Zela terbelalak saat melihat kedatangan Gilbert ke ruangannya. Derap langkah semakin dekat membuat Zela terus waspada. Zela takut karena sorot mata tajam itu tengah tersenyum smirk mengarah dirinya.
"Bajumu kotor, sebentar lagi akan ada rapat. Gunakan kemeja ini!" Gilbert melemparkan kemeja putih tepat ke wajah Zela.
"Harusnya kau berterimakasih kepadaku karena sebentar lagi ibumu akan menjalani operasi dan akan bisa berjalan kembali."
Dengan keangkuhannya, Gilbert duduk diatas meja. Dia masih menatap wajah Zela terlihat sangat menyediakan baginya.
"Aku tidak meminta," balas Zela dengan ketus.
"Yah ... ku harap kau tak melupakan jasaku saja," timpal Gilbert dengan senyum smirk.
Zela membuang napas beratnya lalu berkata, "Seharusnya anda tak perlu ikut campur dengan masalah keluargaku, tapi jangan khawatir, aku pasti akan membayar semua biaya pengobatan mamaku karena aku tidak ingin berhutang kepada anda."
"Kau adalah wanita pertama yang berani menujukan kesombongan mu kepadaku. Baiklah kita lihat apakah kau mampu membayar hutangmu."
Mata Gilbert tak hentinya melihat tubuh yang ada di hadapannya saat ini. Sungguh wanita yang sangat ideal baginya. Ukuran buah dada yang lumayan menantang, serta kulit putih membuat Gilbert ingin berfantasi dengannya.
Semakin lama Gilbert tidak tahan, akhirnya Gilbert memutuskan untuk keluar.
"Ingat, sebentar lagi ada meeting. Persiapkan dirimu dengan baik!"
Gilbert berlalu meninggalkan ruangan Zela dengan dada yang bergerumuh. Sepertinya Gilbert harus memeriksakan dirinya terlebih dahulu. Dia merasa telah mempunyai gejala penyakit jantung.
"Usia belum diangka 3 sudah menderita penyakit jantung. Payah!" gerutu Gilbert sambil memegangi detak jantungnya yang terus berirama.
Karena tidak ingin terjadi sesuatu, Gilbert segera memanggil dokter untuk datang ke kantornya. Hal itu tentu saja menghebohkan seluruh karyawan yang ada, termasuk juga dengan Kimi yang tidak tahu apa-apa.
"Dokter Frans, apakah ada yang darurat sehingga anda datang kemari?" tanya Kimi dengan penuh rasa penasaran. Sebab, sejak tadi Kimi bersama dengan Gilbert dan bosnya itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Saya tidak tahu, Nona Kim. Tapi Tuan Gil memanggil saya untuk memeriksanya," jawab dokter Frans.
Kimi pun langsung mengantarkan dokter Frans untuk menuju ruangan Gilbert.
Didalam ruangan, Gilbert tengah terbaring disebuah sofa masih dengan memegangi dadanya yang masih bergerumuh. Namun, sudah tidak sehebat tadi. Dadanya pun dibuat sesak.
"Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Kimi yang segera berlari menuju sofa.
Gilbert terbangun tanpa kata dan langsung memerintahkan dokter Frans untuk memeriksanya.
"Dok, tolong periksa jantungku sekarang juga! Dan katakan apakah aku sedang mengindap penyakit jantung atau tidak!" perintah Gilbert secara paksa.
Dokter langsung memeriksa Gilbert dengan cepat. Sedangkan Kimi hanya bisa terpaku dengan ucapan Gilbert. Bahkan Kimi sama sekali tidak yakin jika Gilbert mengidap penyakit jantung. Karena selama ini pola makan Gilbert sangat terjaga dan Gilbert juga sering melakukan olahraga.
"Mengapa kau bisa berpikir seperti itu, Tuan?" tanya Kimi dengan rasa tidak percaya.
"Kau diam saja! Aku sedang diperiksa oleh dokter Frans!"
Kimi membuang napas beratnya. Sampai kapanpun Kimi tidak jika Gilbert mengidap penyakit jantung.
Dokter Frans menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil tertawa pelan. Entah dari mana seorang Gilbert berasumsi jika dirinya menderita penyakit jantung.
"Apakah ada yang salah sehingga anda tertawa?" protes Gilbert dengan tatapan tajamnya.
"Tuan, saat ini kondisi jantung anda baik-baik saja. Detak jantung anda juga normal. Lalu bagaimana anda bisa menyimpulkan jika ada sedang mengidap penyakit jantung?" tanya dokter Frans heran.
"Aku sangat bisa merasakan detak jantungku berdetak tak seperti biasanya, Dok. Dan aku juga merasa sesak. Selama ini aku belum pernah jantungku seperti ini." Gilbert masih bersikeras dengan pernyataan.
