Saat ini Aeri sedang membuat beberapa kopi dan minuman yang lainnya. Dan kebetulan Aeri juga membuatkan pesanan dari Edgar, Bara dan Ernest.
Aeri adalah seorang barista di "L'Cafe" yaitu membuat berbagai macam kopi,dan dia baru satu tahun bekerja di L'Cafe.
Aeri seorang wanita yang pekerja keras karena untuk menghidupi dirinya sendiri. Kedua orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan beruntun di jalan tol.
Tapi Aeri tidak merasa kesepian karena Aeri selalu merasa orang tuanya ada didekatnya.
Seburuk apapun takdir hidup Aeri, ia tidak pernah putus asa dalam melanjutkan hidupnya, ia percaya takdir baik akan datang kepadanya. Entah itu kapan tapi ia sangat menunggu waktu itu tiba.
Al temannya Aeri. Awal pertemanan mereka berdua, ketika Aeri mulai masuk kerja di cafe itu.
Al adalah orang yang pertama kali menjadi teman Aeri di tempat kerja itu bahkan pertemanan mereka berlanjut hingga sekarang.
Aeri sangat senang ketika membuat kopi, atau melakukan pekerjaan apapun itu.
Hingga kopi yang sedang dibuatnya pun sudah selesai dan siap untuk diantarkan.
Aeri berjalan ke arah temannya yang sedang berdiri di tempat kasir. "Pesanannya sudah selesai." Ucapnya sambil membawa 2 kopi dan 1 jus yang ada di tangannya.
"Kamu yang antar ya ke meja nomor 12." Perintah Zea kepada Aeri.
"Hah? Kenapa jadi aku yang mengantarnya? "Tanya Aeri kaget. "Aku masih ada kerjaan untuk membuat kopi." Sambungnya.
"Iya karena pelayan lagi tidak ada di sini. Tidak apa-apa kan?" jelas Zea.
Aeri hanya mengangguk pasrah. "Oke baiklah...." Tersenyum lalu membawa minuman itu ke lantai atas.
Aeri pun menaiki anak tangga, ia sangat berhati-hati.
ketika Aeri sudah tiba di lantai atas, ia melihat ke arah meja nomor 12 ternyata yang duduk di sana adalah Edgar Dale Nichols. Aeri yang melihat itu langsung menelan ludahnya.
"Bagaimana nasib ku?" batinnya.
Aeri melangkahkan kakinya menuju meja nomor 12.
Sepanjang jalan menuju meja no 12 perasaan Aeri menjadi tegang dan bercampur takut.
Edgar menatap Aeri dari tempat duduknya dengan tatapan yang sangat dingin. "Kenapa harus wanita itu yang mengantar ke sini?"
Aeri meletakkan 3 minuman di atas meja mereka.
"Selamat menikmati....." Ucap Aeri tersenyum ramah.
"Mbak? Apa bisa bayarnya sekarang?" tanya Ernest.
"Iya bisa. Apa kalian mau bayar sekarang?"
Bara menyodorkan black card kepada Aeri. "Iya kami mau bayar sekarang saja."
Aeri mengambil black card itu dari tangan Bara. "Baiklah.... Tunggu sebentar." Beranjak pergi.
Aeri pun pergi ke kasir untuk membayarkan pesanan mereka bertiga dengan kartu black card itu. Setelah pembayaran selesai Aeri kembali naik lagi ke atas untuk mengembalikan black card.
Aeri menyodorkan black card kepada Bara. "Sudah." Tersenyum.
Ernest merebut black card dari tangan Aeri. "Sini biar aku saja yang menyimpannya."
"Alah modus." Ucap Bara merebut kembali black card miliknya dari tangan Ernest.
Edgar menatap tajam ke arah Aeri.
Aeri yang melihat tatapan Edgar seperti itu langsung menunduk ke bawah.
"Kenapa aku harus berhadapan dengan laki-laki ini. Sungguh buruknya takdir hidupku." Gumam Aeri dalam hati.
"Mbak?" panggil Ernest.
Aeri langsung mengangkat kepalanya dan menatap ke arah sumber suara.
"Apa saya boleh minta nomor?" ucap Ernest tiba-tiba.
"No...Nomor saya?" Aeri bingung.
Ernest mengangguk. "Tenang saja, saya tidak ngapa-ngapain kamu, hanya ingin berteman."
Bara memukul kepala Ernest."Silahkan pergi...." Perintahnya kepada Aeri. "Jangan pedulikan dia." Menatap ke Ernest.
