Malam hari di kediaman Edgar, saat ini Edgar sedang duduk di ruang makan. Ia baru saja selesai makan malam, sejenak memainkan ponsel.
Edgar beranjak dari kursinya. “Ekhem….” Berdehem, membuat kepala pelayan langsung mendekatinya.
“Iya Tuan?” ucap kepala pelayan.
“Suruh Bodyguard 1 dan Bodyguard 2 ke ruang kerja ku sekarang.” Perintah Edgar lalu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja.
Edgar masuk ke ruang kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya sambil menatap lurus ke arah pintu dengan posisi satu kaki di angkat.
Tok…. Tok…. Tok…..
Kedua Bodyguard bertubuh besar dan tinggi masuk ke dalam ruangan itu secara bersamaan.
“Bagaimana? Apa kalian berhasil?” tanya Edgar.
“Sudah bos, wanita itu sudah kami ikat di ruang bawah tanah.” Ucap Bodyguard 1.
Edgar berdiri dengan wajah yang kesal. “Siapa yang menyuruh kalian mengikatnya disana?” nada yang sedikit tinggi.
Bodyguard 1 menatap bingung. "Bukankah bos selalu menyuruh kami untuk meletakkan seseorang di ruang bawah tanah, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Ya, tapi sebelumnya aku tidak ada menyuruh kalian untuk mengikatnya disana, siapa yang menyuruh kalian?"
“Ti…. Tidak ada bos.” Sahut Bodyguard 2. “Maaf bos, kami tidak tahu.”
“Kenapa kalian tidak menghubungiku terlebih dahulu?” Edgar melangkahkan kakinya dan bersandar di ujung meja.
Bodyguard 1 dan Bodyguard 2 menunduk pasrah. “Maaf bos.” Ucap Bodyguard 1.
“Cepat bawa dia kesini sekarang juga!” perintah Edgar kepada mereka berdua.
“Baik Bos.” Ucap Bodyguard 1. Kedua Bodyguard itu keluar dari ruangan Edgar dan menuju ruang bawah tanah untuk membawa wanita itu ke ruangannya.
Edgar kembali duduk di kursinya sambil memainkan pena yang ada di tangan. “Kau akan menerima konsekuensinya.” Gumamnya sambil menyeringai. “Karena kau sudah berani mencari masalah denganku.”
**
Aeri sudah keluar dari ruang bawah tanah, ia di bawa oleh kedua Bodyguard itu masuk ke dalam rumah menuju ruang kerja Edgar.
Aeri berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman erat 2 Bodyguard itu. “Kalian mau membawa aku kemana hah?” teriaknya. Tetapi mereka berdua tidak menjawab apapun.
Sepanjang jalan menuju ruangan tersebut, Aeri mengomel-ngomel dan masih berusaha melepaskan cengkraman. Sehingga mereka bertiga sudah sampai di depan pintu tinggi dan juga besar.
Aeri menatap bingung. “Ruangan apa ini? Untuk apa kalian membawa aku kesini?” tanyanya bingung dan kesal.
klekkkk....
Bodyguard 1 membuka pintu itu, mereka pun masuk ke dalam. Sesampainya di dalam Aeri terkejut melihat siapa yang ada di dalam ruangan itu.
“Oh Jadi kau yang menculik ku.” Ucap Aeri menatap Edgar dengan tajam.
Edgar hanya diam sambil menyeringai.
Aeri menelan saliva nya lalu melepaskan cengkraman dengan paksa. “Jangan memegang ku, aku bisa sendiri.” Bentaknya dengan nada tinggi karena kesal tiba-tiba di bawa ke ruangan itu.
Edgar menatap ke arah 2 Bodyguard lalu memberi kode dengan tangannya agar mereka pergi. Kedua Bodyguard itu pun meninggalkan ruangan, sementara Aeri masih tidak bergeming dari tempatnya.
Edgar menatap dingin ke arah Aeri. “Duduk!” perintahnya.
Aeri diam tidak menghiraukan ucapan Edgar.
"Kau mau aku paksa atau apa?" ucap Edgar.
Aeri pun duduk di sofa yang dekat dengan meja Edgar. “Kenapa kau menculik ku?” Kesalnya. “Jangan seenaknya menculik orang.”
Edgar beranjak dari kursinya lalu berjalan ke arah Aeri dan duduk di hadapannya.
“Apa salah ku hah? Apa cuman gara-gara kau menabrak ku lalu menculik ku. Bukankah yang salah itu kau? Seharusnya kau yang….” Ucap Aeri terpotong.
Plakkkkkk…….
Satu tamparan mendarat di pipi Aeri, membuat pipinya memerah akibat kerasnya tamparan yang diberikan oleh Edgar kepadanya.
Edgar meraih dagu Aeri. “Tidak usah banyak berbicara, ikuti saja semua perintahku.”
Aeri meringis kesakitan. “Memangnya kau siapa jadi menyuruhku mengikuti perintah mu.”
Edgar menarik belakang rambut Aeri lalu mendekatkan wajahnya. “Kalau kau masih ingin hidup, tidak usah banyak bicara.”
Aeri melepas tangan Edgar secara paksa sambil meringis kesakitan.
“Apa kau ingin tahu kenapa aku menculik mu dan membawa ke rumah ini?” tanya Edgar.
Aeri menatap Edgar dengan serius. "Kenapa? Apa karena aku.....”
“Karena aku menginginkanmu!” ucap Edgar. Membuat Aeri semakin kebingungan.
“Ma… maksudnya?” tanya Aeri.
“Apa kau tuli?” Edgar mulai emosi lagi. Aeri hanya menggelengkan kepalanya. “Mulai malam ini kau akan tidur di rumah ini.” Dengan santai Edgar mengucapkan itu.
"Hah? Apa kau sudah gila? Aku tidak mau.” Tolak Aeri dengan wajah yang sudah sangat kesal.
“Aku tidak suka penolakan." Edgar beranjak dari sofa lalu duduk kembali di kursinya.
Edgar meraih telpon genggam yang ada di meja dan menelpon kepala pelayan. “Ke ruang kerja ku sekarang!” mematikan telpon.
Aeri berdiri. “Aku tidak mau tinggal disini, kau jangan berbuat konyol.” Tegasnya. "Aku bisa saja melaporkan mu ke polisi."
"Laporkan saja, aku tidak takut." Edgar menyandarkan tubuhnya ke belakang.
Tok…. Tok… Tok….
Kepala pelayan masuk dan berjalan ke arah meja Edgar. “Iya Tuan?”
Edgar berdiri. “Bawa wanita ini ke kamar tamu.” Melangkahkan kakinya keluar ruangan.
“Tidak.” Teriak Aeri. Kepala pelayan mendekati Aeri. “Mari Nona ikuti saya.” Ucap Kepala pelayan berjalan duluan. Dengan terpaksa Aeri melangkahkan kakinya mengikuti kepala pelayan.
"Ini kamar Nona, silahkan masuk." Ucap kepala pelayan sambil membuka pintu kamar yang terletak di dekat tangga.
"Terimakasih pak." Ucap Aeri lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
Aeri sudah berada di dalam kamar yang sangat luas dan berdesain mewah dengan ranjang empuk tertata rapi di sana.
Aeri membaringkan tubuhnya di atas kasur. “Ada apa dengan laki-laki itu?” batinnya ketakutan. Ia memiringkan tubuhnya ke kanan diiringi air mata mengalir membasahi pipi hingga ketiduran.
klekkkk...………
Edgar membuka pintu masuk ke dalam kamar dan mendekati Aeri yang sudah tertidur.
“Kau sudah berada di rumah ini! sampai kapanpun kau tidak akan bisa pergi.” Menatap Aeri dengan dingin.
Edgar kembali ke kamarnya, ia masuk kedalam lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang menatap langit-langit kamarnya dengan posisi tangan kanan yang menjadi bantal kepala, tidak lama kemudian tertidur.
**
Pagi dengan cuaca yang mendung, Aeri membuka matanya secara perlahan. Ia masih tidak percaya dengan kejadian semalam.
“Huaaaaaa……” Aeri menguap lalu duduk sambil merentangkan kedua tangannya.
Tok…. Tok…. Tok……
Seorang pelayan laki-laki masuk ke dalam kamar Aeri sambil membawa beberapa makanan dan satu gelas susu hangat.
“Sarapan pagi dulu Non.” Ucap sang pelayan meletakkan piring dan gelas di samping lampu tidur.
“Terima kasih.” Aeri tersenyum. Pelayan itu pun mengangguk lalu pergi keluar kamar.
Aeri beranjak dari ranjang lalu berjalan membuka gorden yang menjulang tinggi ke atas. “Pemandangan pagi yang sangat indah, tetapi tidak ada matahari.” Gumamnya.
"Sungguh betapa tersiksanya aku, kenapa takdir ku buruk sekali?"
...-First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Liza Rahmayanti
aku juga mau dong dculik klo yg culik setampan itu😁
2024-12-16
0
Restu Rahayu
kyknya mau jadi ny2 tu
2023-10-20
2
Yusria Mumba
sabar aeri,
2023-01-15
3