"Mungkin anda hanya terlalu gugup atau sedang khawatir, Tuan," jelas dokter Frans.
Gilbert membuang napas kesalnya. Bagaimana bisa dokter kepercayaan keluarga tidak bisa mendeteksi gejala penyakitnya sama sekali. Jika tidak ada meeting, mungkin saat ini juga Gilbert akan segera mendatangi rumah sakit paling besar untuk mengetahui ada apa dengan jantungnya.
"Sudahlah. Kau tidak berguna! Kimi apakah ruang meeting sudah siap?"
Kimi mengangguk pelan. "Sudah. Hanya tinggal menunggu beberapa orang saja, termasuk anda," jelas Kimi.
***
Hingga malam menjelang, Gilbert masih penasaran dengan detak jantungnya yang tiba-tiba akan berdetak dengan kencang dan terasa sesak. Namun, hal itu hanya akan terjadi jika Gilbert sedang berada disamping Zela sambil berfantasi tentangnya.
Akibatnya, malam ini Gilbert mengurungkan niatnya untuk pergi ke club. Rasanya sudah tidak ada na.f.su lagi untuk menyentuh wanita malam. Terlebih beberapa kali Gilbert harus tertipu dengan wanita ja.l.ang yang mengaku masih perawan.
Tiba-tiba saja ponsel Gilbert berdering. Sebuah nama mengambang di layar ponselnya. Karena Gilbert sedang tidak mood, dia mengabaikan panggilan iti begitu saja hingga panggilan itu mati. Namun, tak berselang lama, ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan nama Oma, tetapi nama Kimi. Dengan perasaan yang masih kesal, Gilbert akhirnya menjawab panggilan dari Kimi. Karena Gilbert yakin jika Kimi menghubungi dirinya pasti ada sesuatu yang sangat penting.
"Ada apa?" jawan Gilbert dengan ketus.
"...."
Gilbert segera mematikan ponselnya kemudian menyambar matelnya. Dengan langkah cepat Gilbert memburu waktu agar segara sampai ditempat tujuannya.
"Ada apa lagi dengan wanita tua itu." Pikiran Gilbert sudah tidak bisa berpikir dengan baik. Oma adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Jika sampai Tuhan mengambil Oma darinya, sungguh dunia Gilbert akan hancur. Meskipun hubungan Gilbert dengan Oma terlihat dingin, tetapi kenyataannya Gilbert sangat mencintai Omanya. Hanya saja Gilbert menujukan cintanya dengan cara yang berbeda.
Sesampainya di rumah sakit, Gilbert segera menuju ruang ICU, karena kata Kimi penyakit Oma kambuh lagi.
"Bagaimana keadaan Oma?" Dengan napas yang tersengal, Gilbert segera menanyakan keadaan Omanya.
"Nyonya besar sedang ditangani oleh time medis. Namun, sejak tadi Nyonya besar selalu menyebut namamu. Berdoalah semoga nyonya besar baik-baik saja," kata Kimi.
Gilbert menjatuhkan tubuhnya sebuah bangku. Kini tubuhnya terasa tak berdaya lagi. Bahkan ucapan demi ucapan sang Oma berputar dalam memorinya.
"Aku yakin wanita tua itu bisa melewati semua ini karena dia kuat." Gilbert bermonolog sambil menepis rasa gelisahnya. Dia sangat yakin jika malaikat belum berniat untuk mengambil nyawa karena masih ada mimpinya yang belum tersampaikan.
Gilbert yang tidak bisa tenang hanya bisa mondar-mandir di depan pintu ICU, hingga salah seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.
"Dokter, bagaimana keadaan Oma?"
Dokter itu membuang napas beratnya lalu berkata kepada Gilbert jika keadaan Nyonya Roberto saat ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Usia yang sudah tidak lagi muda membuat kekebalan tubuhnya menurun dan alat kinerja organ tubuh tidak bisa berjalan dengan lancar.
"Nyonya Roberto sudah mendapatkan penanganan. Kau bisa melihat setelah beliau dipindahkan ke ruang rawat."
"Bukan itu yang sedang aku tanyakan, Dok! Aku sedang menanyakan bagaimana keadaan Oma sekarang!" teriak Gilbert dengan keras.
"Gil, tenangkan dirimu." Kimi membawa Gilbert untuk duduk. "Oma pasti baik-baik saja," lanjutnya lagi.
"Lepaskan aku. Aku hanya ingin mendengarkan langsung dari dokter! Lepaskan aku, Kim!"
Kimi yang sudah mengetahui keadaan Oma, berusaha untuk mencegah Gilbert mengejar sang dokter. Kimi belum siap jika Gilbert akan merasa sangat terpukul dengan kabar penyakit sang Oma.
...➿ Bersambung ➿...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Siti Masrukha
lanjut thor
2022-08-07
1
dealove
lanjut thor ❤️
2022-08-05
1