Edgar dan Bara berjalan keluar ruang bawah tanah itu dan kembali masuk ke dalam rumah.
Kini Edgar sudah berada di dalam rumahnya, ia berjalan menuju kamarnya. ketika ingin menaiki tangga, tiba-tiba matanya tertuju ke kamar Aeri. Sementara Bara melangkahkan kakinya keluar rumah dan kembali ke markas HEREWOLF.
Klekkkk…….
Edgar membuka pintu kamar Aeri dan berjalan masuk ke dalam. Sesampai di samping ranjang Aeri, ia melepaskan heels yang masih terpasang di kaki Aeri lalu menyelimutinya.
Ujung jari telunjuk Edgar mulai menyentuh wajah Aeri. “Kau sendiri yang ingin masuk ke dalam rumah ini dan kau tidak akan bisa keluar dari sini.” Menyeringai lalu beranjak dan menutup kembali pintu itu.
Ernest yang baru tiba di rumah Edgar, ia melihat Edgar keluar dari kamar Aeri dan berjalan mendekatinya. “Ekhem…..” Membuat Edgar menoleh ke arahnya. “Ada yang sedang menjenguk istrinya.” Ledeknya.
“Sejak kapan kau disini? Tidak usah berpikir yang aneh-aneh." Ucap Edgar.
“Baru saja, ini aku mau ke ruang bawah tanah.” Tersenyum.
Edgar meninggalkan Ernest yang masih berdiri disana dan ia mulai menaiki tangga.
"Hahahaha dia perlahan memerhatikan wanita itu." Gumam Ernest sambil menggelengkan kepalanya.
Klekkkk…….
Edgar masuk ke dalam kamar dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya agar lebih fresh ketika mau tidur.
Beberapa menit kemudian ia selesai mandi, saat ini ia mengenakan pakaian kaos dan celana pendek. Edgar berjalan mendekati ranjangnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dan mulai memejamkan matanya.
**
Pernikahan Edgar dan Aeri tidak seperti pernikahan yang pada umumnya, bahkan mereka tidur secara terpisah. Karena pernikahan mereka tidak ada dasar cinta melainkan hanya untuk balas dendam seorang Edgar Dale Nichols kepada Aeri. Kini pernikahan mereka sudah 1 bulan, tetapi sikap Edgar terhadap Aeri sama saja, tidak ada perubahan.
Pagi ini Aeri sedang berada di dapur membuat minuman yang segar, beberapa saat minuman yang ia buat pun selesai, ia langsung kembali ke kamarnya.
Tap.... Tap... Tap....
Langkah kaki Aeri menuju kamarnya terdengar.
Klekkkk……
Aeri membuka pintu kamarnya ketika ia ingin menutup kembali pintu itu, tiba-tiba ada seorang pria yang ingin masuk juga ke dalam kamarnya. Aeri berusaha melawan agar pintu itu tertutup tetapi gagal karena kekuatan sang pelayan begitu kuat sehingga lolos masuk ke dalam kamarnya.
“Pak Asep? Mau apa masuk ke dalam kamar ku?” teriak Aeri. Perlahan ia berjalan mundur dengan gelas yang masih di tangan.
Pak Asep adalah salah satu pekerja di rumah Edgar sebagai tukang kebun belakang. Dia masuk ke dalam sambil menutup pintu tetapi tidak rapat, ia berjalan mendekati Aeri.
“Hai Nona manis. Tidak usah takut kepadaku, aku tidak berbuat jahat kepadamu." Godanya. "Pagi ini aku ingin bermain denganmu." Menyeringai.
Pak Asep semakin mendekati Aeri, gelas yang di tangannya tadi langsung di siram ke wajah Pak Asep. “Pergi kau dari sini.” Teriaknya.
“Jika aku tidak mau bagaimana?” Merebut gelas yang ada di tangan Aeri lalu melemparkan ke lantai.
**
Saat ini Edgar sedang duduk di balkon kamarnya di temani segelas jus melon yang ada di atas meja, menikmati udara yang tidak terlalu panas. Ia mengambil gelas Jus lalu meminumnya. “Ini sangat enak.” Meletakkan kembali gelas itu.
5 menit kemudian, Edgar memutuskan untuk beranjak dari balkon dan keluar dari kamarnya. Ketika ia menuruni anak tangga, awalnya ia ingin pergi ke markas tetapi tidak jadi. Tiba-tiba matanya terfokus pada pintu kamar Aeri yang sedikit terbuka.
Edgar menghentikan langkahnya. “Kenapa pintu kamarnya terbuka?” gumam Edgar menatap heran karena ia selalu memperhatikan kamar Aeri dan pintunya selalu tertutup dengan rapat, tetapi pagi ini pintu kamar Aeri sedikit terbuka.
Edgar kembali melangkahkan kakinya hingga ke depan pintu kamar Aeri dengan wajah yang penasaran.
Ketika ia ingin melanjutkan lagi langkahnya, tiba-tiba terhenti karena mendengar suara pria dari dalam kamar Aeri.
