Aeri tidak terbiasa memakai heels jadi jalannya sangat pelan membuat Edgar kesal kepadanya.
Edgar menoleh ke belakang terlihat Aeri yang tertinggal di belakang. “Bisa di percepat tidak jalannya.” Kesalnya. “Kau begitu merepotkan.”
“I…iya aku tidak terbiasa memakai heels.” Aeri menghentikan langkahnya merasa sakit ketika berjalan.
“Argh……” Edgar membalikkan tubuhnya lalu berjalan mendatangi Aeri dan menarik tangannya dengan kasar. “Kelamaan menunggu kau.”
“Aw sakit, lepas.” Teriaknya berusaha melepaskan tangannya.
“Kalau kau kesusahan, kenapa tidak di lepas hah?” bentak Edgar. Aeri hanya meringis kesakitan karena ujung kakinya terasa sangat perih.
Edgar langsung membuka pintu mobil lalu menghempaskan tubuh Aeri ke kursi dan menutup kembali. “Wanita ini benar-benar merepotkan ku.” Gumamnya sambil berjalan ke arah kursi kemudi dan masuk ke dalam. Mereka pun memasang seat belt masing-masing.
Edgar mendekatkan wajahnya ke wajah Aeri. “Ingat!! Aku tidak menyukai wanita yang suka menggoda pria! Itu terlalu murahan.”
Aeri menatap Edgar dengan tatapan kesal. “Berapa kali aku bilang kepadamu, bahwa aku tidak menggoda siapapun.” Tegasnya.
“Kata mu tidak menggoda? Lalu tadi? Aku tidak bodoh!!! Kau adalah wanita yang sangat murahan.” Ucap Edgar dengan santai. “Apa kau ingin menjadi wanita kupu-kupu malam?” tanyanya lalu menjalankan mobil meninggalkan tempat itu.
"Pria tadi hanya memberikan ku minuman, aku tidak menggodanya." Jelas Aeri. "Apa kau cemburu?"
Edgar menoleh. "Aku tidak mungkin cemburu, apalagi hanya dengan pria seperti itu." Kembali fokus ke depan. "Murahan akan tetap murahan,wanita seperti mu juga tidak laku jika menjadi wanita kupu-kupu malam."
"Mulut busuknya itu selalu saja berbicara sembarang tentang ku." Batin Aeri.
Dretttt…. Drettt…. Drettt…..
Tiba-tiba ponsel Edgar bergetar, ia mendapat panggilan telpon dari Bara.
Edgar mengangkat telponnya. “Ada apa kau menelpon ku?” tanyanya kepada Bara yang berada di seberang telpon.
“Pengiriman barang yang ke kota Z terhambat, karena di perbatasan ada polisi yang sedang mengintai mobil kita.” Jawab Bara dari sebrang telpon.
“Bagaimana bisa terjadi? Siapa yang sudah berani melaporkan ini kepada polisi” tanya Edgar lagi.
“Ada beberapa anak buah kita yang berkhianat.” Jelas Bara.
Edgar menatap ke arah Aeri yang sedang menunduk. “Atur semuanya, tunda saja dulu untuk pengiriman barang itu. Dan amankan orang yang sudah berani melakukan ini ke ruang bawah tanah, aku akan segera pulang.” Mematikan sambungan telpon lalu meletakkan kembali ponselnya.
“Berani-beraninya orang itu mencari perkara denganku.” Gumam Edgar dengan wajah yang sudah memerah.
Sejenak Aeri menatap Edgar lalu mengalihkan pandangannya. "Apa dia sedang ada masalah?" Batinnya.
Edgar melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi tanpa melihat ada seseorang yang sedang duduk ketakutan di sampingnya.
“Bisa tidak membawa mobilnya dengan pelan? Aku takut.” Teriak Aeri tanpa sadar karena ia sangat ketakutan.
Ciiiitttt…….
Mendengar teriakan itu Edgar langsung menginjak remnya secara mendadak, membuat tubuh Aeri terpental ke depan.
Edgar mendekatkan wajahnya lalu menjambak rambut Aeri dengan kasar. “Kau bisa diam tidak hah?” teriaknya sambil mengencangkan jambakan nya. “Kalau kau takut keluar saja dari mobil ini.”
“Sa…sakit lepaskan tanganmu.” Pinta Aeri kepada Edgar.
“Kau sudah berani berteriak di depan ku hah?” teriaknya lagi. “Tidak usah mengaturku jika kau ingin hidup lebih lama lagi.” Melepaskan jambakan dan kembali ke tempatnya.
Edgar kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi lagi, Aeri hanya bisa pasrah dan diam seribu bahasa. Tidak lama kemudian mobil Edgar sudah berada di depan teras rumah terlihat beberapa Bodyguard sedang berdiri disana, Aeri langsung turun dan masuk duluan menuju kamarnya.
Klekkkk……
Aeri tiba di kamarnya, ia langsung berbaring di atas ranjang tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu dengan heels yang masih di kakinya. “Apakah aku disini hanya sebagai pelampiasan amarahnya? Atau apa?” tetesan air mata sudah mulai berjatuhan membasahi pipinya yang mulus itu hingga tertidur dalam keadaan menangis.
**
Edgar masuk ke dalam rumahnya sambil menatap ke arah kamar Aeri, diikuti oleh salah satu Bodyguard. Edgar berjalan menuju ruang bawah tanahnya, ia berjalan dengan cepat dengan wajah yang sudah memerah.
“Berani-beraninya orang itu mencari masalah dengan ku.” Gumam Edgar hingga ia sudah tiba di ruang bawah tanah.
“Kau tidak usah ikut masuk ke dalam.” Ucap Edgar kepada Bodyguard 1 yang sedang berdiri di sampingnya.
“Baik bos.”
Edgar melanjutkan langkahnya masuk ke ruang khusus yang ada di bawah tanah.
Brakkkkkk………
Edgar menendang pintu itu dengan keras, membuat orang yang ada di dalam sangat ketakutan dengan kedatangannya. Tatapan yang sangat mematikan dari Edgar ke arah pria yang saat ini sedang terduduk di bawah sana.
“Ekhem….” Edgar berdehem. “Sepertinya kau tidak ingin hidup lebih lama lagi, sudah lama tidak ada yang masuk ke ruangan ini.” Melangkahkan kakinya ke arah orang itu.
“Dia tidak sendiri, melainkan ada orang lain tetapi kita kehilangan jejak.” Jelas Bara yang daritadi berdiri di dekat orang itu bersama bawahannya.
Edgar memberi kode kepada bawahan Bara untuk pergi dari ruangan itu. Hingga bawahan Bara itu pun keluar dari ruangan.
“Jadi dia salah satu orang yang sudah memberitahu pihak polisi?” tanya Edgar.
“Iya dia sudah mengakuinya.” Ucap Bara.
Edgar menghentikan langkahnya. “Kemana Ernest?”
“Dia sedang ada urusan yang lain.” Jawab Bara.
Edgar menoleh Bara. “Jelaskan apa yang sudah kau tahu tentang masalah ini.” Pintanya dan kembali menatap orang yang sedang menunduk.
“Aku tadi melihat Lee sedang telponan di belakang markas dan aku juga mendengarkan percakapannya.” Bara mulai menjelaskan. “Setelah mendengar percakapannya, aku langsung menghubungi Liam agar tidak pergi ke perbatasan, benar saja dari kejauhan Liam melihat beberapa mobil polisi yang sudah menunggu disana.” Sambungnya.
“Sekarang kau telpon Liam dan suruh dia untuk menjauh dari perbatasan.” Perintahnya. “Aku ingin mengurus pria ini dulu.” Edgar mendekati Lee dengan wajah sangarnya. Sementara Bara menelpon Liam untuk mengatakan apa yang di perintahkan Edgar tadi.
“Siapa yang sudah menyuruhmu melakukan ini?” tanya Edgar kepada Lee.
“Maaf bos, tidak ada yang menyuruhku.” Jelas Lee. “Sungguh saya khilaf melakukan itu, maafkan saya.”
Edgar mengambil pistolnya dan menembak ke atas. “Dor” suara tembakan ke udara membuat Lee semakin ketakutan sehingga mengeluarkan keringat yang berlebihan di wajahnya.
“Cepat katakan! Siapa yang menyuruhmu.” Tanya Edgar sekali lagi dengan tatapan yang sangat mematikan.
“Tidak a……” ucap Lee terpotong.
Bugh……..
Edgar menendang tubuh Lee dengan kasar lalu kaki kanannya menindih dada Lee, sehingga ia kesusahan untuk bernafas. “Jika kau tidak mengatakan apapun, kau akan mati sekarang juga.” Ancam Edgar.
“Tidak…. Tidak….” Lee memegang kaki Edgar yang masih berada di atas dadanya. “Saya sudah berkata dengan jujur bahwa tidak ada yang menyuruh saya.” Jelasnya.
Dorrr…….
Edgar langsung melepaskan tembakannya tepat di dahinya, orang itu pun langsung mati di tempat dengan darah yang bercucuran. Ia meletakkan kembali pistol itu ke dalam jaketnya dan berjalan ke arah Bara yang sedang berdiri.
“Apa kau sudah menghubungi Liam?” tanya Edgar.
Bara memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Sudah, tadi mobil polisi sempat mengejar mobil kita. Untung saja Liam bisa meloloskan diri, sehingga polisi tidak bisa mengejarnya lagi.” Jelas Bara yang sudah menghubungi Liam.
“Dimana dia sekarang?”
“Saat ini dia sedang bersembunyi di salah satu kampung yang ada di sana.” Jawab Bara.
“Lalu barangnya?” tanya Edgar yang sangat mengkhawatirkan barangnya.
“Dia juga sudah menyembunyikan di tempat yang paling aman.” Bara tersenyum.
"Pastikan semua barang utuh! Aku tidak mau ada yang kurang!” tegas Edgar.
Bara menyentuh bahu Edgar. “Kau tenang saja, semua barang di pastikan sudah aman, mereka bukan orang yang bodoh.” Bara meyakinkan bahwa barang yang di bawa oleh Liam dan bawahan yang lainnya aman dan akan sampai ke tempat tujuan.
Edgar melepaskan tangan Bara dari bahunya. “Segera bereskan mayat itu.” Perintahnya.
Bara berteriak memanggil bawahannya yang ada di luar. Kini beberapa bawahannya sudah berdiri di depan mereka berdua.
“Letakkan saja mayat itu di kandang harimau! Sepertinya harimau ku sedang kelaparan.” Perintah Edgar.
“Siap bos.” Sahut bawahan Bara, dan mereka pun menyeret mayat Lee ke kandang harimau.
Edgar menyeringai saat melihat laki-laki itu di seret dan mulai di masukkan ke dalam kandang harimau.
"Ku pastikan orang yang sudah masuk ke dalam sini, tidak akan hidup." Gumam Edgar.
...-First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Diian
saran aja thor.. bentak2 gpp lah thor tp jangan kasar dong edgarnya..
hemmmmm itu kan namanya KDRT 😁😁😁
tp ttp semangat thorr
2023-11-29
2
Ariyani Nurreza
kurang suka sm sifat c Edgar..trllu kasar
2023-07-02
2
Yusria Mumba
puny suami sangat kejam,,kasiang aerin,
2023-01-15
2