Edgar berjalan masuk ke dalam markasnya, terlihat dari kejauhan sudah ada Bara dan Ernest yang sedang duduk bersantai di ruang tengah dengan tangan memegang gelas kecil yang berisi Wine.
Bara
Ernest
Edgar masih memasang wajah yang kesal. Ia berjalan ke arah mereka berdua. Dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan kasar. Ia merebut gelas kecil dari tangan Bara lalu meraih botol Wine dan menuangkan di gelas itu.
"Eh gelas ku." Ucap Bara menatap kesal ke arah Edgar.
Edgar tidak menghiraukan Bara, ia meneguk minumannya kemudian meletakkan gelas kecil itu dan bersandar di sofa.
Ernest menatap Edgar lalu Bara. "Sepertinya suasana hati dia sedang kacau." Terkekeh sambil minum. "Apa kau sedang mempunyai masalah?"
"Hahaha iya terlihat jelas dari wajahnya." Sahut Bara.
"Wanita sialan." Gumam Edgar sambil mengacak-acak rambutnya.
Bara menatap Ernest dengan kaget lalu menatap ke arah Edgar. "Wanita? Wanita siapa yang kau maksud?" mengambil botol Wine lalu menuangkan ke dalam gelas dan meminumnya.
"Apakah kau bertemu dengan seorang wanita yang cantik di pagi ini." Ledek Bara.
"Hahaha mau secantik apapun wanita di luar sana, bagi Edgar hanyalah biasa." Sahut Ernest. "Bukan begitu Edgar?"
"Dia tidak begitu cantik!" jawab Edgar. "Jadi gini, waktu aku dalam perjalanan ke sini tiba-tiba ada wanita nyeberang, hampir ke tabrak mobilku! Sayangnya tidak ketabrak, reflek ku injak rem." Sambungnya dengan wajah yang makin kesal karena mengingat kejadian tadi.
Ernest yang mendengar itu tiba-tiba terkekeh.
Edgar menatap tajam ke arah Ernest. "Apa ada yang lucu?"
"Tentu saja tidak ada." Ernest meminum lagi minumannya.
"Terus bagaimana dengan wanita itu?" tanya Bara tiba-tiba.
Edgar kembali bangun lalu mengambil botol Wine dan langsung meminumnya.
"Lupakan saja! Aku tidak ingin mengingat kejadian itu, yang ada darah ku naik." Ucap Edgar.
Ernest beranjak pergi ke dapur untuk mengambil beberapa botol Wine lagi yang ada di kulkas khusus penyimpanan minuman beralkohol.
"Kapan kita pergi ke coffe shop?" tanya Bara yang duduk di sampingnya.
"Nanti dulu lah, kepala ku sedang pusing gara-gara tadi." Edgar beranjak pergi meninggalkan Bara yang ada di ruang tengah.
Bara menatap Edgar yang mulai menaiki tangga. "Kau mau kemana? Apa tidak jadi pergi?" teriaknya.
"Aku mau berendam." Teriak Edgar dari atas tangga. Ia berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai 2.
Kamar mereka bertiga ada di lantai atas. Mereka mempunyai kamar masing-masing yang khas dengan warna hitam.
Ernest datang dengan beberapa botol alkohol yang ada di tangannya. Ia duduk di samping Bara sambil celingak-celinguk. "Edgar mana?" tanyanya sambil membuka tutup botol Wine.
"Berendam katanya." Bara merebut botol Wine yang ada di tangan Ernest lalu menuangkan ke gelas dan meminumnya.
"Apa tidak jadi pergi ke coffe shop?"
Bara hanya mengangkat kedua bahunya.
"Sudah lama aku tidak minum kopi, karena keseharian ku hanya minum ini." Ernest mengangkat botol alkohol sambil terkekeh lalu bersandar di sofa.
"Iya sama." Sahut Ernest.
**
Edgar sedang berada di kamar mandinya yang lumayan luas, dan mewah. Tidak kalah dengan kamar mandi yang ada di rumah utama.
Saat ini kondisi hatinya benar-benar tidak baik.
"Gara-gara wanita itu, aku menjadi tidak mood untuk pergi kemana-mana." Gumamnya. "Seketika darahku mau mendidih."
Edgar mulai melepaskan bajunya lalu berdiri di bawah shower, diam sejenak merasakan air yang mengalir di badannya.
"Ah ini sangat enak."
***
Di ruang tengah dengan botol Wine yang masih di tangan mereka berdua.
"Apa Edgar ada bercerita tentang wanita yang ia temui tadi?" tanya Ernest penasaran.
Bara menatap Ernest. "Tidak ada, dia tidak bercerita apapun." Jawabnya.
"Apa Edgar masih lama berendam?" tanya Ernest lagi. "Kalau gitu kita tunggu saja dia di ruang khusus." Sambungnya.
Ruang khusus adalah tempat penyimpanan senjata mereka, sekaligus tempat untuk membicarakan bisnis senjata ilegal mereka. Atau bahkan membicarakan misi-misi mereka bertiga.
Ernest beranjak. "Kau datangi kamar Edgar dan suruh dia secepatnya ke ruang khusus." Pergi meninggalkan ruang tengah sambil membawa satu botol Wine.
Bara juga beranjak dari ruang tengah dan berjalan menuju kamar Edgar.
Sesampai di depan kamar Edgar. Bara mencoba ketuk pintu tetapi tidak ada jawaban sama sekali, ia memutuskan untuk masuk dan ternyata kamarnya tidak di kunci.
"Sepertinya dia masih berada di dalam kamar mandi." Gumam Bara. Ia berjalan ke arah kamar mandi Edgar.
***
Edgar di bawah shower menghabiskan waktu sekitar 15 menit lalu beranjak pergi ke bathtub untuk berendam sejenak.
Beberapa menit Edgar berendam, tiba-tiba ada suara ketukan.
Tok... Tok... Tok ...
"Apa kau masih lama?" teriak Bara dari luar kamar mandi.
"Sebentar lagi." Teriaknya dari dalam
"Okay, kami tunggu di ruang khusus." Bara beranjak pergi keluar kamar.
"Aaaarrrggghhhh.... belum juga lama aku berendam."
Beberapa menit kemudian Edgar pun selesai. Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggang lalu menuju lemari pakaian yang ada di kamar itu.
Memasang baju dan celana. "Ini sangat enak." Gumamnya, berjalan ke arah penyimpanan jam tangan.
Menatap sejenak jam tangan yang tersusun rapi. Setelah itu mengambil salah satu jam tangan yang bewarna coklat.
Edgar melangkahkan kakinya menuju cermin besar dan berdiri di depan cermin itu. Sejenak memandangi wajahnya sambil memasang jam tangan dan merapikan bajunya. "Berendam adalah hal yang membuatku sangat nyaman selain tidur."
Setelah itu Edgar keluar dari kamarnya dan menuju ruang khusus yang di maksud Bara tadi.
Edgar mulai menuruni anak tangga dengan pelan sambil melihat ke setiap sudut ruangan markas.
"Kemana keamanan? Apa mereka tidak berjaga di pintu belakang?" berjalan ke arah ruang khusus. "Seharusnya aku pasang cctv juga di dekat ruang khusus." Berdiri di depan ruangan itu.
Klekkkk.....
Edgar membuka pintu ruang khusus lalu berjalan menuju kursi bagian tengah. samping kiri sudah ada Ernest dan samping kanan Bara dengan botol Wine yang ada di tangannya.
Edgar menarik kursinya lalu duduk sambil menatap tajam ke arah mereka berdua. "Untuk apa kalian menyuruhku ke ruangan ini? Apa ada pembicaraan yang penting?"
"Bagaimana pengiriman barang itu?" tanya Ernest.
"Aku dengar ada penyelidikan. Apakah barang itu itu sudah tiba disana?" tanya Bara juga.
Beberapa hari yang lalu mereka mengirim barang senjata ilegal, tetapi Bara mendapatkan kabar bahwa ada penyelidikan di setiap perbatasan.
Sementara barang yang mereka kirimkan itu jumlahnya lumayan besar. Kalau sampai terkena razia maka kerugian mereka juga lumayan besar.
"Aman!" jawab Edgar. "Baru sore semalam
tiba ke kota itu." Sambungnya lagi.
"Baguslah kalau begitu." Sahut Ernest.
"Kira-kira ada berapa barang lagi yang akan di kirim?" Bara meneguk minumannya.
"Masih banyak, karena ada di beberapa kota yang masih penyelidikan dan hampir ketahuan." Jelas Edgar sambil menuang Wine di gelasnya.
"Oh iya nanti sore kita akan mendapatkan kiriman dari kota Z." Ucap Bara.
"Kiriman?" Ernest menatap Bara dan Edgar. "Memangnya kiriman apa?"
"Tidak ada, Kita mendapatkan berbagai macam jenis alkohol secara gratis." Jawab Bara sambil terkekeh.
"Ku pikir apa." Ucap Ernest. "Jadi atau tidak pergi ke coffe shop?" tanyanya yang sudah tidak sabar ia ingin bersantai diluar markas.
Edgar hanya diam tidak menjawab apapun.
"Aku sudah lama tidak minum kopi." Bara beranjak dari kursinya, begitu juga dengan Ernest , sementara Edgar masih duduk.
Bara menoleh Edgar. "Apa kau tidak jadi pergi ke coffe shop?" melangkahkan lagi kakinya keluar ruangan.
Edgar pun beranjak dan berjalan duluan melewati Bara dan Ernest. "Ya! Aku sudah lama tidak bersantai-santai."
Mereka bertiga sudah keluar dari ruangan itu lalu berjalan keluar markas dan menuju garasi mobil yang letaknya di bawah.
Terlihat jelas banyak mobil-mobil mewah mereka yang terparkir disana.
Edgar melihat satu persatu mobil yang ada di sana. "Mobil apa yang bagus?"
Padahal semua mobil yang ada di sana bagus semua.
Ernest mengambil salah satu kunci mobil lalu berjalan ke arah mobil sport berwarna hitam pekat. "Yang itu saja." Menunjuk mobil itu.
"Siapa yang akan menyetir?" tanya Bara sambil berjalan menuju mobil sport yang di tunjuk oleh Ernest tadi.
"Tentu saja kau." Sahut Edgar, menyusul mereka berdua.
...- First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Wulandhary
ayok dong kasih semangat authornya, biar up nya banyak, kayaknya ceritanya seru
2022-09-08
4