Klekkkk……….
Edgar membuka pintu kamar Aeri tidak bisa karena terkunci, ia pun menggedor-gedor dengan sangat keras membuat beberapa pelayan terkejut melihatnya.
“Sepertinya Tuan Edgar sangat marah kepada Nona Aeri.” Ucap Pelayan 1.
“Memangnya apa yang membuat Tuan marah?” tanya pelayan 2 yang ada di sampingnya.
“Kalau tidak salah pak Asep masuk ke dalam kamar Nona Aeri.” Jawab Pelayan 1. Membuat pelayan 2 melebarkan matanya.
Kepala pelayan berjalan ke arah mereka berdua dan memperhatikan pandangan mereka yang ke arah Edgar. “Ekhem.... Apa yang sedang kalian lihat?” tanya kepala pelayan, membuat mereka berdua terkejut dan menoleh ke arahnya.
“Hah? Tidak ada.” Pelayan 1 masuk ke dalam dapur begitu juga dengan pelayan 2, sementara kepala pelayan hanya menggelengkan kepalanya lalu melangkah kakinya masuk ke dalam dapur.
Aeri yang mendengar suara gedoran pintu ia ketakutan untuk membukanya, hinga ia memberanikan diri untuk beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu.
Edgar pun masuk ke dalam kamar. Aeri yang melihat baju Edgar penuh berlumuran dengan darah, ia langsung melebarkan matanya.
“Astaga apa yang sudah kau lakukan?” Aeri menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
"Jangan-jangan dia membunuh pak Asep?" Batin Aeri sambil berjalan mundur.
Edgar berjalan mengikuti Aeri dengan tatapan tajamnya. “Lihat!!” teriaknya lalu melihat ke arah bajunya. “Aku tidak akan mungkin membiarkan orang itu hidup!” tegasnya.
“Stop!” teriak Aeri, karena Edgar semakin mendekatinya.
“Apa kau takut?” menaikkan satu alisnya. “Kau tidak perlu takut kepadaku, jika kau tidak berbuat macam-macam!” jelasnya. “Tapi kalau sampai melakukan itu, aku bisa saja melakukan yang lebih dari ini.”
Aeri tidak bisa berjalan mundur lagi karena badannya sudah berada di tembok. Sementara Edgar semakin mendekatinya.
“Pergi.” Teriak Aeri.
“Aku tidak ingin pergi sebelum kau berjanji kepadaku kalau kau mengikuti semua perintah ku!”
Aeri menatapnya sambil mengangguk. Edgar mendekatkan wajahnya. “Jangan pernah mengenakan pakaian yang terbuka! Dan jangan pernah menjadi seorang penggoda yang murahan!”
“Aku selalu bilang kepadamu, kalau aku tidak menggoda siapapun!” Aeri kesal, karena Edgar selalu saja berbicara seperti itu kepadanya.
“Buktikanlah jika kau memang bukan wanita murahan!” Edgar menyeringai. “Aku akan pergi! Kunci kamarmu.” Beranjak pergi meninggalkan kamar Aeri.
Edgar menaiki anak tangga dan menuju kamarnya, sesampai di kamar ia langsung pergi ke kamar mandi. Setengah jam kemudian ia selesai menggunakan pakaian santainya sejenak ia duduk di balkon kamar.
“Mayat orang itu belum aku bereskan, argh!” kesal Edgar, ia mengambil ponsel untuk menelpon Bara.
“Iya?” sahut Bara dari seberang telponnya.
“Kau dimana?” tanya Edgar.
“Di markas.” Jawab Bara. “Oh iya pengiriman barang ke kota H sudah dalam perjalanan.” Jelasnya.
“Segera ke rumah ku dan ku tunggu di ruang kerja.” Perintah Edgar lalu mematikan telpon tanpa mendengar jawaban dari Bara.
“Untuk apa dia menyuruhku?” Bara kebingungan dan langsung beranjak meninggalkan markas menuju rumah Edgar menggunakan motornya.
Edgar beranjak dari balkon dan keluar dari kamar, ia berjalan menuju ruang kerja dengan tatapan yang lurus ke depan tanpa menoleh.
Klekkkk…….
Edgar masuk dan duduk di kursi kebesarannya untuk menunggu kedatangan Bara. Hingga 20 menit kemudian Bara masuk ke ruang kerjanya dan duduk di sofa.
“Untuk apa kau menyuruhku datang kesini?” tanya Bara. “Apa kau merindukanku?” godanya.
Edgar beranjak dari kursi itu dan duduk di samping Bara. “Tidak usah berbicara sembarang!” Bara yang mendengar itu hanya terkekeh. “Suruh bawahan mu untuk membereskan mayat Lee dari ruang bawah tenang.” Perintahnya. Karena bawahannya sendiri sedang di tugaskan ke tempat sesuatu. Sementara Ernest sedang ke luar kota, Edgar memberinya tugas untuk memantau sesuatu.
“Memangnya ada masalah apa dia sampai kau membunuhnya?” tanya Bara heran.
“Dia masuk ke dalam kamar istriku.” Jawab Edgar.
Bara melebarkan matanya. “Lalu apa yang dia lakukan bersama istrimu?”
“Ya dia ingin memperkosa istriku. Jadi aku bunuh dia di ruang bawah tanah sana.” Jelas Edgar.
“Apa urusannya dengan mu? Bukankah kau tidak peduli dengan wanita itu?” Bara semakin kebingungan, Edgar memang tidak pernah peduli sama sekali dengan Aeri bahkan sering bersikap kasar.
Bara mendekatkan wajahnya. “Jangan-jangan kau sudah mencintainya?”
“Tidak!”
“Jika kau benar tidak mencintainya, kenapa kau tidak membiarkannya saja?” Bara masih heran dengan sikap Edgar. “Karena itu hanya merepotkan dirimu saja!”
“Bereskan saja mayat dia, tidak usah banyak tanya!” Edgar beranjak meninggalkan Bara sendirian di ruang kerjanya.
Bara menatap kepergian Edgar sambil menggelengkan kepala. “Sepertinya dia benar-benar sudah ada rasa dengan wanita itu." Tersenyum. “Ya benar saja, hanya saja dia tidak menyadarinya.”
****
Ruangan yang gelap ada beberapa orang sedang duduk di dalam ruangan itu dengan wajah yang sangat serius, mereka adalah Jungle Kingdom.
“Aku sangat membenci orang yang menolak penawaran kerjasama denganku.” Ucap Mike dengan wajah marahnya. “Dengan begitu, bukan berarti dia harus menyombongkan diri di depan ku.”
“Padahal kita sudah berbicara secara baik-baik kepada mereka.” Sahut Lewis. “Mungkin karena penjualan senjata mereka sedang meningkat, makanya mereka tidak membutuhkan kerjasama.” Ucapnya asal, sebenarnya semakin banyak berkerjasama dengan orang lain semakin banyak keuntungan. Tetapi Edgar menolaknya karena ia mempunyai alasan.
Mike hanya diam sambil meneguk minuman Wine yang ada di gelasnya.
“Aku dengar Edgar sudah menikah.” Ucap Trevor.
Mike beranjak dari kursinya dan berdiri di dekat pistol yang sedang tergantung. “Siapa wanita itu?”
“Aku juga tidak tahu, tapi aku ada fotonya! Apa kau ingin melihatnya?” tanya Trevor, membuat Mike menatap ke arahnya.
Trevor langsung mengambil foto dari dalam tas kecilnya karena ia sempat melihat Edgar bersama Aeri dan langsung mengambil beberapa foto. Ia pun meletakkan foto itu di atas meja.
Mike berjalan ke arah Trevor dan meraih foto itu, sejenak ia menatap foto Aeri. “Segera cari tahu tentang wanita ini.” Perintahnya.
“Nanti akan ku suruh anak buah ku untuk mencari tahunya.” Sahut Lewis.
“Masukkan foto ini ke dalam kotak dan jadikan sebagai paket lalu kirim ke alamat markas mereka.” Mike meletakkan kembali foto itu di atas meja sambil tersenyum lalu memutar pistol yang ada di tangannya.
“Apa kau sedang merencanakan sesuatu?” tanya Lewis.
“Tentu saja. Nanti akan ku beri tahu rencana apa yang akan kita lakukan.” Jawab Mike sambil duduk.
Tok…. Tok….. Tok…..
Suara ketukan pintu dari luar membuat mereka menghentikan obrolan.
“Masuk.” Teriak Mike.
Klekkkk….
Seorang wanita masuk ke dalam dan berjalan ke arah Mike.
“Bagaimana? Apa kau berhasil?” tanya kepada Mike wanita itu.
“Sudah bos, beberapa hari yang lalu saya mencoba mencari tahu tentang pelayan di rumah itu. Baru semalam saya di tes oleh kepala pelayan dan berhasil.” Jawab wanita itu.
“Lalu?” Mike mengambil gelas kecil yang ada di atas meja lalu meneguk minumannya.
“Saya di terima bekerja di tempat pria itu, besok pagi saya sudah mulai bekerja.”
“Kau jangan lengah.” Sahut Trevor.
“Berhati-hati lah! Jangan gegabah.” Ucap Lewis.
“Baik bos.”
“Kau sudah ku bayar mahal! Jadi jangan mengecewakan ku.” Mike menatap tajam wanita yang saat ini sedang berdiri di dekatnya.
“Trevor, apa kau masih mempunyai foto wanita itu?” tanya Mike.
Trevor mengambil lagi salah satu foto Aeri lalu menyerahkan kepada Mike. “Ini.”
Sejenak Mike menatap foto Aeri lalu menyerahkan kepada wanita itu. “Dan kau juga ku tugaskan untuk mengawasi wanita yang ada di foto ini! Kau harus memberikan informasi kepadaku setiap saat!!” perintahnya. “Nanti akan ku kasih tahu apa yang harus kau lakukan.”
“Baik bos.”
Mike membuka botol Wine lalu menuangkan di gelas kecilnya. "Dan berjaga setiap hari untuk memastikan bahwa wanita itu sendirian.” Perintahnya. “Dan jangan sampai ketahuan siapapun identitas diri mu sebenarnya. Jika nanti kau gagal, maka kau yang akan ku habisi.” Ancamnya. “Kau ku kirim ke sana bukan untuk bekerja sebagai pelayan tapi mengawasi orang-orang yang ada disana, jika sudah melakukan tugas itu kau bisa pergi jauh dari hadapanku!”
Wanita itu hanya mengangguk.
“Kalau kau sampai tertangkap, maka tidak ada urusannya denganku! Apa kau mengerti?”
Wanita itu mengangguk lagi. “Iya bos, saya mengerti.”
“Besok pagi nanti kau naik taksi saja.” Mike menyandarkan badannya ke belakang.
Mike pun memberi kode kepada wanita itu agar pergi dari ruangan itu.
“Kita hanya bermasalah dengan Edgar, hubungannya dengan wanita itu apa?” Lewis bingung dengan sikap Mike.
“Ya itu benar, tapi aku yakin Edgar pasti mencintai wanita itu! Dan titik kelemahannya ada pada wanita itu.” Menyeringai. “Edgar tidak akan lepas dari pandanganku!” Mike tertawa keras.
****
Aeri sedang duduk di atas ranjangnya sambil melamun. Beberapa saat kemudian ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan menuju dapur, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia berjalan menuju dapur, sesampai di dapur terlihat sepi karena semua pelayan sudah beristirahat di kamar mereka.
Aeri berjalan menuju kulkas sejenak mengamati isi kulkas, hingga terlihat 1 botol yang berukuran sedang berwarna hijau. “Minuman apa ini?” gumamnya sambil meraih botol itu lalu menutup kembali pintu kulkas.
“Sepertinya minuman ini enak. Sungguh aku sangat kehausan.” Membuka tutup botol lalu meminumnya hingga habis. Beberapa menit kemudian Aeri merasa sangat pusing. “Argh kepala ku terasa sangat pusing sekali.”
Edgar sedang menuruni anak tangga dan menuju dapur karena ia ingin mengambil minuman Alkohol yang kemarin di letakkan ke dalam kulkas dapur. Ketika ia memasuki dapur terlihat Aeri sedang berjalan sempoyongan. “Ada apa dengan wanita itu?”
menatap heran lalu berjalan mendekati Aeri.
Tiba-tiba Aeri ingin terjatuh dengan sigap Edgar langsung menangkapnya. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Edgar kepada Aeri.
“A…aku tidak melakukan apapun, aku sedang stress.” Sahut Aeri.
“Apa kau sedang mabuk?” Edgar mencium bau Alkohol dari mulutnya, ketika ia melihat ke arah tangannya benar saja botol Soju miliknya telah di minum Aeri.
“Mabuk? Hahaha aku tidak mabuk.” Aeri mengalungkan tangannya di leher Edgar. Ia menatap Edgar sambil tersenyum. “Kau terlihat sangat tampan.” Terkekeh. “Aku ingin di cintai, bukan di bentak, di pukul, di tampar.”
Sejenak Edgar terdiam menatap Aeri yang masih berbicara ngawur. “Argh! Bisa-bisanya kau meminum Alkohol punya ku.” Kesalnya sambil membawa Aeri ke kamarnya.
Klekkkk..….
Edgar membuka pintu kamar Aeri dan membawanya masuk ke dalam dengan tangan yang masih melingkar di leher Edgar. “Aku capek.” Teriak Aeri membuat Edgar terkejut, ia pun membaringkan tubuh Aeri di atas ranjang.
Aeri menarik tangan Edgar hingga ia terjatuh di atas Aeri. “Kau mau kemana?"
Edgar menatap Aeri dan diam dengan posisi yang masih berada di atas Aeri.
"Aku takut nanti pria jahat itu memarahi ku lagi. Jangan tinggalkan aku!”
“Pria jahat?”
Aeri mengangguk. Edgar segera beranjak lalu pergi meninggalkan kamarnya.
...- First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung………...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Yokebeth Ida R.
Sorry to say thor, banyak typo nya, bukan mayat Lee yang harus dibereskan Bara tapi mayat pak Asep ya, semoga ke depan tambah teliti lagi, semangat 😊😊
2023-08-19
2