Aeri menatap Bara. "Baik saya permisi dulu." Beranjak pergi meninggalkan mereka.
"Sial...." Gumam Edgar membuat Bara dan Ernest menoleh ke arahnya.
"Kenapa? Sepertinya kau lagi ada banyak masalah ya?" tanya Bara. "Karena daritadi kau hanya diam saja tidak banyak berbicara."
"Wanita itu....." Ucap Edgar sambil menatap kepergian Aeri.
"Oh dia wanita yang kau temui tadi pagi?" Bara asal menebak.
Edgar tidak menjawab apapun. Ia meraih jusnya lalu meminumnya hingga setengah.
Ernest dan Bara melebarkan matanya secara bersamaan.
"Berarti benar itu wanita yang hampir kau tabrak?" tanya Bara lagi untuk meyakinkan.
"Tapi dia sangat cantik." Ucap Ernest. "Bara, sepertinya wanita itu sangat cocok untukku." Sambungnya lagi sambil meraih minumannya.
Bara menoleh ke arah Aeri yang sudah mulai menjauh dari pandangan mata. "Iya sih cantik. Sepertinya dia wanita baik-baik." Meletakkan kembali gelas minumannya. "Menurutku tidak cocok untukmu yang suka gonta-ganti wanita."
"Aku cocok dengan wanita mana saja." Sahut Ernest
"Dahlah pulang saja." Ucap Edgar, beranjak pergi duluan
Ernest menata heran. "Lah? Minuman ku belum habis ini." Ucapnya sambil menghabiskan minumannya.
Bara pun meminum dengan cepat lalu menyusul Edgar yang sudah mulai menuruni anak tangga.
"Apa gara-gara bertemu wanita tadi ia jadi seperti ini?" tanya Bara kepada Ernest yang berada di sampingnya.
"Ku rasa begitu, eh menurut mu apa dia mau menjadi wanita malam ku?"
Bara yang mendengar ucapan Ernest selalu membahas kupu-kupu malam, membuatnya berjalan duluan meninggalkan Ernest.
"Sial malah di tinggal." Gumam Ernest kesal. "Aku hanya bertanya, wanita itu juga sangat menarik."
Edgar berjalan dengan cepat keluar, menuruni anak tangga dengan pandangan yang lurus ke depan.
Beberapa wanita yang ada di sana melihat kearahnya karena ketampanan parasnya.
"Lihatlah wajahnya sangat tampan, aku belum pernah melihat laki-laki setampan dia." Ucap pengunjung wanita.
Tak lama kemudian Bara dan Ernest pun berjalan melewati wanita-wanita yang melihat Edgar tadi.
"Wow… Apakah ini teman laki-laki tampan tadi, sungguh mereka sangatlah tampan." Ucapnya lagi.
"Sepertinya mereka teman laki-laki tadi, karena dari pakaiannya saja sama." Ucap teman yang ada di sampingnya.
Sesampai di depan mobil, Edgar pun membuka pintu dengan wajah yang menahan amarah tanpa melihat apakah Bara dan Ernest sudah ada atau belum.
Edgar duduk di kursi kemudi sambil memukul stir yang ada di depannya. "Arrrrgggghhhh… kenapa setelah bertemu dengan wanita itu, aku merasa hari-hari ku sial."
Tidak lama kemudian Bara dan Ernest masuk ke dalam mobil.
Posisi Bara duduk di samping Edgar sementara Ernest duduk di bagian belakang.
Bara menoleh ke arah Edgar sambil memasang seat belt. "Kenapa kau tiba-tiba pergi?" tanyanya kepada Edgar yang juga sedang memasang seat belt. "Aku padahal belum selesai minum." Sambungnya.
"Iya nanggung, rasanya kurang nikmat." Sahut Ernest sambil memajukan badannya ke depan. "Apakah kau ada masalah?" penasaran. "Oh apa gara-gara wanita tadi? kenapa kau terlihat begitu membencinya padahal aku sedang mengincar wanita itu."
Edgar menoleh Ernest dan menatap tajam ke arahnya. "Bisakah kau diam?" kembali ke tempatnya.
Edgar menghidupkan mesin mobil dan melaju hingga sampai di markas HEREWOLF.
...-First time saya membuat cerita seperti ini, maaf jika dalam penulisan banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara like, vote, gift dan favorit. Terimakasih...
...Bersambung...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Ariyani Nurreza
lagu lama benci tar ujung ny rindu..liat sj kau Edgar nanti🤣🤣🤣
2023-07-01
2
Yusria Mumba
benci ujung2ny suka,hhh,
2023-01-15
2