Banyak pasang mata yang melihat Zela dengan tatapan sinis. Kasak-kusuk juga bisa Zela dengarkan meskipun hanya samar-samar. Namun, Zela tak terpancing untuk mendebat mereka, meskipun rasanya ingin menarik rambut mereka hingga rontok.
"Sabar Zela, jangan terpancing." Zela bermonolog sambil mengelus dadanya.
Siapapun pasti akan mempertanyakan kembalinya Zela ke kantor setelah mendapatkan pemecatan langsung dari bos mereka. Tak sedikit dari mereka yang menganggap jika Zela memang wanita ranjang milik bos mereka. Terbukti jika Zela bisa kembali dengan mudah setelah mendapatkan black list.
"Sungguh beruntung menjadi Zela bisa naik keatas ranjang milik bos besar," ucap salah satu karyawan yang ada di pantry.
"Apanya yang beruntung? Naik diatas ranjang bos kok bisa dibilang beruntung! Yang ada dia itu murahan. Demi mendapatkan pekerjaan yang bagus dia rela naik ranjang bos? cih ... najis!" sahut salah seorang yang memang tidak menyukai Zela.
Beberapa karyawan juga turut menanggapi kembalinya Zela. Mereka juga berasumsi masing-masing tentang Zela.
Kimi yang ternyata ada di pantry, geram dengan bahan ghibah para karyawan sehingga dia berdeham agar membuat mereka sadar jika ada dirinya di pantry.
"Hem ... hem." Dua kali deheman mampu membius beberapa mulut yang tiada bisa berbicara.
"Kerja yang benar, jangan kebanyakan menggibah!" pesan Kimi kemudian berlalu meninggalkan pantry dengan satu gelas kopi permintaan bosnya.
Setelah kepergian Kimi, tak ada lagi yang berani membuka mulutnya. Mereka memilih diam sambil melanjutkan aktifitasnya.
"Jadi rencana apa yang ingin kau lakukan?" tanya Kimi setelah meletakkan secangkir kopi di depan Gilbert.
Gilbert memutar matanya sambil melihat aktivitas Zela dari dalam ruangannya. Awalnya Gilbert hanya ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk membujuk agar Zela mau kembali lagi ke kantor. Namum, ternyata dia sudah salah langkah dengan mengiming-imingi mamanya Zela untuk berobat ke luar negri.
"Terpaksa aku harus mengirim wanita tua itu keluar negeri untuk berobat. Namun, semua itu ada harga yang harus dibayar. Ku harap kau tak boleh lengah untuk mengawasi setiap celah dari wanita itu dan kau juga harus mencari tahu sisi lain dari Zela!"
Kimi hanya bisa mengangguk. Selama dia mengabdi kepada Gilbert, baru kali ini dia merasa ada yang aneh dan tertarik untuk mencari tahu informasi lebih dalam, padahal Zela bukanlah siapa-siapanya.
"Aku mengerti. Tapi ... mengenai gosip yang beredar di dalam karyawan, apakah aku harus membawa biang kerok kehadapanmu?" tanya Kimi sebelum meninggalkan ruang kerja bosnya.
"Biarkan saja dulu. Aku ingin sampai mana dia beraksi agar aku mempunyai bukti yang kuat jika dia adalah pengkhianatan. Tunggu saja karena permainan sesungguhnya baru saja akan dimulai." Gilbert tersenyum smirk sambil mainkan pena yang ada ditangannya.
"Yang penting kau harus tetap mengawasinya!" lanjut Gilbert lagi.
"Aku mengerti. Jika sudah tidak ada yang dibahas lagi aku akan melanjutkan pekerjaanku," kata Kimi.
Gilbert mengangguk sambil memberikan isyarat lewat tangannya agar Kimi segera keluar. Lagi dan lagi pandangan mata Gilbert tak lepas melihat gerak-gerik Zela yang sedang sibuk dengan tumpukan kertas putih yang harus dia cocok semua data-datanya.
"Aku tidak tahu mengapa Oma begitu peduli dengan wanita itu. Bahkan hanya gara-gara wanita itu Oma serius marah kepadaku. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan untuk wanita itu." Gilbert bermonolog sambil tersenyum smirk saat memikirkan rencana selanjutnya.
***
Karena Zela sedang banyak pekerjaan, dia memutuskan untuk makan siang di kantin kantor yang lebih dekat. Hanya untuk mengisi perutnya agar tidak kosong.
Zela acuh saat mendapatkan tatapan aneh dari beberapa orang yang melihatnya. Bahkan diantara mereka segera menjauhkan diri dari Zela.
Zela sadar, tetapi tak ingin memusingkan sikap merek. Sambil membuang napas beratnya, Zela segera mengambil menu yang dia inginkan.
"Apakah kalian sudah mendengar berita tranding pagi ini?" celoteh salah satu wanita dengan angkuh.
"Jadi berita tranding pagi ini adalah kembalinya wanita ranjang milik bos besar. Waoow ... luar biasa. Demi untuk bisa naik lagi ke ranjang bos besar wanita murahan itu sampai tidak punya rasa malu untuk kembali lagi ke perusahaan, meskipun sudah di campakkan begitu saja oleh bos besar."
Suara itu menggema jelas di telinga Zela. Satu persatu karyawan yang ada di kantin langsung menggunjing Zela. Bahkan mereka juga menatap Zela dengan sinis.
"Hanya wanita murahan saja di banggakan."
Zela menahan napas saat wanita itu menyindirnya. Ingin sekali Zela langsung menjambak rambutnya hingga rontok, tetapi Zela menahan agar dia tidak terpancing.
Saat Zela hendak menuju ke salah satu tempat duduk yang ada, tiba-tiba wanita yang tak dikenalnya itu sengaja menabrak diri dan menuangkan minuman ke baju Zela.
"Ups ... sorry gak sengaja," ucapnya tanpa rasa bersalah.
Zela hanya bisa memejamkan matanya agar dia tidak hilang kesadaran. "Sabar Zela." batin Zela.
Tak menanggapi ucapan wanita yang belum dikenalnya, Zela pun langsung meninggalkan kantin dan langsung menuju ke toilet untuk segera membersihkan bekas cairan yang mengenai dadanya
"Kurang ajar! Jika tidak mengingat sedang berada dimana aku saat ini, aku pastikan akan membuat rambutnya rontok!" geram Zela.
Seberapa kuat Zela membersihkan noda marah yang ada di bajunya, tetap saja tidak akan hilang. "Ahh ... menyebalkan!" umpat Zela dengan penuh rasa kesal.
Bagaimana mungkin Zela akan kembali bekerja dengan penampilan bajunya yang telah ternoda dengan noda merah yang sangat jelas terlihat.
"Jadi aku harus bagaiman?" Zela putus asa saat noda itu tidak bisa hilang.
Perut yang sudah keroncong dan jarum jam yang terus berjalan dengan cepat, membuat Zela memutuskan untuk bodo amat dan meninggalkan toilet dengan rasa kesal.
Zela sudah kehilangan selera untuk makan. Dia memilih untuk kembali ke ruangannya. Dengan hati yang kes, Zela membanting kasar pintu ruangannya dan mendudukkan kasar tubuhnya diatas tempat duduknya.
Hal itu tak luput dari pandangan Gilbert dari balik ruangannya. Terlihat dengan jelas raut wajah kesal Zela bahkan Gilbert juga melihat saat Zela menggosok dadanya dengan tisu.
"Kenapa dengan wanita itu? Apa yang sudah terjadi?" gumam Gilbert sambil meletakkan kembali kaca mata kerjanya.
Gilbert terus melihat kearah ruangan Zela. Kini dia tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.
"Aku harus menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Memang keberuntungan selalu berpihak kepadaku." Gilbert tersenyum smirk kemudian meninggalkan ruang kerjanya.
Gilbert tak hentinya tersenyum saat memikirkan keuntungan apa yang dia dapatkan jika memanfaatkan kesempatan ini. Dia akan membuat Zela terkagum-kagum dan sudah pasti akan jatuh kedalam perangkapnya.
"Untuk menaklukkan kelinci kecil itu harus menggunakan sebuah trik. Percuma jika tampan, kaya tapi bodoh," kekeh Gilbert yang saat ini sedang menuju ke ruangan kerja milik Zela.
...♥️Bersambung ♥️...
...Tak hentinya Author ucapkan terimakasih untuk dukung dari para pembaca semua yang sudah memberikan Hadiah berupa Vote, mawar, kopi dan yang sudah memberikan dukungan lewat iklan, Author ucapankan banyak terimakasih 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
atun22
Hay gil janqan coba coba dekati zela ya😬
2022-08-05
1
🦅ᴮᵀ⃝☽⃟☾fítrí
si GIL mau coba2 ya tp liat saja reaksi nya gmn???
berhasil apa gk
2022-08-05
1
Angga Ajjah
ni aq kasih kopi kk biar semangat up nya
2022-08-05
1