Edgar memukul lagi tepat di bagian hidung, semakin banyak hidungnya mengeluarkan darah. “Ampun Tuan.” Teriaknya. “Saya tidak bermaksud seperti itu.” Mencoba menjelaskan kepada Edgar.
Bughhhh...
Kaki Edgar dengan kuat menendang tubuh pelayan hingga terkapar di lantai. Ia menarik kerah baju Pak Asep lalu memberikan pukulan lagi tanpa ampun. “Apa ini masih kurang hah?” teriaknya lalu melepaskan kerah baju itu.
Bugh……
Edgar kembali menendang tetapi ini di bagian kepalanya itu, sehingga begitu banyak darah yang keluar dari bibir dan juga hidungnya.
Pak Asep langsung menyatukan kedua tangannya untuk memohon. “Ampun Tuan, maafkan saya……” Ucapnya sambil menahan sakit. "Ja... Jangan bunuh saya."
Tanpa basa basi Edgar menyeretnya keluar dari kamar Aeri lalu berteriak memanggil Bodyguard 1 dan Bodyguard 2 hingga mereka datang dan berdiri di hadapan Edgar.
Edgar melempar Pak Asep. “Bawa orang ini ke ruang bawah tanah dan ikat dia di sana dengan rantai besi yang panas.” Perintahnya.
Kedua Bodyguard mengangguk.
“Baik bos.” Sahut Bodyguard 1.
Mereka berdua membawa Pak Asep ke ruang bawah tanah dengan darah yang terus-menerus keluar dari hidungnya.
Dengan penuh emosi yang sudah memuncak, Edgar kembali masuk ke dalam kamar Aeri dengan wajah sangarnya.
Aeri menatap Edgar. "Dia pasti sangat marah kepadaku, tapi aku benar-benar tidak melakukan apapun dengan pria itu." Batinnya.
Edgar langsung saja menjambak rambut Aeri dengan kencang. “Apa yang sudah kau lakukan hah? Apa kau tuli?” teriaknya di depan wajah Aeri.
Aeri memegang tangan Edgar dan berusaha untuk melepaskan jambakan nya. “Aku tidak melakukan apapun.”
“Ku ingatkan padamu! Jangan menjadi wanita yang murahan, jika kau ingin menjadi wanita malam ke bar saja tidak usah menggoda orang yang ada di rumah ini.” Ucap Edgar. “Apa kau tidak pernah mendengar perkataan ku hah?” mendekatkan wajahnya dan melepaskan jambakan.
“Aku tidak menggoda pria itu.” Teriak Aeri. “Dia yang datang ke kamar ku! Asal kau tahu, aku……”
Plakkk…….
Sebuah tamparan dari Edgar mendarat dengan sempurna di wajah Aeri. “Kenapa kau begitu murahan sekali.” Menjambak lagi rambut Aeri. “Apa kau ingin menjadi wanita malam? Cepat katakan!” menaikkan satu alisnya. “Aku bisa saja langsung menjual mu.”
“Kenapa kau selalu bilang aku ini wanita murahan hah? Aku bahkan tidak pernah menggoda siapapun.” Tegas Aeri. “Aku juga tidak tahu kenapa pria itu masuk ke dalam kamar ini!” kesalnya. “Dan kau tidak pernah mendengar perkataan ku, kau selalu saja mengikuti pikiran buruk mu itu.” Dengan lancang Aeri berkata seperti itu karena sudah sakit hati mendengar apa yang di ucapkan Edgar. “Aku ini sebenarnya apa? Istrimu? Atau……"
Plakkkk….
Bukannya kasihan Edgar malah menampar lagi wajah Aeri. Kali ini tamparannya sangat keras membuat ujung bibir Aeri mengeluarkan sedikit darah.
“Berani-beraninya kau berbicara dengan nada tinggi di depanku.” Mengencangkan jambakan. “Oh sekarang kau sudah berani ya menjawab ku.”
“Ingat ya! Aku tidak pernah menggoda siapapun apalagi tukang kebun itu.” Aeri menyentuh ujung bibirnya yang berdarah.
Edgar mengusap darah yang ada di bibir Aeri dengan jempolnya lalu mengecup jempolnya sambil menyeringai. “Kalau kau tidak menggodanya, tidak mungkin orang itu berani berbuat seperti itu kepadamu.” Menarik lengan Aeri dengan kasar lalu membanting tubuhnya ke atas ranjang. “Aku selalu mengingatkan mu, jangan menjadi wanita yang murahan!” teriaknya sambil mendekati Aeri, hingga wajah mereka berdua bertemu dengan jarak yang sangat dekat bahkan Edgar merasakan hembusan nafas Aeri. “Apa kau ingin kehangatan dari ku?” menyeringai.
Aeri menggelengkan kepalanya. “Tidak!”
Edgar menyentuh wajahnya lalu di tepis oleh Aeri. “Kalau sampai itu terjadi lagi, jangan salahkan aku berbuat sesuatu kepadamu.” Beranjak dari ranjang. “Kunci kamar mu!” Perintahnya lalu berjalan keluar kamar.
Kini Aeri berbaring di atas ranjangnya. “Dia laki-laki titisan iblis yang tidak mempunyai rasa kasihan sama sekali kepadaku. Jika dia tidak mencintai ku, kenapa menikahi ku?” teriaknya.
**
Edgar sedang berjalan menuju ruang bawah tanah dengan tangan yang sudah gatal ingin menghabisi orang itu. Sesampai di ruang bawah tanah ia melihat kedua Bodyguard berdiri di depan pintu ruangan khusus. “Pergi!” perintahnya. Kedua Bodyguard pun pergi meninggalkan ruang bawah tanah.
Brakkk…….
Sekali tendang saja pintu yang sudah tertutup dengan rapat langsung terbuka lebar, terlihat pria itu sudah terikat dengan rantai besi panas sehingga tubuhnya itu mulai melepuh. Edgar melangkahkan kakinya berjalan ke Pak Asep.
Bugh……
Lagi dan lagi Edgar memukul wajah orang itu karena masih tidak puas sehingga mengeluarkan banyak darah dari hidungnya.
“Berani sekali kau menyentuh istri ku hah?” suara Edgar memenuhi ruangan itu. “Aku disini memperkejakan mu menjadi tukang kebun bukan menggoda istriku. Apalagi memperkosanya." Kemarahan Edgar yang sudah memuncak. "Dan perlu kau ingat, Dia itu milikku! seluruh tubuhnya itu milikku." Teriaknya lagi.
Edgar berjalan ke ujung ruangan untuk mengambil sebuah cambukan yang tergantung di dinding. Setelah itu ia kembali lagi dan mencambuk kan ke seluruh tubuh Pak Asep itu beberapa kali.
“Ampun Tuan…. Saya berjanji tidak akan menganggu istri anda lagi.” Pak Asep memohon sambil menahan sakit dengan darah yang terus keluar dari hidungnya. “Sungguh Tuan, saya tidak bermaksud apapun.”
“Aku tidak akan mengampuni mu, karena kau sudah menyentuh istriku! Tidak akan ku biarkan tanganmu itu masih utuh.” Ucap Edgar dengan kaki yang menginjak lengannya.
“Ampun Tuan…. Ampun. Sungguh jangan lakukan apapun kepada saya.” Pak Asep sangat ketakutan saat melihat wajah Edgar sudah berubah drastis.
Edgar mencambuk tubuhnya tanpa ampun. “Tidak ada maaf untukmu! Kau pikir aku bisa memaafkan orang yang sudah menyentuh istriku hah?” Edgar pun menyeringai membuat Pak Asep semakin ketakutan menatapnya. “Kau sudah tidak ada kesempatan lagi untuk hidup.” Menarik paksa Pak Asep keluar dari ruangan sambil membawa cambukan dan membawanya ke dekat kandang harimau.
Edgar melempar tubuh Pak Asep kearah kandang harimau, ia kembali memukul, menendang, mencambuk bahkan menyayat tubuh Pak Asep dengan pisau yang ada di tangannya.
“Tidak akan ku biarkan orang seperti mu ini untuk hidup.” Menyeringai. “Dasar bajingan.” Menyayat tubuh Pak Asep hingga banyak darah yang bercucuran.
Tikaman terakhir, Edgar tertuju pada anggota tubuh bagian sensitif Pak Asep dengan pisaunya lalu tersenyum jahat.
Setelah melihat keadaan tukang kebun yang sudah mati mengenaskan itu. Edgar pun beranjak, dengan sangat puas ia berjalan keluar. “Sudah ku bilang, kau tidak ada kesempatan untuk hidup lagi.” Pergi meninggalkan ruang bawah tanah.
...- First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih ...
...Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Diian
sumpah k sakit hati liat edgar sllu kasar sma aeri. hemmm
2023-11-29
2
Yusria Mumba
kejam banget,
2023-01-15
2
Pita Sari
kadang seorang mafia luluh sama istrinya tp ini tidak dia kejam
2022-09-20
2