hampir keluar. Bagaimana bisa Rena menjatuhkan harga dirinya di depan buaya seperti Gilbert.
"Jadi kau pernah menyuguhkan tubuhmu untuk pria itu dan ternyata kau di tolak karena kau sudah tak perawan lagi? Sungguh menyedihkan dan memalukan!" sinis Zela.
Seketika Zela teringat kejadian malam tadi dimana Gilbert merenggut mahkota kesuciannya. Zela tidak tahu lagi bagaimana dia akan menjalani hari-hari selanjutnya dengan puing-puing kehancuran hatinya.
"Ze, kok malah diam? Apakah pria itu sudah menyentuhmu?" tanya Rena mengintimidasi.
Napas Zela tercekat. Dadanya langsung berdebar tak menentu. Jelas saja Gilbert sudah menyentuh dirinya dengan paksa.
"Kau bicara omong kosong apa? Sudahlah aku lelah dan ingin melihat keadaan mama." Zela pun memilih berlalu untuk menghindari pernyataan dari Rena.
"Ze, aku belum selesai berbicara!"
Disaat itu juga Gilbert sudah memasuki ruangan, dimana sang Oma di rawat. Terlihat wanita tua itu sudah sadar dan sedang berbicara dengan Kimi.
"Kau sudah kembali," kata Oma saat melihat Gilbert mendekati Oma-nya.
"Apakah yang sedang kalian bicarakan?" tanya Gilbert yang merasa penasaran karena Gilbert sempat mendengar namanya sempat disebut oleh sang Oma.
"Apakah aku tidak boleh menyebut namamu?" tanya Oma balik.
***
Tes, ada gak sih yang baca novel ini? Kalau ada coba komen dong, novel sepi amat 🤧
Oh iya Nitta punya rekomendasi novel buat kalian dari Mak Online Nitta yang baik hati sedunia. Judulnya mengejar cinta pak duda,
mampir ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yundari Gayosa
makin seru
2023-12-29
0
Widy Erny
ak nyimak terus thor jd yang rajin up ya
2023-02-03
0
Benazier Jasmine
rena perna jd wanitanya gilbert, menjijikan si Gilbert, knp zela harus diperkosa gilbert
2023-01-02
0