Malam hari....
“Jika itu Theon Alzma, maka saat ini dia harus bekerja. Tampaknya kemampuan tidak makan selama beberapa waktu di alam dewa juga terbawa ke sini, sehingga aku sama sekali belum merasa lapar.” Kata Theon membatin, kemudian dia dia menghampiri sebuah meja dengan rak buku yang ada di sebelahnya.
Tertarik, Theon menghampirinya, membuka rak yang berisi tumpukan buku pelajaran seperti apa yang ada di ingatannya. Theon kemudian menarik satu buku yang tampaknya cukup tebal, memperlihatkan sosok gambar dewa yunani kuno yang menjadi sampul buku tersebut. Tentunya, dia membaca dengan saksama, memperlihatkan judul buku bertuliskan mitologi dewa dan dewi Yunani kuno.
Theon yang penasaranpun membukanya di halaman yang acak, hal itu membuatnya tersenyum saat melihat gambar dewa yang merupakan ayah dewa Olympus. Theon juga membatin, “Zeus?” menahan senyumannya sembari melanjutkan ucapannya, “Bukankah dewa ini hanya menjadi roh kaisar dewa petir? Siapa sangka manusia modern mengenalnya dengan cukup baik sebagai tokoh dewa di mitologi Yunani Kuno.”
Ia yang merasa bosan, karena kebanyakan dewa dan dewi di buku tersebut hanyalah sebuah roh di alam dewa milik ayahnya. Namun, dia tetap menghargai dan tidak menjelekkan mitologi-mitologi tersebut yang menjadi legenda para manusia. Theon menutup buku tersebut, memasukkannya kembali ke tatanan rak dan mengambil sebuah buku tulis dengan sampul bergambar bunga.
Theon hanya berwajah datar memperhatikan buku tersebut, “Aku tahu Theon Alzma memiliki sikap yang feminin, sehingga menyukai bunga adalah hal yang wajar. Tapi, entah kenapa tiba-tiba aku juga menyukainya, bukankah sampul buku ini benar-benar cantik?” Theon bertanya kepada dirinya sendiri sambil mengangkat ujung bibirnya.
Tanpa berpikir panjangpun Theon membukanya, memperlihatkan angka-angka yang berjejer tak beraturan. Bahkan dia yang membuka satu per satu halaman, kata dalam buku itu benar-benar sedikit, yang ada hanyalah sebuah angka yang Theon sendiri tak tahu maksudnya. Bahkan, dia juga mencoba menggunakan ingatan Theon Alzma, sayangnya Theon Alzma sendiri sedikit untuk mengerti.
“Aku tidak menyangka bahwa pengetahuan dunia modern benar-benar begitu luas. Bagaimana jika pengetahuan ini di bawa ke alam dewa? Sehingga sebuah ilmu yang bernama sains, dibenturkan dengan sihir, bukankah itu akan menjadi sesuatu yang sangat hebat?” Theon masih menahan senyumannya karena dia sedikit mengerti mengenai perhitungan sebuah persamaan di atas buku berkat ingatan Theon Alzma.
Kemudian Theon menutup buku itu dengan cukup keras sambil mengembalikan di tempatnya, “Meskipun begitu, aku sama sekali tidak tertarik dengan matematika yang membuat diriku sendiri menjadi pusing. Lagipula, Theon Alzma hanya menyukai pelajaran sejarah saja. Dan tampaknya tidak ada pelajaran tersebut untuk esok, aku hanya perlu menyiapkan pelajaran esok, dan kembali tidur. Bukankah begitu yang kau lakukan?” Tanya Theon kepada dirinya sendiri sambil melakukan hal tersebut.
.....
Keesokan harinya, Theon telah berangkat menuju akademi, tidak, kini dia harus mengetahui hal yang baru bahwa dirinya harus menimba ilmu yaitu bersekolah. Meskipun, menurutnya bahwa melakukan hal itu adalah hal yang sia-sia. Tetapi, Theon tetap ingin melakukan itu, lagipula menurut ingatan Theon Alzma, sekolah yang dia hadapi hanya kurang beberapa bulan saja sebelum ujian akhir dan lulus.
Di ingatan Theon Alzma, dia sama sekali tidak berniat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, atau bekerja dan mendapatkan uang untuk kehidupannya. Selain itu, dengan sikap yang condong seperti perempuan, Theon Alzma menyadari bahwa menikah adalah hal yang bodoh, meski dia sendiri menyadari ada wanita yang menyukainya.
