Mereka sudah masuk ke dalam mobil. Bara mulai menjalankan mobilnya keluar garasi dan meninggalkan markas. Ia melajukan mobilnya, dengan iringan musik yang ada di dalam mobil membuat suasana hati Edgar sedikit membaik.
"Coffe shop yang dimana?" tanya Bara sambil menoleh Edgar yang sedang melihat-lihat ke arah luar.
"Jangan di tempat biasa, aku sudah bosan disana." Sahut Ernest yang duduk di kursi bagian belakang.
"Edgar?" panggil Bara dengan tatapannya yang fokus ke depan.
"Coffe shop yang di jalan Mandala itu saja." Jawabnya singkat.
"Itu yang Coffe Shop terkenal itu kan?" tanya Bara. "Kenapa kau tiba-tiba ingin kesana? Bukankah kita sering ke…." Sambungnya terpotong.
Edgar menoleh Bara. "Kenapa? Bukankah Ernest bosan di tempat biasa?"
"Iya, aku ingin mencari suasana baru." Sahut Ernest. "Sepertinya disana akan banyak orang."
Coffe shop yang biasa mereka datangi memang tidak terlalu banyak orang, jauh berbeda dengan Coffe shop yang akan mereka datangi ini.
"Dan katanya coffe shop yang itu lebih besar." Jelas Bara. "Aku belum pernah kesana."
"Nah! pasti banyak wanita-wanita disana." Sahut Ernest.
Edgar dan Bara menghembuskan nafasnya dengan kasar setelah mendengar apa yang di katakan Ernest, ia selalu membahas soal wanita.
Bara kembali fokus untuk menyetir mobilnya menuju Coffe shop itu. Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan karena suasana hati Edgar masih kurang baik. Sementara Ernest yang ada di belakang hanya fokus mengirim pesan kepada wanita-wanita kupu-kupu malam yang sering ia temui.
Sesekali Ernest tertawa membuat Edgar yang mendengarnya begitu kesal.
"Diam lah, tutup mulut mu." Ucap Edgar.
Tidak lama kemudian mobil mereka sudah terparkir di halaman coffe shop itu.
Edgar, Bara, dan Ernest pun turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam coffe shop.
Terlihat jelas Coffe shop yang lumayan besar,di penuhi dengan kaca jendela yang transparan sehingga bisa menikmati suasana hujan ketika hujan sedang turun. Coffe shop ini juga memiliki 2 lantai dan juga sangat banyak di minati oleh anak muda yang datang untuk bersantai, mengerjakan tugas, atau sekedar menikmati sebuah kopi.
Coffe shop menyediakan banyak menu camilan, harganya juga tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal. Sangat worth it untuk anak muda mudi, apalagi di waktu malam hari. Tempat ini sangatlah indah karena berada di tengah-tengah kota.
Banyak orang menghabiskan sisa harinya untuk bersantai di coffe shop ini, pelayanannya juga sangat baik dan ramah sehingga orang yang datang berkunjung sangat senang.
Ernest menatap ke arah sekitar. "Mau duduk dimana kita?"
Bara melihat ada tempat yang kosong paling pojok kiri. "Di sana saja gimana?" sahutnya sambil menunjuk ke arah pojok.
Ernest menatap ke arah yang di tunjuk oleh Bara, sementara Edgar pandangannya lurus ke depan, dan melihat ke arah tangga. "Kita di atas saja!" ucapnya, tanpa menoleh mereka berdua.
Bara menatap Edgar. "Kau mau di atas?"
Edgar mengangguk cuek.
Bara menatap ke arah tangga itu. "Baiklah.... Sepertinya suasana di atas menyenangkan." Berjalan duluan meninggalkan Edgar dan Ernest.
Ernest yang melihat Bara berjalan duluan ia pun menyusulnya.
Bara dan Ernest sudah menaiki anak tangga. Tetapi Edgar masih tidak bergeming dari tempatnya. Ketika ia mulai melangkahkan kakinya, tiba-tiba pandangannya terfokus kepada satu karyawan yang sedang turun dari tangga itu.
Orang itu juga tidak sengaja menatap ke arahnya sambil membawa bekas gelas yang sudah di minum.
"Sial, wanita itu lagi! Kenapa harus bertemu dengannya?" batinnya, melangkahkan kakinya lalu menaiki anak tangga dan melewati orang itu.
Aeri langsung menundukkan kepalanya dan bergegas turun ke bawah.
"Laki-laki itu lagi, untuk apa dia kesini? Apa dia tahu aku bekerja disini? Ah tidak tidak ,itu sangat tidak mungkin." Batin Aeri sambil berjalan tergesa sehingga menabrak seseorang yang ada di hadapannya.
"Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu semakin pucat?" tanya Al. "Apa kau sedang sakit?" menyentuh lengannya.
Aeri menatap Al. "Hah? tidak tidak aku tidak sakit kok." Ucapnya nyengir lalu masuk ke dapur.
Al menatap heran ke arah Aeri. "Ada apa dengannya hari ini, dia begitu aneh."
Aeri bersandar di salah satu lemari lalu menghela nafasnya yang panjang.
Menyentuh dada dengan tangan kanannya. "Kenapa laki-laki itu kesini? Ah sangat menakutkan jika bertemu dengannya." Batinnya dengan wajah yang kesal.
**
Edgar, Bara dan Ernest memutuskan untuk duduk di bagian pojok yang ada di lantai atas, dengan posisi tempat duduk Edgar berhadapan dengan Bara dan Ernest.
Seorang pelayan coffe shop sedang berjalan ke arah mereka dengan membawa catatan dan juga buku menu.
Pelayan coffe shop itu meletakkan buku menu di depan Ernest.
Ernest membukanya lalu melihat sejenak.
"Macchiato." Meletakkan buku menu di depan Bara.
Bara melihat-lihat menu yang ada di hadapannya. "Cappucino."
Meletakkan buku menu di depan Edgar.
"Apa disini ada jus?" tanya Edgar kepada pelayan yang ada di hadapannya tanpa membuka menu.
Pelayan itu pun mengangguk. "Iya ada, tersedia berbagai macam jus."
"Jus melon." Ucapnya datar.
"Apa ada pesanan lagi?" tanya pelayan.
"Sudah cukup, Bara? Edgar?" tanya Ernest.
"Tidak ada." Sahut Edgar.
"Atau mungkin kalian menginginkan beberapa camilan untuk menemani minum kalian." Ucap pelayan coffe shop menawarkan.
"Tidak ada." Sahut Bara.
"Itu saja." Jawab Edgar.
"Oke baiklah, silahkan tunggu sebentar." Pelayan coffe shop beranjak pergi sambil membawa catatan pesanan.
Mereka menunggu pesanan sambil mengobrol santai membahas tentang apapun itu, berbeda dengan Edgar tiba-tiba diam dengan pandangan lurus ke depan menatap ke arah luar.
Bara menepuk bahu Edgar. "Ada apa dengan mu? Apakah suasana hatimu semakin buruk?
"Kenapa kau diam saja? Kau tidak sariawan kan?" sahut Ernest .
Edgar menatap ke arah mereka. "Tidak ada." Kembali menatap lurus keluar.
"Tumben kau memesan jus?" tanya Bara, dia sangat heran ketika Edgar tidak memesan kopi malah memesan jus.
"Aku lagi tidak ingin minum kopi." Sahut Edgar cuek.
Bara tersenyum tipis sambil mengangguk. "Baiklah."
"Apa kau jadi bertemu dengan wanita malam yang kau temui di bar waktu itu?" tanya Bara kepada Ernest sambil tertawa kecil.
Ernest menggaruk kepalanya. "Tidak, dia biasa saja tidak terlalu menarik."
Edgar menatap Ernest. "Kenapa di pikiran kalian selalu wanita wanita dan wanita?" kesalnya karena mendengar pembahasan mereka. "Ah kalian berdua selalu saja membahas wanita malam. Bukannya membahas pengiriman barang, malah kupu-kupu malam." Sambungnya.
"Bukan begitu, itu adalah hal yang biasa." Sahut Ernest. "Kau tidak pernah bertemu kupu-kupu malam atau bermain dengan mereka,jadi kau tidak mengerti."
"Kenapa kau tidak mau bermain atau sekedar kenalan dengan wanita malam?" tanya Bara kepada Edgar.
"Tidak ,aku tidak terlalu suka dengan wanita." Jawab Edgar singkat.
Ernest mendekatkan wajahnya. "Kenapa? Apa jangan-jangan kau menyukai laki-laki?"
Edgar memukul kepala Ernest. "Jangan berbicara buruk seperti itu."
Ernest mengelus kepalanya. "Aku hanya bertanya, karena aku tidak pernah melihat mu bermain dengan wanita."
Obrolan yang sangat tidak penting itu pun berlanjut hingga pesanan mereka datang.
...-First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
... ...
...Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments