Setelah selesai acara, Edgar masuk ke dalam rumah diiringi oleh Aeri dari belakang. Di tengah ruangan, Edgar tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Edgar menoleh ke belakang. "Kau tetap tidur di kamar kau. Yang perlu kau ingat!!! Walaupun kita sudah menikah bukan berarti kita tidur dalam satu kamar." Tegasnya.
Setelah mendengar itu aeri menatap kebingungan dan tidak mengerti. "Bagaimana bisa? dia menikahi untuk apa? ah tapi baguslah..." Batinnya.
"kenapa? Apa kau ingin tidur dengan ku?" Edgar menaikkan satu alisnya. membuat aeri menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Edgar beranjak pergi. sementara aeri masih berdiam disitu sambil menatap Edgar yang sudah menaiki tangga. "Sebenarnya aku menikah ini untuk apa?" melangkahkan kakinya menuju kamar.
Klekkkk......
Edgar masuk ke dalam kamarnya dan berjalan ke balkon, sejenak ia bersantai disana. setelah itu kembali ke kamarnya lalu menghempaskan tubuh ke atas ranjang, perlahan matanya yang indah itu terpejam hingga memasuki alam mimpi.
**
Pagi pun tiba suara kicauan burung bersahutan terdengar dari luar, matahari yang mulai terbit perlahan sinarnya memasuki jendela kamar-kamar yang masih tertutup gorden.
Pria yang saat ini masih tertidur pulas dengan wajahnya yang selalu terlihat sangat tampan, tiba-tiba getaran suara telpon dari ponsel yang terletak di nakas membuatnya terbangun.
Drettt...... Drettt...... Dretttt.......
"Huaaaaa....." Edgar mengambil ponselnya sambil menguap. "Ah siapa yang nelpon pagi-pagi begini?" gumamnya kesal, karena mengganggu tidurnya.
Terlihat dari layar ponsel Ernest memanggil. "Untuk apa dia menelpon ku?" mengangkat telpon. "Kenapa?"
"Jangan lupa ke markas, tadi aku dan Bara datang dari kuliner pagi dan kami banyak membeli makanan." Ucap Ernest dari seberang telpon.
"Apa kau menelpon ku hanya untuk memberitahu itu?" Edgar mulai emosi.
"Tidak juga." Jawab Ernest dengan santai.
"Apa kalian berdua ingin membuat ku gendut hah?" kesalnya.
Bara merebut ponsel yang ada di tangan Ernest. "Tidak tidak. kemari lah, makanan ini sungguh lezat."
Edgar yang mendengar itu langsung menutup telpon dan membuang nafasnya dengan kasar. "Pagi-pagi sudah membuat ku emosi." Beranjak dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.
**
Aeri sedang berada di dapur memasak sesuatu untuk sarapan Edgar, bagaimana pun Edgar memperlakukannya ia tetap memberikan yang terbaik untuk seorang Edgar yang kini berstatus menjadi suaminya.
Selesai memasak aeri meletakkan beberapa makanan di meja makan. tidak lama kemudian Edgar menuruni anak tangga, Aeri langsung berjalan mendekati Edgar untuk sarapan terlebih dahulu.
"Apa kau ingin pergi?" tanya Aeri.
"Ya, kenapa?" jawab Edgar cuek.
"Aku sudah memasakkan sesuatu untuk sarapan pagi." Sahut Aeri.
"Aku tidak ada waktu untuk mencoba masakan mu." Edgar melangkahkan kakinya, tetapi tidak bisa karena Aeri menahannya.
"Cobalah sedikit, kau harus sarapan sebelum....." Ucap Aeri terpotong, karena Edgar langsung saja melangkahkan kakinya menuju ruang makan dan duduk disana.
Aeri tersenyum melihat Edgar yang sudah duduk disana.
Tidak menunggu waktu lama Edgar beranjak dari ruang makan meninggalkan Aeri sendirian. Aeri menatap ke arah piring Edgar yang tidak habis. "Apa masakan ku tidak enak? Padahal bibi tadi bilang makanan ku enak." Melanjutkan makannya, setelah selesai ia kembali ke kamarnya.
