klekkkk..……
Edgar membuka pintu kamar Aeri tanpa mengetuk terlebih dahulu membuat Aeri terkejut. Ia mendekati Aeri yang sedang berdiri di dekat gorden.
“Kenapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?” ucap Aeri.
“Ini adalah rumah ku, kapanpun aku bisa masuk.” Jelas Edgar. Aeri hanya bisa menatap kesal ke arahnya.
“Makanlah, jangan tidak di makan!” Edgar menatap piring yang ada di samping lampu tidur.
“Aku tidak mau, aku ingin keluar dari rumah ini.” Teriak Aeri.
Edgar yang mendengar itu sangat kesal, ia menjambak rambut Aeri. “Aku sudah berbaik hati menyuruh mu makan, kenapa kau malah berteriak kepada ku hah?” nada tinggi. “Kau tidak bisa pergi dari rumah ini! kalau kau berani lihat saja akibatnya, dan jangan sekali-kali kau keluar rumah tanpa seizin aku!” melepaskan jambakan.
“Tapi aku bekerja.” Sahut Aeri.
“Kau tidak bekerja disana lagi.” Jelas Edgar singkat membuat Aeri marah karena tiba-tiba berhenti dari pekerjaannya.
“Bagaimana bisa? Dengan seenaknya kau berkata seperti itu kepadaku.”
Edgar mendekatkan wajahnya. “Ikuti semua perintahku jika kau ingin masih hidup.”
“Tidak! Memangnya kau siapa hah? Dari semalam kau menyuruhku untuk mengikuti semua perintah mu itu. Aku tidak mau tinggal disini.” Bentak Aeri, ia benar-benar sangat marah.
Plakkkkk…….
Edgar memberikan sebuah tamparan di pipi Aeri, tanpa ampun ia kembali menjambak rambut Aeri. “Sekali lagi ku dengar kau berbicara dengan nada tinggi di depan ku, maka jangan salahkan aku jika melakukan sesuatu lebih dari ini.” Melepaskan jambakan.
“Kau laki-laki seperti iblis. Tidak mempunyai hati.” Dengan santai Aeri mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya.
“Apa kau ingin melihat seiblis apa aku hah?” Edgar mengangkat satu alisnya. Aeri hanya diam tidak menjawab apapun. “Makanlah! Jika kau membutuhkan sesuatu hubungi saja pelayan yang ada di rumah ini, dan jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapan ku.” Beranjak pergi dari kamar itu.
"Bagaimana bisa? Apa aku harus di kamar ini saja seharian?" kesalnya berjalan ke arah ranjangnya lalu duduk.
Tiba-tiba air mata Aeri turun dengan deras. “Kenapa dia memperlakukan ku seperti ini? memangnya aku ada salah apa? Dia bilang menginginkanku, menginginkan seperti apa maksudnya.” Gumamnya sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Edgar berjalan menuju teras, tiba-tiba ia melihat kepala pelayan masuk ke dalam dari pintu utama.
Edgar memanggil kepala pelayan. “Beli perlengkapan untuk kamar wanita itu.” Perintahnya.
“Baik Tuan.” Kepala pelayan mengangguk, Edgar kembali berjalan ke teras dan masuk ke dalam mobil.
**
Siang ini Aeri baru saja keluar dari kamar mandi, ia duduk di atas ranjang sambil menyisir rambut panjangnya.
Tok..... Tok..... Tok....
"Permisi Non, saya masuk ya." Ucap kepala pelayan.
"Iya Pak." Teriak Aeri dari dalam.
klekkkk......
Kepala pelayan masuk ke dalam kamar bersama beberapa Bodyguard membawa perlengkapan untuk kamar Aeri.
Aeri berdiri dan melihat lemari kaca yang berwarna hitam desain yang mewah. “Lemari siapa ini?” tanyanya.
Kepala pelayan berjalan masuk ke dalam diiringi beberapa Bodyguard yang membawa lemari itu. “Ini lemari untuk Nona, masih ada beberapa barang yang lainnya berada di bawah.”