Theon menghargainya, lagipula usai dia lulus sekolah, dia tidak ingin memiliki urusan apa-apa di dunia modern ini seperti melanjutkan ke perguruan tinggi atau bahkan bekerja. Lebih tepatnya, dirinya akan pergi ke alam dewa untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Itupun jika dalam satu semester dia sanggup untuk membangkitkan ketujuh elementalnya.
Karena yatim piatu dengan masalah ekonomi, Theon berjalan kaki dengan jarak yang sepertinya tidak terlalu jauh atau dekat, dia berjalan di tengah perkotaan dengan gedung yang menjulang tinggi seolah mencapai langit, serta kendaraan yang menurut Theon benar-benar berisik.
Itulah yang dia benci dari dunia modern, tidak ada ketenangan sama sekali yang membuat Theon benar-benar ingin segera pergi dari dunia ini.
Meski ekonominya buruk, dia mendapatkan sebuah beasiswa dari pemerintah untuk bersekolah di sekolah ternama. Bahkan siswa atau siswi di sana rata-rata merupakan anak orang kayak yang sanggup membeli apapun dengan uangnya. Itulah mengapa, Theon bisa melihat siswa yang mengenakan seragam yang sama dengannya menaiki kendaraan mahal, itupun tidak sedikit siswa yang kepalanya keluar dari jendela mobil dan menjulurkan lidahnya ke arah Theon.
Theon sama sekali tidak peduli dengan siswa lain yan bersikap merendahkan dan itu bukanlah masalah baginya, lagipula dia tidak ingin membuat masalah dengan siswa yang masih bersama orang tua yang mengantarkannya. Mungkin beda lagi apabila siswa tersebut berjalan sendiri dan mengolok Theon, maka Theon pun juga tak akan segan untuk menghajarnya di tempat.
Selain itu apa yang Theon pedulikan, ketika dia berjalan kaki ada sebuah mobil yang tampak mengikutinya. Sebelumnya itu terlihat biasa dan hanya firasat Theon saja bahwa mobil itu memang pelan, akan tetapi saat dia mencoba untuk berlari, mobil itu juga tampak menambahkan gas seakan mengejar Theon. Tampaknya kali ini dia akan mengalami masalah yang cukup besar.
“Sh*t, jalan buntu. Tampaknya aku akan terlambat sekolah hari ini. Baiklah jika memang begitu.” Kata Theon sambil berbalik badan, melihat sebuah mobil berhenti di depannya.
Theon juga bisa melihat lima penumpang mobil keluar dengan pakaian hitam. Masing-masing dari mereka membawa tongkat baseball seperti pemuda yang Theon hadapi siang kemarin. Memang, tampaknya salah satu pemuda di antara mereka adalah sosok yang di hajar oleh Theon.
“Dia yang memukulku kemarin. Meskipun dia hanya anak Sma, pukulannya juga cukup kuat.”
“Itu artinya kau menantang geng kami? Apa kau tahu? Geng Naga Biru merupakan geng paling kuat di kota ini, seharusnya kau tahu itu.” Ujar temannya.
“Begini saja nak, cukup kau bersujud dan membersihkan sepatu kami.”
Theon bersikap santai sembari memutar bola matanya, dan berkata, “Jika aku tidak mau?”
Mendengarkan hal tersebut, kelima anggota geng naga biru langsung melangkahkan kakinya ke depan dengan ujung tongkat yang ada di pundak mereka.
Takut? Tentu saja tidak sama sekali, Theon memutar lehernya seperti sedang melemaskan sendi hingga muncul sebuah bunyi tulang. Wajahnya terlihat datar tanpa memiliki keinginan untuk mundur sama sekali. Lagipula, dia ingin mundur ke mana? Yang ada hanyalah sebuah jalan buntu.
Salah satu dari mereka langsung berlari dan mengayunkan tongkatnya ke arah Theon. Dia yang menyadari itu dengan cepat langsung melompat ke samping, sambil meninju salah satu dari mereka yang datang dan menyerang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
atek tjoen
duel
2024-07-11
0
kang Deden
masak send6
tidur sendiri
cuc6baju sendiri
tidur pun sendiri wkwkwkwk
2022-10-14
4
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Jooosssssss...!! 👍👍👍👍
2022-08-31
0