Sesekali Gilbert mencuri pandangan kearah Zela yang sedang menjalankan presentasinya. Meskipun Zela tidak memiliki keahlian dalam bidang pekerjaannya saat ini, tetapi Zela bisa membuat para klien merasa puas dengan hasil presentasi darinya.
"Selamat Tuan Gilbert, perusahaan anda memang luar biasa," puji salah satu rekan bisnisnya.
Gilbert hanya bisa tersenyum tipis. Sudah pasti perusahaannya akan memenangkan tender lagi. Selain hasil kinerja yang bagus, tangan kanan Gilbert juga lebih cekatan untuk menangani pekerjaannya.
"Terimakasih, tapi anda terlalu berlebihan," ujar Gilbert.
"Hahahaha anda seperti itu, Tuan. Selalu merendah."
Satu persatu para rekannya meninggalkan ruang meeting. Hanya tinggal Zela dan Gilbert yang belum keluar, karena Zela masih memeriksa datanya.
"Apakah bisa dipercepat sedikit? Aku sudah lapar!" ketus Gilbert dengan kesal.
Zela hanya melirik Gilbert dengan sekilas. "Jika sudah lapar, silahkan anda pergi duluan. Aku tahu arah jalan pulang ke perusahaan."
Gilbert membuang kasar napasnya. Dengan tatapan dingin, Gilbert segera menutup laptop milik Zela.
"Apakah seperti ini caramu menghargai atasanmu? Kau bekerja untukku, itu artinya kau harus menuruti perintahku!"
Zela menautkan alisnya saat menatap iris tajam sang bos. "Tapi ini belum selesai," protesnya.
"Aku tidak peduli karena itu adalah urusanmu! Yang aku mau sekarang kau ikut denganku untuk makan siang!"
"Tuan mengapa anda harus memaksa? Bukankah anda bisa mengajak nona Kimi untuk makan siang? Aku masih ada pekerjaan, Tuan."
Gilbert yang anti dengan penolakan, tak peduli dengan alasan Zela. Dia segera menyeret tangan Zela untuk keluar dari ruangan meeting.
"Aauuww ... sakit Tuan!"
Gilbert mengehentikan langkahnya saat Zela memberontak. "Bukankah sudah ku katakan sebelumnya, jika saat ini kau bekerja untukku, berarti kau harus patuh kepadaku. Sekarang pilih aku seret atau jalan sendiri?"
Meskipun Zela mengikuti langkah Gilbert, tetapi hatinya sangat kesal. Jika tidak mengingat gajinya dua kali lipat lebih besar dari gaji sebelumnya, Zela yakin detik ini juga Zela akan langsung menyodorkan surat pengunduran dirinya.
Zela hanya melirik Kimi yang turut mengiringi langkah tuannya. Wanita yang terlihat cantik, tetapi sayang kecantikan ditutupi dengan penampilan yang serba hitam.
"Jangan berpikir macam-macam tentang ku!"
Zela membulatkan bola matanya saat Kimi memberi peringatan kepada dirinya. Padahal Zela hanya membatin saja, tetapi Kimi langsung bisa membaca pikirannya.
Sungguh hebat Kimi, batin Zela.
"Apakah kau punya mata batin yang bisa membaca pikiran seseorang?" Zela melontarkan pernyataan konyol membuat Kimi menautkan alisnya.
Saat itu juga Gilbert yang tanpa sengaja mendengarkan pertanyaan Zela langsung memberhentikan langkahnya. Naas, Zela yang berjalan tanpa memperhatikan arah depan langsung menabrak punggung Gilbert.
"Aduuh .... " Zela menggosok keningnya.
Saat itu juga Gilbert berbalik arah dan langsung menambahkan jentikan di kening Zela.
"Kau bisa jalan dengan benar atau tidak?"
"Maaf Tuan. Siapa yang menyuruhmu untuk berhenti mendadak?" protes Zela.
"Memangnya aku sedang mengemudikan mobil yang harus aku rem saat ingin berhenti? Tidak 'kan?"
Zela hanya bisa menggosok keningnya dengan kesal. Bisa-bisanya dia melakukan kecerobohan yang memalukan. Untung saja hanya Kimi yang melihatnya. Jika sampai ada orang yang melihatnya, akan diletakkan dimana wajah merah padamnya.
"Aku sudah pesankan restoran, ku harap kau jangan lupa pesan Oma!" Kimi pun melenggang pergi dengan langkah tegapnya.
Sementara itu, Gilbert melanjutkan langkahnya dengan diiringi Zela dari belakang.
"Maaf Oma, Gil tidak akan menyentuh wanita ini. Tapi Gil akan buktikan bahwa wanita ini yang akan menyentuh Gil. Jangan salahkan Gil jika saat itu terjadi." Gilbert tertawa dalam hati. Apalagi saat mengetahui tentang Zela yang asih tersegel. Hasrat ingin memiliki wanita itu semakin kuat.
Mobil melesat cepat membelah jalanan yang ramai karena memang itu jam istirahat kantor. Gilbert memarkirkan mobilnya di depan sebuah restoran besar.
"Apakah kau tidak ingin turun? Atau kau berharap aku membukakan stafety belt ini?"
Zela langsung tersadar dan segera membuka sabuk pengaman itu sendiri. "Tidak perlu repot-repot Tuan. Aku bisa sendiri."
Zela terus mengikuti langkah Gilbert masuk untuk mencari tempat yang telah dipesan Kimi. Setelah menemukan tempat, Gilbert segera menyuruh Zela untuk duduk.
"Apakah anda tidak salah tempat, Tuan?" tanya Zela heran.
"Ada yang salah?" Gilbert kembali bertanya.
"Tidak ada. Hanya saja ...."
Belum sempat Zela melanjutkan ucapannya beberapa pelayan sudah datang untuk membawakan menu makanan.
"Silahkan Tuan, Nyonya. Jika ada yang kurang silahkan panggil kami," ujar salah satu pelayan setelah menata hidangan diatas meja.
Gilbert hanya mengangguk dan mempersilakan para pelayan itu meninggalkan mejanya.
Lagi-lagi Zela hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat gelagat aneh dari bosnya. Tidak masuk akal seorang atasan mengajak makan siang karyawan dalam nuansa romantis layaknya sedang melakukan lunch bersama dengan pasangannya.
"Jangan berpikir macam-macam! Aku tahu kau belum pernah ke restoran ini sebelum jadi wajar saja jika kau heran. Ini adalah layanan istimewa dari pihak restoran untuk pelanggan tetapnya!" ujar Gilbert sedikit acuh.
Zela pun menelan lagi salivanya. Sejak kapan restoran akan menyiapkan pelayan istimewa jika tidak diminta. Saat ini boleh saja Zela dianggap orang yang rendahan, tapi setidaknya dulu dia juga pernah berada merasakan kemewahan.
"Sejak kapan pihak restoran mempunyai pelayanan istimewa? Sepertinya aku harus berhati-hati dengan pria ini." Zela membatin sambil melirik Gilbert yang sudah menyantap makan siangnya.
***
Sesampainya di kantor, semua orang menatap Zela dingin. Karena Zela adalah karyawan baru, Zela tidak berani untuk menegur para mata yang sedang menatapnya dengan dingin.
Baru saja Zela ingin masuk kedalam ruangan kerjanya, suara bisikan dari belakang mampu dia tangkap.
"Lihatlah, pasti dia adalah wanita murahan yang ingin naik ke ranjangnya bos besar. Baru dua hari bekerja sudah diajak makan siang bersama. Dasar ja.la.ng!"
"Wanita seperti itu tidak akan lama. Karena setelah dicampakkan oleh bos, maka dia pun juga akan ditendang dari perusahaan ini."
Zela tidak kuat dengan apa yang dia dengar. Namun, lagi-lagi dia menahan amarahnya agar tidak terpancing oleh cuitan lambe nyinyir.
"Sabar Zela. Anggap hanya angin yang lewat. Kamu harus kuat demi mama!" batin Zela yang kemudian membuka pintu ruang kerjanya.
Zela mendudukkan tubuhnya begitu saja diatas kursi kerjanya. Helaan napas panjang teras sangat berat. Zela yang sejatinya rapuh harus berpura-pura kuat demi kesembuhan mamanya.
"Mama ... bersabarlah! Sebentar lagi Zela akan bawa mama berobat ke luar negeri agar mama bisa berjalan kembali, tapi Zela mohon mama harus sabar."
Setelah bermonolog sendiri, Zela kembali melanjutkan pekerjaannya. Namun, tanpa sepengetahuan dari Zela, sepasang mata sedang memperhatikan setiap gerak-geriknya.
...♥️Bersambung ♥️...
...Sebelumnya Author ucapin terimakasih buat kalian semua yang sudah mampir dan mendukung novel Author. Tetap dukung cerita ini ya 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Indri Ani40
👌👌👌👌👌👌👌
2023-08-03
0
lina
next
2022-09-03
0
Ani Azhari
lanjut
2022-08-02
2