Tanpa sepengetahuan dari Gilbert fotonya bersama dengan Zela tersebar luas si sejumlah kabar berita. Kimi yang berada di rumah sakit keras sangat terkejut dengan munculnya kabar yang kurang menyenangkan dimana foto itu beredar dengan judul Skandal Big Bos.
Meskipun tidak memperhatikan wajah Gilbert dan wanita yang membelakangi kamera, Kini sudah yakin jika itu ada Zela. Sayangnya Kimi tidak bisa mendapatkan penjelasan dari Gilbert karena saat ini Gilbert sedang melakukan perjalanan keluar kota bersama dengan Zela.
"Apakah Tuan Gilbert telah merencanakan sesuatu, atau ini hanya jebakan untuknya?" Kimi berpikir keras setelah membaca artikel yang sedang menyudutkan atasannya.
***
Disisi lain, Gilbert hanya melakukan peninjauan bersama dengan Zela karena Kimi sedang menunggu Oma-nya di rumah sakit.
"Apakah aku bisa langsung pulang malam ini?" tanya Zela saat mengikuti langkah Gilbert menuju sebuah hotel tempat untuk mereka bermalam.
"Kau pikir pekerjaan kita sudah selesai? Apakah kau lupa sedang bekerja di perusahaan mana?"
Zela langsung terdiam. Bukan tidak tahu, tetapi dia sedang memikirkan keadaan ibunya. Terlebih Rena belum memberikan kabar tentang keadaan ibunya.
"Apa yang kau pikirkan? Apakah kau berpikir jika aku akan tidur denganmu malam ini? Jangan bermimpi!" ucap Gilbert dengan ketus.
"Pikiran anda terlalu berlebihan. Aku sama sekali tidak tertarik memikirkan hal seperti itu."
Ibarat air dengan minyak yang tidak akan pernah bisa bersatu dalam keadaan apapun. Gilbert yang terlalu percaya diri sedang Zela adalah wanita yang sangat menjaga tinggi harga dirinya, meskipun berada dalam lingkungan pergaulan bebas.
Sesampainya di hotel, Gilbert memesan dua buah kamar. Tidak mungkin dia tidur satu ranjang bersama dengan Zela. Meskipun sebenarnya Gilbert ingin sekali berfantasi dengan Zela.
"Karena aku tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu, maka aku memilih kamar kita berdekatan. Jangan berpikir yang macam-macam!"
"Pikiranku masih suci, lagi pula aku juga tidak tertarik untuk memikirkan suatu hal yang tidak berfaedah," balas Zela dengan sinis.
Zela yang terfokus dengan ponselnya membuat Gilbert merasa penasaran dengan siapa Zela berkirim pesan. Bukan Zela sudah berpisah dari kekasihnya? Apakah Zela sudah menemukan penggantinya? Waoow ... luar biasa. Apakah itu sebabnya Zela sangat sulit untuk di dekati?
"Cih, munafik! Aku sudah bosan mendengar kemunafikan dari mulut wanita yang mengaku perawan tapi nyatanya sudah tidak perawan lagi."
Zela menghentikan langkahnya sambil menautkan alisnya saat mendengar ucapan Gilbert membahas masal perawan. Seingat Zela kedua hanya membahas pikiran, tetapi mengapa Gilbert malah lari ke perawan?
"Kenapa diam? Apakah kau adalah salah satu diantara mereka? Tapi menurut informasi yang aku dapatkan kau itu memang masih perawan, tetapi aku tidak yakin jika belum mencobanya."
Wajah Zela langsung memanas. Pernyataan konyol yang baru pertama kali Zela dengar seumur hidupnya. Zela semakin yakin jika rumor yang dengar itu benar, jika bosnya adalah pecinta perawan. Ataukah bosnya sedang mengikuti ajaran sesat dengan menodai gadis yang masih perawan?
"Andai gila!" Dua kata yang keluar dari bibir Zela Sebelum dia masuk kedalam kamarnya.
"Hei tunggu! Ingat pukul 7 malam kau harus menemaniku untuk menghadiri jamuan makan malam," kata sebelum Zela tenggelam kedalam kamarnya.
***
Zela merasa sangat gugup untuk mendampingi Gilbert dalam acara jamuan makan malam, karena ini adalah pengalaman pertama untuk dirinya bertemu langsung dengan para orang-orang penting. Zela takut jika dia melakukan sebuah kesalahan.
"Apakah kekasihmu tak pernah mengajakmu untuk menghadiri dinner? Ah, sayang sekali. Atau mungkin mantan kekasihmu hanyalah rakyat jelata?"
Zela mendengus kesal karena Gilbert membahas tentang mantannya yang telah mencampakkan dirinya begitu saja. Zela mungkin belum bisa move on sepenuhnya, karena mereka telah menjalin hubungan selam lima tahun dan sudah berencana untuk menikah. Namun, tiba-tiba Zela dicampakkan begitu saja dengan alasan yang tidak masuk akal. Apakah semua laki-laki hanya akan mencari kepuasan untuk memenuhi hasratnya saja? Bagi Zela yang dia tidak akan menyerahkan tubuhnya sebelum ada ikatan yang sakral. Seorang wanita itu harus mempunyai harga diri, sekalipun dalam keadaan miskin.
"Bisakah kau tidak memainkan ponselmu! Jangan sampai kau membuatku malu! Jika tidak terpaksa, aku juga enggan membawamu ke acara ini!" ucap Gilbert dengan ketus.
"Bisakah anda memberikan waktu sebentar untukku?" tanya Zela.
"Apakah kau ingin menghubungi mantan kekasihmu?" sinis Gilbert tidak suka.
"Tidak. Aku hanya ingin menelpon Rena untuk mengetahui bagaimana keadaan mama. Sedari tadi Rena belum juga membalas pesanku," kata Zela cemas.
"Kau tak perlu khawatir, aku sudah membawa mama mu ke salah satu rumah sakit karena besok adalah jadwal penerbangannya untuk berobat."
Zela terbelalak dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin Gilbert bisa mengambil keputusan tanpa sepengetahuan dirinya. Dia adalah ibunya Zela, dan Gilbert sama sekali tak memberitahu masalah yang serius ini kepadanya?
"Hei ... jangan mentang-mentang anda akan membiayai pengobatan mamaku, lantas anda seenaknya sendiri mengambil keputusan tanpa sepengetahuan dariku. Itu ibuku, mengapa anda tak membicarakan masalah ini kepadaku? Anda sungguh keterlaluan! Aku tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan ibuku!" Zela membuang kasar napasnya. Namun, percuma saja melupakan emosinya kepada bosnya yang memang tidak mempunyai hati.
"Siapa yang bilang kau tak bisa berbicara dengan ibumu. Lagi pula, apakah kau akan tetap tinggal disini setelah acara usai?" Gilbert menarik dua garis simpul bibirnya. Membuat Zela emosi membuat Gilbert merasa senang.
Zela menatap malas kearah Gilbert yang sedang menahan tawanya.
"Kau sangat lucu jika sedang marah. Aku suka itu. Aku yakin kau lebih agresif saat berasa diatas ranjang. Aku suka."
***
Zela yang baru pertama kali ikut dalam jamuan malam ini merasa sedikit canggung. Dalam acara malam ini, matanya harus ternodai oleh wanita yang menemani atasannya untuk minum. Bahkan Zela juga sempat menjadi lirikan beberapa orang yang sedang minum bersama dengan Gilbert.
"Aku baru melihat wanita itu. Apakah dia adalah wanita mu?" tanya salah seorang kepada Gilbert.
Gilbert menatap Zela dengan garis bibir yang menarik kesamping. "Iya. Dia adalah wanita ku. Maka jangan coba-coba kalian untuk menyentuhnya."
"Waoow .. amazing! Aku rasa dia lebih memuaskan diatas ranjang. Andai saja dia bukan wanita mu, mungkin aku ingin merasakan kehangatannya," sela salah seorang temannya.
"Silahkan, jika kau sudah bosan hidup!" ancam Gilbert.
Saat itu juga Gilbert memanggil Zela untuk duduk disampingnya. Bahkan Gilbert juga memperkenalkan Zela sebagai wanita miliknya.
"Senang bertemu dengan mu Nona Zela," sambut seorang pria yang sedari tadi memperhatikan Zela dengan tajam.
"Senang bertemu dengan mu juga, Tuan," balas Zela.
Zela terpaksa menemani Gilbert minum, Meskipun Gilbert sudah tidak tahan lagi, tetapi dia tetap memaksa diri untuk terus minum sebelum ada yang tumbang diantara mereka.
"Apakah kalian sudah menyerah? Jika seperti itu ... berarti aku lah pemenangnya," rancu Gilbert dalam keadaan setengah sadar.
Melihat lawan minumnya sudah tumbang dan dibawa oleh para wanita seksi, Zela masih menatap Gilbert dengan malas. Namun, tidak mungkin juga Zela meninggalkan bosnya di tempat ini.
"Menyusahkan saja!" gerutu Zela yang terpaksa membantu Gilbert untuk berjalan.
"Monic ... kau sungguh kejam. Aku sangat mencintaimu, tetapi mengapa kau malah berkhianat kepadaku?" oceh Gilbert dalam keadaan tak sadar.
"Monic ... aku bersumpah akan menghancurkan mu saat aku tahu keberadaan mu."
Zela mendengus kesal. Selain bau alkohol yang menyengat, ternyata orang mabuk itu menyebalkan. Dia akan terus berbicara ngelantur.
Sesampainya di tempat penginapan, Zela meminta bantuan scurity untuk membantunya. Tubuh Gilbert yang berat, membuatnya tak sanggup jika harus memapah hingga ke kamarnya.
"Terimakasih, Pak," ucap Zela saat scurity sudah melemparkan tubuh Gilbert diatas ranjang.
"Sama-sama, Nona. Jika ada apa-apa segera hubungi pihak hotel," pesan sang scurity Sebelum pergi.
"Baik, Pak," kata Zela.
Karena Zela mempunyai rasa kemanusiaan, dia membenarkan lebih dahulu posisi tubuh Gilbert dengan benar lalu melepaskan sepatu yang masih melekat.
"Sungguh aku bos yang sangat menyebalkan! Jika bukan karena kebaikan Nyonya Roberto, mungkin aku tidak akan pernah bekerja di perusahaan mu," gerutu Zela.
Namun, saat Zela hendak meninggalkan Gilbert, tiba-tiba tangannya di tahan oleh Gilbert.
"Mau kemana kau? Aku sudah lama menantikan kedatanganmu! Sekarang kau harus membayar mahal atas pengkhianatan yang telah kau lakukan. Aku akan menghancurkan hidup mu, monica!"
Zela memberontak saat Gilbert sudah menarik tangannya hingga jatuh diatas ranjang.
"Tuan Gilbert, sadar! Aku bukan Monica! Aku Zela!" teriak Zela saat Gilbert sudah menghujani Zela dengan cumbuannya.
"Gilbert, lepaskan!" teriak Zela saat Gilbert telah membabi buta menyerang dirinya. Bahkan Zela sampai tidak bisa bernapas karena Gilbert sudah melahap bibir Zela dengan kasar.
Seberapapun Zela memberontak, tetap saja tenaganya tak bisa mengalahkan tenaga Gilbert. Hanya air mata yang menjadi saksi bisu malam ini. Gilbert yang telah dikuasai hawa napsunya telah merenggut paksa mahkota yang selama ini Zela jaga dengan baik.
...Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sambung nanti lagi ceritanya, dah panjang banget ini 🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
𝓙𝓪𝓷𝓲𝓮 🍵
yah ko zela diperkaos sih thor jahat bgt gilbert 😌
2022-08-10
3
dealove
lanjut thor
2022-08-09
2
Erna shiddiq
seru
2022-08-09
1