Aeri keluar kamar dan menatap keluar, benar saja ada beberapa lemari yang berada disana. “Apakah laki-laki itu yang membelikan ini semua?” gumamnya heran. “Jika benar, kenapa ia tidak pernah bersikap baik kepadaku.”
Membutuhkan waktu satu jam lebih mengangkat semua barang itu ke kamar Aeri hingga selesai.
“Selamat beristirahat Nona.” Ucap kepala pelayan sambil menutup pintu kamarnya.
Aeri menatap semua barang itu. “Sungguh mewah.”
**
Mobil Edgar sudah menyusuri jalanan kota dengan kecepatan yang tinggi, karena suasana hatinya sedang tidak baik. Ia mendengar beberapa jenis lagu, tetap saja tidak bisa mengembalikan suasana hatinya.
“Argh…… Hari-hari ku semakin sial.” Gumamnya sambil mengacak-acak rambutnya.
Mobil Edgar sudah memasuki halaman markas HEREWOLF, ia memarkirkan mobilnya lalu turun.
Brakkkkkk…….
Menutup pintu dengan keras, ia berjalan masuk ke dalam dan duduk di tepi kolam renang.
“Rasanya ingin berenang.” Pandangan Edgar ke arah kolam renang. Sejenak ia memandang ke arah langit yang cerah.
Bara menuruni anak tangga dengan tatapan ke arah kolam renang, ia melihat Edgar sedang duduk disana. “Sepertinya dia baru datang.” Berjalan ke kolam renang.
“Dia duduk sendirian di tepi kolam renang, apa dia sedang galau?” ucap Bara yang masih berjalan ke arah Edgar.
“Sejak kapan kau disini?” tanyanya lalu duduk di samping Edgar.
“Beberapa menit yang lalu.” Jawab Edgar dengan pandangan yang masih ke arah langit tanpa menoleh Bara.
“Ku dengar kau menculik seorang wanita. Siapa? Jangan-jangan wanita yang pernah bermasalah dengan mu waktu itu?” tanya Bara.
Edgar tidak menjawab pertanyaan dari Bara. Ia mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
“Untuk apa kau menculik wanita itu? apa kau menyukainya?” tanya Bara lagi. “Ah itu sangat tidak mungkin kalau kau menyukai wanita itu.”
“Aku menginginkannya.” Jawab Edgar singkat.
Bara melebarkan matanya. “Apa kau benar-benar menyukai wanita itu?”
Edgar berdiri. “Tidak…. Aku hanya ingin balas dendam kepadanya.” Melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.
Bara berdiri lalu mendekati Edgar. “Hanya untuk balas dendam? Wah gila.”
Menoleh Bara. “Ku rasa tidak ada yang salah.” Edgar duduk di sofa lalu mengambil botol Wine yang ada di atas meja.
Bara merebut botol Wine dari tangan Edgar dan menuangkan di gelas kecilnya. “Ernest.” Teriaknya lalu meneguk minumannya. “Apa kau baru bangun.”
Ernest berjalan ke arah mereka berdua. “Ya.” Sahutnya sambil membawa mie rebus yang ada di tangannya.
“Sepertinya sangat enak.” Bara mencium aroma mie yang di bawa Ernest.
Ernest duduk. “Ku pikir sore kau akan datang kesini.” Ucapnya kepada Edgar.
Bara mengambil sumpit lalu menyumpit mie yang ada di piring Ernest dan memakannya.
“Kapan-kapan ajak dia kesini.” Ucap Bara dengan santai.
Ernest menatap Bara. “Siapa?” meneguk minumannya.
“Edgar menculik wanita itu.” Jawab Bara.
“Wanita yang hampir kau tabrak itu?” tanya Ernest kepada Edgar yang sedang menikmati minumannya.
Edgar mengangguk lalu mengambil sumpit dan memakan mie. “Kau tidak pernah gagal dalam memasak mie.” Ucapnya setelah menguyah makanannya.
“Kau memuji atau meledek ku?” Ernest meraih piringnya lalu menghabiskan sisa mie. “Kenapa kau tiba-tiba menculik wanita itu?” tanyanya heran. “Apa saat ini dia sedang berada di rumahmu?”
Lagi dan lagi Edgar hanya mengangguk lalu menyandarkan tubuhnya ke belakang.
“Katanya dia menginginkan wanita itu, bukankah itu hal yang bodoh?” sahut Bara.
“Bisa-bisanya seorang Edgar Dale Nichols menculik wanita seperti itu, kenapa tidak membayar wanita malam saja untuk menemanimu.” Ernest meneguk minumannya beberapa kali.
Edgar memukul kepala Ernest. “Aku menculik wanita itu hanya untuk balas dendam.”
“Alah nanti juga beneran suka kau.” Ernest tidak percaya dengan ucapan Edgar.
Bara terkekeh mendengar Ernest mengatakan itu. “Padahal aku banyak kenalan wanita malam. Kau bisa memilih dengan sesuka hati, tidak perlu menculik wanita terlebih dulu untuk menemani mu.”
Edgar menendang kaki Bara. “Dengar ya…. Aku tidak akan pernah menyentuh wanita itu.”
Ernest dan Bara tertawa bersama mendengar itu. “Kenapa kalian berdua tertawa? Apa ada yang lucu?” tanya Edgar heran.
“Aku tidak percaya itu, seorang laki-laki dan perempuan satu rumah tapi tidak melakukan apapun.” Ucap Ernest sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang juga.
Edgar beranjak dari ruang tengah meninggalkan mereka lalu menuju dapur.
“Ada apa dengan dia?” Bara menatap Edgar dengan heran. Ernest mengangkat kedua bahunya.
Saat ini Edgar sedang berada di dapur, ia merebus mie ramen. “Woah bau nya sangat enak.” Menatap mie yang sudah mau matang. Ia segera memindahkan ke mangkok berukuran sedang.
Edgar membawa mie itu ke ruang makan, sesampai disana ia pun duduk lalu meraih ponsel yang ada di dalam saku dan menelpon Bodyguard 2.
“Iya bos?” ucap Bodyguard 2 dari seberang telpon.
“Pastikan wanita itu tidak keluar dari kamarnya.” Perintah Edgar.
“Siap bos, kami selalu ada di depan monitor untuk mengawasinya.” Jawab Bodyguard 2. Edgar mematikan telpon, ia mulai memakan mie yang ada di hadapannya.
**
Kini waktu sudah menunjukkan jam 4 sore, Edgar, Bara, dan Ernest sedang mengobrol santai di ruang tengah. Beberapa menit kemudian Edgar memutuskan untuk pulang.
Edgar berdiri sambil memasang jaketnya. “Aku pulang dulu.”
“Apa kau tidak tidur disini?” tanya Bara.
Edgar menatap Bara. “Sepertinya malam ini aku tidak tidur disini.”
“Tumben kau pulang jam segini?” tanya Ernest heran, karena biasanya Edgar kalau tidak menginap di markas pulangnya pasti tengah malam.
“Apa kau merindukan wanita itu?” Bara memancing suasana.
“Hahaha sepertinya….” Ucap Ernest terpotong.
“Tidak…. Aku hanya ingin….” Jelas Edgar terpotong juga.
“Itu hanya alasan mu saja.” Ledek Bara.
“Yaaaa.” Teriak Edgar. “Tidak usah berbicara sembarang!” Kesalnya lalu beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
“Kau jadi tidak malam ini ke bar?” tanya Bara.
Ernest menepuk bahu Bara. “Tentu saja, sudah lama aku tidak melihat…” Bara langsung beranjak pergi meninggalkan Ernest. “Yaaaaa aku belum selesai berbicara.” Teriaknya menatap Bara yang sudah mulai jauh.
...-First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments