Seperti terbangun dari mimpinya, Kini Zela bak seperti seorang ratu yang segala kebutuhan dilayani dan mendapatkan beberapa orang pengawal saat dia meninggalkan rumah Gilbert.
Berhubung Gilbert tidak bisa menjemput Zela, maka Gilbert hanya menyuruh para ajudannya untuk menjemput Zela, termasuk juga Kimi yang mempunyai peran penting untuk tampilan Zela hari ini.
Dengan pakaian yang elegan dan tidak mencolok, Zela memasuki sebuah restoran pilihan Kimi.
"Apakah Nyonya Roberto sudah datang?" Kimi mendadak gugup saat ingin bertemu dengan Nyonya Roberto, wanita tua yang telah membantu dirinya. Zela tidak Ingin dicap sebagai wanita tidak tahu diri dengan mencalonkan dirinya sebagai istri Gilbert. Namun, demi sepertiga harta milik Gilbert, Zela berusaha untuk biasa saja dan semoga Nyonya Roberto tidak mencurigai jika hubungan ini hanya sebatas kontrak.
"Nyonya besar ada di meja 303. Silahkan." Kimi menunduk patuh, sebelum meninggalkan Zela.
"Kau ingin kemana?" Zela melihat langkah Kimi menuju pintu keluar.
"Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Nikmatilah jamuan makan siang mu."
Bertepatan Kimi yang hendak keluar dia berpapasan dengan Gilbert yang sedang terburu-buru. "Bagaimana, apakah aki sudah sangat terlambat?" tanyanya dengan deru napas yang masih naik turun.
"Tidak! Kau tepat waktu. Aku sengaja mengulur waktu agar kau dan Zela bisa menghadap Nyonya besar tepat waktu," ujar Kimi.
"Ok. Kau memang yang bisa aku andalkan. Sekarang tugas mu menghandle kantor, karena setelah ini aku akan membawa Zela pulang ke rumah utama," pungkas Gilbert.
Kimi mengangguk dengan sesak di dada. Lagi-lagi dia harus menepis perasaannya sendiri.
"Selamat menikmati makan siang, Gil," lirih Kimi yang masih menatap punggung Gilbert.
"Ayo!" Gilbert segera menggandeng tangan Zela. "Kau harus ingat, jangan sampai kau membuat satu kesalahan di depan Oma. Jika sampai itu terjadi, aku akan membatalkan kontrak perjanjian kita. Mengerti?"
"Tanpa kau ingatkan, aku tahu apa yang harus aku lakukan, tapi bisa kah aku pergi ke toilet sebentar?"
Dengan tatapan sinis, Gilbert mencibir, "Dasar wanita memang menyusahkan! Cepat sana!"
Di sebuah meja dengan dua orang ajudan pribadi, wanita tua tengah menunggu kedatangan satu-satunya cucu yang tak pernah bisa diatur dengan baik. Bahkan untuk menjinakkan harus menggunakan sebuah ancaman.
"Kau baru datang? Dimana wanita yang kau sebut calon istri itu?"
Baru saja Gilbert hendak duduk, dia sudah mendapatkan tatapan tajam dari sang Oma.
"Dia ke toilet, Oma."
"Awas saja jika kau sampai menyusun skenario hanya untuk tetap mendapatkan warisanku. Aku tidak akan segan-segan untuk menyerahkan seluruh warisanku untuk yayasan amal!" ancam Oma.
Gilbert mendengus pelan. Belum apa-apa, sang Oma sudah mencurigai dirinya, meskipun itu memang benar adanya. "Apakah aku terlihat sedang membuat skenario?"
"Kau pikir aku bodoh? Memangnya sejak kapan kau serius kepada wanita? Kau hanya penjahat kelamin," cibir sang Oma.
"Oma."
Tak berselang lama, Zela yang sudah lebih rileks pun datang ke meja untuk bergabung. "Selamat siang, Oma." Zela mencoba untuk tidak gugup saat mengapa Nyonya Roberto.
"Siang juga. Kau terlihat lebih cantik. Duduklah!"
Hening untuk beberapa saat karena sang Oma masih melihat gerak-gerik dua orang yang ada didepannya. Dalam hati, nyonya Roberto sama sekali tidak percaya jika cucunya memiliki hubungan serius kepada seorang wanita dan ingin menikahinya. Dia yakin jika cucunya sedang bersandiwara.
"Kau pikir aku akan setuju dengan permainanmu? Dasar cucu tidak berguna! Baiklah aku akan mengikuti permainanmu dan aku tidak akan pernah kalah darimu."
Oma tersenyum tipis. "Apakah kau sudah yakin ingin segera menikah?" tanya Oma kepada Gilbert.
"Tentu sudah Oma. Untuk apa aku membawa wanita kehadapanmu jika aku tidak ingin menikahinya."
"Baguslah jika kau memang serius. Aku harap kau sedang tidak mempermainkan ku. Ingat apa konsekuensinya jika kau hanya bersandiwara. Pernikahan itu bukanlah sebuah permainan yang mudah di putuskan kapan saja Tapi pernikahan itu adalah peristiwa yang sakral, satu kali seumur hidup. Apakah kau sudah yakin dan tidak akan menyesal menikahi wanita yang baru beberapa bulan kau kenal dan kau sendiri tidak tahu bagaimana latar belakang keluarganya," jelas Oma.
Ucapan Oma seperti menusuk dalam hati Zela, seakan dia sadar akan latar belakang keluarganya yang tak sebanding dengan keluarga Gilbert.
"Aku mencintai Zela. Apapun latar belakangnya aku akan tetap menerimanya dengan lapang dada dan aku tidak mempermasalahkan jika dia hanya golongan biasa tidak setara dengan keluarga kita.".
Lagi-lagi Oma hanya tersenyum tipis. "Aku akan mengingat setiap ucapan mu."
Hampir satu jam, Zela dan Gilbert berada di dalam sebuah restoran dengan ruang VIP. Zela hampir putus asa saat dicecar berbagai pertanyaan dari Oma yang menyangkut dengan keseriusan cintanya kepada Gilbert. Zela ingin tertawa saat mendengar kata cinta karena Zela melakukan ini semua demi sepertiga harta Gilbert saja. Katakanlah saat ini Zela terlihat matre, tetapi itu semua adalah senjatanya untuk bangkit kembali setelah dia jatuh ke dasar paling dalam.
"Jadi, bagaimana jika minggu depan pernikahan kita lakukan di luar kota? Kebetulan kau juga akan meresmikan sebuah hotel disana, bukan?"
Zela dan Gilbert saling menatap dengan bola mata yang sama-sama membulat. Meskipun mereka telah sepakat untuk melakukan pernikahan kontrak, tetapi tidak secepat itu.
"Tapi Oma ...."
"Apakah kau tidak ingin menikah?"
"Bukan begitu Oma ... tapi ini terlalu cepat dan ibunya Zela juga sedang melakukan pengobatan di luar Negeri," jelas Gilbert.
"Masalah itu kau tenang saja. Saat ini Zaman sudah modern. Kau bisa melangsungkan pernikahan secara live agar bisa dilihat oleh ibu mertuamu. Simpel, bukan?"
Gilbert dan Zela sama-sama terbungkam. Bahkan Zela tidak mengira jika wanita yang sedang dia hadapi sangat cerdik. Saat ini tidak ada pilihan lain selain mengikuti permintaan Oma. Karena semakin cepat Zela menikah dengan Gilbert, maka semakin cepat dia akan mendapatkan seperti tiga dari hartanya.
"Tidak masalah, Oma. Aku juga ingin segera menikah dengan Gil agar dia tidak menjajahi wanita malam," kata Zela yang membuat Gilbert menatap tajam kearahnya.
****
Dirgahayu Indonesiaku 🇮🇩 ke 77 tahun. Semoga tetap jaya Negeriku. Sekali merdeka tetap Merdeka. Udah pada ikutan lomba makan kerupuk belum?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🅰️Rion bee 🐝
🇮🇩🇮🇩🇮🇩 MERDEKA..!!!
belum ada lomba nanti hari minggu katanya tadi seharian cuma ikutan upacara kenaikan dan penurunan bendera ajah di tv.. 😅😅😅
2022-08-17
0