**
Saat ini di ruang tengah markas. Edgar, Bara dan Ernest sedang duduk di temani berbagai macam makanan dan beberapa botol Wine yang ada di atas meja.
"Bagaimana malam pertamamu?" tanya Ernest lalu memakan sesuatu yang ada di tangannya.
"Sepertinya...." Ucap Bara terpotong.
"Tidak ada malam pertama! tidak usah menanyakan hal seperti itu." Tegas Edgar sambil meraih gelas kecil yang berisi Wine.
Ernest menatap Edgar dengan heran. "Lalu?
Edgar meneguk minumannya beberapa kali. "Dia tetap tidur di kamarnya."
Ernest dan Bara melebarkan matanya. "Untuk apa kau menikahinya jika kau tidak tidur berdua dengannya?" tanya Bara.
Edgar meneguk lagi minumannya lalu meletakkan gelasnya di atas meja. "Diam lah! tidak usah banyak bicara." Mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi cctv untuk melihat keadaaan rumahnya.
**
Aeri sedang duduk di atas ranjangnya. ia selalu ingat bahwa Edgar melarangnya untuk pergi keluar jika dia sedang tidak ada di rumah. Tetapi Aeri tetap memutuskan untuk keluar karena ia begitu bosan.
"Aku sangat bosan, mau ngapain ya?" Aeri berpikir sejenak. "Ah aku ingin beli sesuatu saja untuk menghilangkan stres ku walau duit ku sisa sedikit." Beranjak dari ranjangnya.
Aeri langsung bersiap-siap, setelah itu ia keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga dengan pakaian sedikit terbuka.
Aeri berjalan ke arah gerbang, bodyguard yang sedang bersantai di pos satpam melihat Aeri ingin keluar dengan sigap ia menghalangi jalan aeri.
"Mau kemana kau?" tanya bodyguard 1 kepada Aeri.
Drettttt ....... Drettt...... Drettt.......
Tiba-tiba ponsel bodyguard 1 bergetar, terlihat di layar ponsel Edgar menelponnya.
Bodyguard 1 mengangkat telpon. "Iya bos?"
"Mau pergi kemana dia?" tanya Edgar dari seberang telpon.
Bodyguard 1 menatap Aeri. "Dia belum menjawab mau pergi kemana bos."
"Suruh dia ganti pakaiannya." Perintah Edgar lalu mematikan telpon.
"Bos bilang ganti pakaian mu." Ucap bodyguard 1 yang diperintahkan oleh Edgar tadi.
Aeri menatap pakaiannya dengan bingung. "Apa pakaian ku salah? menurut ku ini biasa saja." Gumam Aeri, saat ini ia mengenakan pakaian kaos dan celana pendek selutut
"Apa yang di telpon tadi pria itu? Darimana dia tahu kalau aku mau pergi? Dan kenapa dia menyuruhku untuk mengganti pakaian?" Batin Aeri.
"Segera ganti pakaian mu." Perintah bodyguard 1.
Aeri pun masuk kembali ke dalam rumah. sepanjang jalan menuju kamarnya, ia masih kebingungan apa ada yang salah dengan pakaiannya.
**
Edgar, Bara dan Ernest sedang menikmati makanan mereka masing-masing.
"Bisa-bisanya wanita itu pergi dengan pakaian seperti itu." Gumam Edgar sambil meraih daging lalu di makannya.
Bara menghentikan makannya dan menoleh Edgar. "Sejak kapan kau memperhatikan pakaian wanita itu."
"Ekhemmm....." Ernest berdehem lalu meneguk minumannya.
"Ah lupakan!" ucap Edgar kembali menikmati makanannya.
**
"Kau mau pergi kemana?" tanya bodyguard 1 lagi.
"Aku ingin membeli sesuatu untuk menghilangkan stres ku!" jawab Aeri.
"Memangnya kau mau membeli apa?"
"Manisan."
"Manisan? Oke tunggu."
Bodyguard 1 memanggil supir. "Pak Eri."
Pak Eri yang mendengar itu langsung mendekati mereka. "iya?"
"Antar wanita ini untuk membeli manisan." perintah bodyguard 1 kepada pak Eri sang supir.
"Tidak perlu! saya bisa sendiri." Aeri menolak.
"Jika kau ingin sendiri, bersiaplah nyawa mu akan melayang." Ancam bodyguard 1, membuat Aeri teringat dengan wajah Edgar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Segera antar dia dan cepat kembali." Ucap bodyguard 1.
"Baik tuan." Pak Eri beranjak pergi menuju garasi mobil, diikuti oleh Aeri.
Di garasi terlihat beberapa puluh mobil tersusun rapi. pak Eri memilih mobil genesis g90 warna hitam, terlihat sangat mewah. membuat Aeri menatap sejenak mobil itu.
Pak Eri membuka pintu belakang untuk Aeri. "Silahkan Non." Aeri masuk ke dalam dan pak Eri menutup kembali pintu itu.
Aeri menatap isi yang ada di dalam mobil. "Mobilnya sangat mewah.'" Bergumam dalam hati.
Mobil itu pun pergi meninggalkan kediaman Edgar dan mulai menyusuri jalanan aspal.
"Apa bapak tahu tempat orang yang jual manisan?" tanya Aeri memecahkan keheningan.
Pak Eri mengangguk tatapan yang masih lurus ke depan. "Iya tahu Non, sebentar lagi kita akan sampai."
Beberapa menit mobil mereka pergi, bodyguard 1 sedang duduk di dalam pos keamanan dan ia segera menelpon Edgar.
"Bos istri anda sudah pergi." Ucap bodyguard 1.
"Mau kemana dia?"
"Katanya ingin membeli manisan."
"Dia pergi dengan siapa? Jangan biarkan dia pergi sendirian!"
"Baik bos! Pak Eri yang menemaninya." Jawab bodyguard 1 sambil menyeruput kopi yang ada di tangannya.
"Oh iya, suruh pak Eri menggunakan uangnya terlebih dahulu untuk membelikan semua manisan yang dia mau." Perintah Edgar lalu menutup telpon.
bodyguard 1 langsung mengirimkan sebuah pesan kepada pak Eri dan meletakkan kembali ponselnya.
**
Aeri sudah berada di sebuah toko yang menjual berbagai macam manisan, di temani oleh pak Eri atas perintah dari bodyguard 1 untuk tidak membiarkan aeri sendirian.
Drettt.... Drett.... Drettt.....
Ponsel pak Eri bergetar ia mendapatkan sebuah pesan dari bodyguard 1. Sejenak ia membaca pesan itu.
bodyguard 1
> pakai uang mu dulu, belikan wanita itu semua manisan yang ada disana.
Setelah membaca pesan ia kembali meletakkan ponselnya ke dalam saku dan berjalan mencari karyawan yang ada di sana. "Mbak?" panggilnya.
Karyawan toko mendekati mereka. "Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tersenyum ramah.
"Bungkus semua manisan yang ada disini." Perintah pak Eri, membuat Aeri melebarkan matanya dan menatap pak Eri.
"Oke baiklah... Tunggu sebentar saya siapkan dulu." Karyawan beranjak pergi meninggalkan mereka.
"Manisan sebanyak itu untuk siapa pak?" Tanya Aeri kepada sang supir, karena ia tidak mungkin bisa menghabiskan semua manisan itu.
"Untuk nona."
"Hah? Untukku?" Aeri menelan ludahnya setelah mendengar apa yang di ucapkan pak Eri.
Karyawan toko berjalan ke arah mereka dan menyerahkan bungkus manisan kepada Aeri. "Ini."
Aeri mengambil bungkusan itu. "Terima kasih."
Pak Eri berjalan ke arah kasir untuk membayarnya, setelah selesai mereka kembali masuk ke dalam mobil. 20 menit kemudian mereka semua sudah sampai di teras rumah.
"Terima kasih pak." Ucap Aeri lalu turun dari mobil.
Aeri berjalan masuk ke dalam dengan suasana hati yang baik. di tengah perjalanan menuju kamarnya, tiba-tiba ia menghentikan langkah dan matanya tertuju pada seseorang yang sedang duduk di ruang tamu.
"Duh bagaimana ini? dia sudah sampai duluan." Bergumam dalam hati dan berjalan dengan cepat menuju kamarnya.
...- First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments