Gilbert seakan terpana oleh kecantikan sosok yang saat ini berada di depannya. Namun, dia tidak ingin menunjukkan secara langsung. Ukuran buah naga yang menantang membuatnya kesusahan untuk menelan salivanya. Apalagi pakaian yang dikenakan juga membentuk indah lekuk tubuhnya.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Gilbert tersadar dari lamunannya. Pikirannya baru saja berfantasi dengan wanita itu.
"Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan, tapi sepertinya itu tidak penting karena kau dipilih langsung oleh Oma. Aku yakin Oma tidak salah pada pilihannya. Jadi ... yang ingin aku tanyakan adalah, apakah kau sudah memiliki pasangan? Karena saat kau bekerja denganku, maka kau tak boleh menjalin hubungan dengan siapapun, kecuali aku."
Zela, nama wanita yang menjadi sekertaris barunya hanya bisa menautkan alis. Sejak kapan peraturan perusahaan melarang karyawan tidak boleh menjalin hubungan. Saat ini Zela sedang bekerja disebuah perusahaan, bukan tempat biro jodoh.
"Kenapa kau diam? Apakah kau punya kekasih atau suami?" tanya Gilbert sambil mengangkat kedua alisnya.
Zela masih terdiam. Dia tidak tahu apakah dia akan berkata jujur atau berbohong. Saat ini Zela sedang membutuhkan pekerjaan ini untuk biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit.
"Bohong apa jujur ya?" batin Zela sambil memeras kemejanya. Zela takut jika saat dia mengatakan jika dia telah memiliki kekasih, dia akan segera di tendang dari perusahaan sebelum dia bekerja.
"Tenang saja, aku belum memiliki pasangan." Zela memejamkan mata sambil memohon ampun kepada Tuhan agar memaafkan kebohongannya.
"Jack, maafkan aku. Aku terpaksa melakukan ini agar mama bisa terus menjalankan pengobatan," batin Zela.
"Bagus. Sekarang kau bisa mulai bekerja. Nanti jika aku membutuhkanmu akan aku panggil," pungkas Gilbert.
Zela keluar dari ruangan Gilbert dengan dada yang berdebar hebat. Kali ini dia telah membuat kesalahan besar yang tidak mengakui jika telah memiliki kekasih, bahkan sebentar lagi mereka akan menikah.
Dari dalam ruang kerjanya, Gilbert bisa melihat Zela yang mulai melakukan pekerjaan. Ruang Zela dengan ruangan Gilbert memang sudah di setting oleh Gilbert. Dimana hanya ada dinding kaca menjadi pembatasnya.
"Ah, sial! Jika seperti ini aku tidak bisa bekerja dengan baik." Gilbert merutuki kekonyolan yang tanpa henti memperhatikan Zela. Karena tidak ingin terus memikirkan Zela, Gilbert memutuskan untuk menutup tirainya.
"Oma dapat wanita cantik ini darimana sih? Apakah dia masih perawan? Ah, tapi percuma saja. Bahkan Oma juga mengancamku tak boleh menyentuhnya. Apa sih keistimewaan wanita itu di mata Oma selain cantik?"
Gilbert tidak bisa berkonsentrasi dengan penuh. Pikirannya ambyar saat mengingat buah naga yang terlihat menantang, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ancaman dari sang Oma.
"Ah, sial!" umpatnya lagi.
Disaat yang bersamaan, Kimi masuk tanpa mengetuk pintu. Dia terkejut saat melihat bos-nya uring-uringan sendiri dengan mengacak-acak rambutnya.
"Ada masalah apa, Tuan?" tanya Kimi langsung.
"Kamu cari tahu asal-usul wanita itu darimana!" titah Gilbert sambil menujukan kearah ruangan Zela.
"Dia siapa, Tuan?"
Gilbert memutar bola matanya yang hampir terlepas karena ternyata Kimi tidak mengetahui siapa Zela.
"Kau tidak tahu siapa dia?"
Kimi menggelengkan kepalanya pelan, membuat Gilbert mendudukkan kasar di sebuah sofa.
"Dia sekertaris yang dibawa Oma. Kenapa bisa kau kalah cepat dari wanita tua itu? Bahkan aku tidak tahu apakah dia perawan atau tidak. Dan asal kau tahu, Oma juga mengancam ku tak boleh menyentuhnya dia. Sekarang tugasmu adalah cari tahu siapa dia, mengapa bisa bertemu dengan Oma dan ada hubungan apa dengan Oma!" tegas Gilbert.
Lagi-lagi Kimi hanya bisa mengangguk pelan sebagai tanda patuh. Setelah menyerahkan file yang membutuhkan tanda tangan bosnya, Kimi pun segera undur diri.
Jika bukan mengingat atas semua kebaikan yang telah diberikan oleh Oma, mungkin saat ini Kimi bisa menikmati hidupnya dengan bebas. Demi menjaga dan mengawasi Gilbert, Kimi harus merelakan masa mudanya untuk tetap mendampingi Gilbert. Bahkan saat ini usia Kimi sudah menginjak di angka 27. Namun, karena amanah yang diemban, Kimi tidak lagi memikirkan pasangan hidupnya. Baginya mengabdi pada keluarga Gilbert adalah tujuan hidup saat ini.
Kimi mendengus pelan saat melewati ruang milik Zela. Kali ini dia harus mendekati Zela agar bisa mengorek sedikit informasi.
Sebelum Kimi bertindak lebih jauh, tidak ada salahnya untuk bertanya langsung pada Zela lebih dahulu. Kimi yakin jika Zela bukan wanita sembarang karena dia adalah rekomendasi langsung sang Oma.
**
Dering ponsel Gilbert tak hentinya bergetar. Satu nama yang membuat Gilbert enggan untuk mengangkat. Siapa lagi jika bukan nyonya besar sang pemilik perusahaan sebenarnya.
"Tuan, ponsel anda sepertinya bergetar," ucap Kimi yang tengah mengemudi.
"Biarkan saja. Itu dari nyonya besar. Pasti dia akan menyuruhku untuk pulang dan memaksa ku untuk menikah. Dan kau tahu, aku paling benci dengan pembicaraan seperti itu!" jelas Gilbert santai.
"Jadi, kita pulang kemana?"
"Kau bodoh atau pura-pura bodoh!"
"Maaf Tuan."
Kimi segera mengambil jalan menuju ke apartemen milik tuannya. Dalam hati Kimi merasa kasian kepada Oma yang selalu kesepian. Gilbert satu-satunya keluarga yang masih tersisa, tetapi malah selalu mengabaikannya.
"Kim, sebaiknya setelah ini kau temani Oma! Jika dia bertanya tentangku, katakan aku masih ingin menyelesaikan pekerjaanku!"
"Baik Tuan."
Setelah mengantarkan Gilbert ke apartemen, Kimi segara berbalik arah menuju rumah Oma.
Didalam apartemen, bayangan Zela kembali muncul dalam pikiran. Bahkan Gilbert hanya bisa menelan kasar salivanya saat membayangkan buah naga yang terlihat sangat menantang. Hanya memikirkan saja sudah membuat kejantanan miliknya mulai mengeras.
"Sial!" umpatnya.
Dalam satu hari ini pikiran Gilbert tak henti memikirkan Zela. Andaikan saja bukan wanita dari Oma, mungkin malam ini Gilbert bisa melewati malam panjangnya bersama dengan Zela.
Sambil memejamkan mata, Gilbert menuntaskan hasratnya di dalam kamar mandi dengan tangannya. Bayangan Zela menjadi obyek untuk terus berfantasi. Mungkin saat ini Gilbert hanya bisa membayangkan, tetapi suatu nanti Gilbert yakin bisa bermain dengannya diatas ranjang bersama dengan Zela.
De.sah.an pelan mengiringi penuntasan hasratnya, sebelum pada akhirnya Gilbert memutuskan untuk mandi.
Malam ini Gilbert memutuskan untuk tidak pergi ke club. Selain merasa lelah, Gilbert memang sedang memiliki pekerjaan yang harus dia kerjakan.
Diseberang sana, Zela yang baru saja pulang dari kantor harus segera mengurus ibunya. Kecelakaan beberapa waktu lalu selain merenggut nyawa papanya, ternyata juga merenggut sepasang kaki mamanya. Saat ini sang mama hanya bisa berada diatas kursi roda karena kedua kakinya yang patah.
Kecelakaan maut itu telah merubah semuanya. Kebahagian hilang dalam sekejap mata saat sang papa telah meninggalkannya untuk selamanya.
"Mama ....!" teriak Zela yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Mama mau kemana?" Zela segera menghampiri mamanya saat kursi roda itu telah terbalik.
Dengan cepat Zela membantu mamanya untuk bangkit. Pasrah dengan ketidakberdayaan, membuat Sarla merasa sangat tidak berguna.
"Mengapa saat itu Mama harus selama, Ze? Lebih baik Mama ikut bersama dengan Papa jika pada akhirnya Mama hanya akan menjadi beban mu?" Dengan air mata tak terbendung lagi, Sarla hanya bisa meratapi hidupnya yang tak berguna.
"Mama ngomong apa sih? Bukankah Mama pernah bilang jika kita harus bangkit dan berjuang lagi. Mama adalah semangat untuk Zela, jadi Mama harus kuat agar kita bisa melewati semuanya bersama. Sebentar lagi Zela akan membawa Mama berobat agar Mama bisa berjalan kembali. Tapi Mama jangan pernah ulangi lagi hal seperti ini, mengerti?"
Akhirnya Zela membawa Mamanya masuk lagi ke dalam kamar untuk beristirahat. Zela menatap mamanya dengan tatapan sendu. Berharap ada keajaiban dari Tuhan untuk mamanya. Namun, dalam kesedihan dia juga bersyukur bisa bertemu dengan nyonya Roberto yang pada akhirnya merekomendasikan dirinya untuk menjadi sekertaris di perusahaan miliknya.
...♥️Bersambung ♥️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
atun22
lanjut thor semangat selalu
2022-08-02
3
ennita
cerita awalnya bagus... semangat kakak 💪
2022-08-01
5