“Suara siapa itu?” Edgar semakin penasaran. Ia sedikit memajukan tubuhnya dan melihat ke arah dalam kamar dari pintu yang sedikit terbuka tadi.
Jantung Edgar langsung berdetak dengan kencang dan menahan amarah saat melihat salah satu pekerja yang ada di rumahnya berani menyentuh Aeri. Tatapan tajam Edgar dari luar ke arah mereka, ia melihat Aeri berusaha untuk menjauh dari pria itu.
"Berani-beraninya dia masuk ke dalam kamar istriku dan menyentuhnya." Batin Edgar sambil mengepalkan satu tangannya.
Saat ini tukang kebun dan Aeri sudah berada di atas ranjang. “Jangan lakukan ini kepadaku!” teriak Aeri dengan keras sambil menangkis tangannya.
"Edgar akan marah kepadamu.”
Pak Asep terkekeh. “Aku rasa itu salah.” mendekati Aeri sambil membuka kancing baju bagian dadanya. “Dengar ya! Tuan Edgar tidak akan peduli apa yang terjadi dengan mu." Memegang bahu kanan Aeri lalu menyentuh dagunya sekilas.
“Hari ini kita akan bersenang-senang nona manis.” Ucapnya.
Aeri menggelengkan kepalanya agar wajahnya tidak dekat dengan pria itu. “Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Tuan Edgar tidak akan tahu jika kita bersenang-senang." Kata-kata itu membuat Aeri merinding. Pak Asep itu berusaha melepas kancing baju Aeri tetapi tidak bisa karena ia berontak.
Aeri melepaskan tangan Pak Asep dengan paksa. “Pergi dari sini.” Teriaknya sambil mendorong kasar tubuh pria yang ada di depannya hingga terjatuh ke belakang. Tetapi Pak Asep itu kembali mendekatinya dan ingin meraih tangannya.
Plakkkk……
Aeri mendaratkan satu tamparan ke wajah pelayan itu dengan keras hingga memerah.
“Bagaimana bisa kau menampar ku Nona, apa kau ingin aku bermain kasar dengan ku hah?” Teriaknya sambil tertawa keras.
Edgar yang saat ini melihat kejadian itu hatinya semakin panas, apalagi melihat posisi dada pelayan sudah terbuka di hadapan Aeri. Tetapi ia memilih untuk tidak masuk terlebih dulu, karena ingin melihat sikap Aeri terhadap tukang kebun yang sedang menggodanya itu.
Pak Asep menarik tangan Aeri dengan kasar. “Jangan bersikap kasar seperti itu Nona, hari ini aku akan memberikanmu kepuasan.” Memegang kedua pipi Aeri lalu mendongakkan kepalanya. “Bukankah kau harus berterimakasih kepadaku? Ingat! Tuan Edgar tidak akan pernah peduli dengan mu, jadi tidak usah berharap lebih kepadanya.”
Aeri mendorong lagi tubuhnya. “Kata siapa Edgar tidak peduli kepada ku?” kesalnya, padahal memang benar Edgar tidak pernah peduli sama sekali dengan Aeri.
Tukang kebun yang berumur 30 lebih itu sudah mengincar Aeri dan selalu memperhatikan mereka berdua, dan ia melihat begitu dinginnya sikap Edgar kepada Aeri bahkan sering memarahinya.
“Kasihan sekali dirimu Nona, aku tahu kau pasti menginginkan kehangatan dari seorang suami. Tapi Tuan Edgar tidak pernah memberikan itu kepadamu.” Mendorong kasar tubuh Aeri ke ranjang. Aeri pun terbaring di ranjang dengan keadaan telentang, ketika Aeri ingin duduk, ia melihat Edgar mulai berjalan masuk ke dalam.
"Mari kita bersenang-senang Nona manis." Menyeringai sambil memajukan tubuhnya ke arah Aeri.
Edgar langsung menarik kasar bagian belakang baju Pak Asep dan menyeretnya ke bawah lantai.
Bugh…. Bugh…. Bugh…..
Beberapa kali Edgar memukul wajah pelayan itu hingga hidungnya mengeluarkan darah. “Jaga mulut busuk mu itu, jangan berbicara sembarang tentangku! Kau disini hanya seorang pekerja tukang kebun, sangat tidak pantas kau berbicara seperti itu!!" teriakan suara Edgar membuat Aeri begitu ketakutan mendengarnya. "Oh Berarti kau selama ini selalu memperhatikan ku dan istriku.” Memukul lagi.
“Ampun Tuan….” Ucapnya ketakutan.
“Apa ini pekerjaan mu hah?” teriak Edgar dengan lantang. “Berani-beraninya kau masuk ke dalam kamar ini dan menyentuh dia.” Menunjuk Aeri dan menatap tajam ke arahnya.
Pak Asep memegang kaki Edgar dengan kedua tangannya. “Am..”
Bugh…..
...-First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments