Sesampainya di markas, Edgar dan Ernest langsung pergi keruang Billiard sementara Bara melenceng ke arah dapur.
"Arrgghhh padahal aku ingin menikmati kopi dengan tenang." Bara mengambil 1 botol Wine dari dalam kulkas.
klekkkk.....
Edgar membuka pintu ruang billiar dan membiarkan pintu itu terbuka. Edgar berjalan ke arah pojok untuk mengambil beberapa alat billiar.
"Kenapa wanita itu lagi dan lagi." Kesal Edgar lalu kiu billiar.
Ernest juga mengambil kiu billiar lalu berjalan ke meja billiar. "Sepertinya kau memang ditakdirkan untuk bertemu dengannya." Ledeknya sambil terkekeh. "Wanita itu juga cantik dan tidak begitu buruk."
"Tidak." Sahut Edgar.
"Jika kau tidak menginginkannya. Biar aku saja yang mendekatinya." Ucap Ernest, sambil tertawa.
Bara masuk ke ruang Billiard sambil membawa satu botol Wine yang ada di tangannya. Bara duduk di kursi dekat dengan meja Billiard, sejenak ia melihat mereka bermain biliar.
"Sial lepas." Ucap Ernest kesal.
"Kau lemah bermain ini." Ledek Edgar.
"Edgar? Malam ini kau tidur disini atau tidak?" tanya Bara tiba-tiba sambil membuka tutup botol Wine.
"Iya." Jawab Edgar tanpa menoleh ke arah Bara.
"Sampai kapan kalian akan bermain?" tanya Bara lagi, ia sudah mulai bosan melihat mereka berdua bermain billiar.
"Malam." Sahut Edgar.
"Baiklah." Bara beranjak dari tempat duduknya. "Aku pergi ke kamar dulu."
Bara pergi meninggalkan ruang billiar dan menuju kamarnya.
Di markas HEREWOLF mempunyai 3 kamar, dan kamar itu bertempat di lantai atas.
Edgar dan Ernest bermain biliar hingga malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, mereka berdua baru selesai bermain billiar. Saat ini mereka sedang duduk santai di ruang tengah.
"Mau makan apa kita malam ini? Pizza? Steak?" tanya Ernest sambil melihat menu yang ada di ponselnya.
"Yang mana saja." Sahut Edgar lalu beranjak pergi ke dapur untuk mengambil 2 botol Wine.
Bara baru keluar dari kamarnya, ia berjalan ke ruang tengah dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
"Malam ini kita akan makan apa?" tanya Bara sambil melihat-lihat sekitar.
"Aku sudah memesan Steak dan Pizza." Jawab Ernest.
"Kau memang pengertian, aku sudah lama ingin memakan pizza." Ucap Bara sambil menepuk bahu Ernest.
Edgar duduk di samping Bara dan meletakkan 2 botol Wine di atas meja.
Tidak lama kemudian pesanan mereka datang dan mereka pun menikmati makanan itu hingga larut malam.
"Argh ..... Badan ku sudah sangat lelah." Gumam Ernest sambil merenggangkan ototnya.
"Hari ini sudah berapa banyak aku minum ini." Gumam Bara sambil meminum lagi Wine yang ada di gelasnya.
"Aku tidur duluan." Edgar berdiri.
"Kenapa kau tidur cepat sekali." Bara bingung.
"Hanya lelah." Edgar beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
Ernest dan Bara masih berada di ruang tengah untuk melanjutkan minum-minum mereka.
"Sepertinya malam ini aku pergi ke bar." Ucap Ernest.
"Aku ikut." Sahut Bara. "Edgar ikut atau tidak?"
"Sepertinya dia sangat kelelahan."
"Yasudah kita saja yang pergi kesana." Bara menghabiskan minumannya.
"Aku lama tidak bermanja dengan para wanita ku."
Tidak lama kemudian mereka beranjak dari ruang tengah menuju kamar mereka masing-masing dan bersiap-siap ingin pergi ke Bar.
**
klekkkk.....
Edgar membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi telentang menatap ke arah langit-langit kamar.
"Wanita itu?" gumamnya. "Kenapa wajahnya menghantui pikiran ku." Sambungnya sambil memukul kepala.
"Ada apa dengan wanita itu? Kenapa setelah bertemu dengannya aku merasa hidupku semakin sial."
Tidak lama kemudian Edgar tertidur dengan posisi yang masih telentang menghadap langit-langit kamar nya. Kini Edgar sudah memasuki alam mimpi hingga pagi.
**
Di siang hari dengan cuaca mendung karena mau hujan. Edgar duduk sendirian di ruang tengah tanpa ada Bara dan Ernest. Karena mereka berdua sedang di tugaskan Edgar ke tempat sesuatu.
Edgar mengambil ponsel dari dalam sakunya mencoba menghubungi Bara dan Ernest untuk mengajak ke coffe shop itu lagi, tetapi tidak bisa di hubungi.
"Sepertinya mereka belum selesai." Gumam Edgar, ia kembali memasukkan ponsel ke dalam saku.
Rintikan suara hujan terdengar, dan juga suara angin yang kencang membuat pohon-pohon yang ada di sekitar markasnya bergoyang.
Edgar mengambil kunci mobilnya lalu beranjak dari ruang tengah menuju kamarnya untuk mengambil jaket, setelah itu ia bergegas pergi ke parkiran mobil.
Mobil Edgar sudah melaju ke arah coffe shop. Ia memutuskan untuk bersantai sendirian tanpa Bara dan Ernest, hingga tidak lama kemudian mobilnya sudah memasuki area parkiran.
Edgar pun masuk ke dalam cafe itu, ia mulai menaiki anak tangga. Seperti sebelumnya Edgar pernah kesana bersama dua temannya, tapi hari ini Edgar hanya sendiri.
Berjalan ke tempat meja no 14. Edgar menarik kursi lalu duduk di dekat kaca yang besar dan transparan. Pandangan lurus keluar sambil melihat tetesan air hujan yang turun dengan derasnya.
Drettt... Drettt.... Drettt....
Ponsel Edgar bergetar, terlihat nama Ernest di layar ponselnya.
Edgar mengangkat telponnya. "Ada apa?"
tanyanya kepada Ernest yang ada di seberang telpon.
"Apa kau sudah pulang ke rumah?" tanya Ernest, ia baru tiba di markas bersama Bara.
"Tidak, aku tidak pulang." Jawabnya.
"Lalu?" Ernest bingung.
"Aku sedang bersantai di coffe shop. Setelah ini, aku akan pulang lagi ke markas." Jelas Edgar lalu mematikan telponnya.
Edgar memasukkan ponselnya ke dalam saku, dan kembali menatap ke arah luar kaca.
Seorang wanita berjalan ke arahnya sambil membawa satu gelas coklat panas dan beberapa camilan.
Wanita itu pun meletakkan beberapa camilan di atas meja.
Ketika ia ingin meletakkan satu gelas yang berisi coklat panas tiba-tiba gelasnya jatuh dengan sigap wanita itu langsung menangkap sehingga air yang ada di gelas itu sedikit tertumpah ke celana Edgar.
Edgar yang melihat kejadian itu menatap dengan tajam ke arah Aeri dan berdiri.
Aeri menunduk. "Maaf maaf sungguh.... Saya tidak sengaja, tiba-tiba gelasnya terjatuh." Mencoba membersihkan celana Edgar.
Edgar menepis tangan Aeri lalu memegang kedua pipi Aeri.
"Lihat." Teriak Edgar sambil melihat ke arah celananya yang tertumpah minuman itu.
"Apa kau tidak mempunyai otak? Kenapa kau begitu bodoh?" caci maki Edgar, membuat wajah Aeri berubah menjadi pucat.
Aeri hanya diam mendengar caci makian dari Edgar, karena itu kesalahannya walaupun tidak sengaja.
Edgar menarik tangan Aeri dengan kasar membuat Aeri sangat ketakutan.
"Apa kau ingin mati? Hah?" ucapnya, membuat orang yang ada di sana menatap ke arah mereka berdua.
Edgar menjambak rambutnya tanpa mengenal tempat, Edgar semakin mengencangkan jambakan nya.
Edgar seorang mafia yang selalu bersikap kasar dengan siapapun tidak memandang mau wanita atau laki-laki. Ketika ada seseorang yang membuat masalah dengannya maka tidak segan-segan orang itu di siksanya.
"Kenapa kau masih berani menampakkan wajahmu di hadapanku?" menaikkan satu alisnya.
Aeri menggelengkan kepalanya. "Sa...saya disini bekerja."
Menyeringai. "Oh kau sepertinya." Edgar melepaskan jambakan lalu ingin memberikan tamparan kepadanya.
Daritadi Al memantau Edgar dan Aeri. Al melihat ada sesuatu yang aneh terjadi.
Al melihat tangan Edgar ingin melakukan sesuatu kepada Aeri. Al langsung berlari. "Jangan lakukan itu kepadanya." Berteriak di depan Edgar. "Turunkan tanganmu." Perintahnya.
Saat ini Al sedang berdiri disamping Aeri sambil memegang tangan Edgar dengan sekuat tenaga.
Edgar melepaskan tangan Al dengan kasar.
"Siapa kau? Berani-beraninya ikut campur dengan urusan ku."
"Kenapa? Memangnya kau siapa? Berani-beraninya memperlakukan seorang wanita seperti itu." Tanya Al dengan santai lalu menyentuh bahu sebelah kanan Aeri.
"Oh jadi kau pacarnya? Cuiiihhh...." Edgar meludah sembarang lalu tepuk tangan.
Edgar Terkekeh. "Wah sepertinya ada yang ingin menjadi pahlawan kesiangan."
Aeri yang mendengar pembicaraan mereka hanya diam dan menunduk sambil memainkan jari telunjuknya.
"Mau aku pacarnya atau bukan, itu bukan urusan mu. Yang pasti kau tidak boleh bersikap kasar seperti itu pada wanita." Jelas Al dengan nada yang sedikit tinggi.
"Mau kasar atau pun tidak itu juga bukan urusan mu." Sahut Edgar mendekatkan wajahnya ke wajah Al.
Seseorang berjalan ke arah mereka. "Maaf ada keributan apa?" tanya sang manager cafe.
"Dia." Menunjuk Aeri. "Menumpahkan minuman ke celana ku!"
"Maaf Tuan jika salah satu karyawan kami melakukan kesalahan." Ucap manager cafe.
"Aku ingin kau pecat dia." Perintahnya sambil menunjuk lagi ke arah Aeri.
Aeri menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Apa dia melakukan kesalahan yang sangat fatal? Seenaknya kau menyuruh orang untuk memecat dia."
Sahut Al sambil mengelus bahu Aeri.
"Hahaha sangat memalukan." Edgar tertawa keras. Ia mendekatkan wajahnya ke manager. "Jika kau tidak memecat wanita ini, maka cafe ini akan ku jadikan abu." Ancamnya.
Jari telunjuk Edgar menyentuh dahi Aeri "Dan kau."
Al menepis jari telunjuk Edgar.
Menyeringai. "Urusan kita belum selesai!!" Edgar meletakkan uang di atas meja lalu beranjak pergi.
...-First time saya membuat cerita seperti ini maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung…....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Zuraida Zuraida
sombong boleh tapi jangan kurang ajar, mafia goblok
2022-12-27
2
Asni
Edgar terlalu sombong
2022-09-20
6