“Hai” Sapa Shendy saat Arra membuka pintu utama bahkan sebelum dia mengetuknya.
Buhh....
Arra dengan cepat memeluk Shendy erat bahkan sebelum cowok itu mengucapkan kata kedua yang mau dia ucapkan, membiarkan kata-kata itu tertelan didalam tenggorokan.
Hiks... hiks....
“Loh kok nangis Ra? Kenapa ?” Shendy bingung sendiri saat mendengar isak tangis Arra yang berusaha cewek itu redam dengan memeluk tubuh Shendy semakin erat.
Arra menggeleng, namun tangisannya tak bisa dia redakan begitu saja. Shendy menuntunya untuk masuk kedalam rumah cewek itu. Menyuruh Arra duduk dan ikut mendudukan dirinya di samping Arra.
“Kenapa?” Shendy berujar lembut, sangat-amat lembut. Dengan kedua tangan yang membingkai wajah Arra dan mengusap pelan pipi cewek itu dengan ibu jarinya.
Arra kembali menggeleng. Memilih untuk menabrakkan tubuhnya pada Shendy dan memeluk cowok itu lebih erat. Seakan takut kalau tidak di peluk dengan erat tubuh itu akan hilang dengan sendirinya, menguap menjadi debu yang hialng diterbnagkan angin. Shendy diam, dan membalas pelukan sahabatnya itu sama eratnya, menuangkan rasa rindu yang dia juga tak tau kapan datangnya, mengusik serta mengacau pikiran dan emosinya.
“Udah gak papa, Shendy ada di sini kok. Udah yah.” Shendy bersuara setelah lama terdiam dengan saling memeluk.
“Shendy jahat. Kenapa ke rumah Nenek gak ajak Arra? Kenapa lama banget perginya? Tau gak sih? Rumah sepi kalo gak ada Shendy! Shendy jahat. Jahat tau gak!” Arra kesal sendiri.
“Iyah, iyah Shendy jahat. Shendy minta maaf. Shendy janji gak bakal pergi kalo gak sama Arra... oke?”
“Janji?” Arra menunjukan jari kelingkingnya, dengan wajah yang memerah dan mata yang sedikit sembab, membuat Shendy gemas sendiri saat melihanya.
“Iyah janji.” Shendy menautkan jari kelingkingnya ke kelingking Arra, sebelum mencubit kedua pipi cewek yang duduk disampingnya, membuat sang punya pipi memekik kesal dan melayangkan satu pukulan pada lengan atas Shendy, yang buat cowok itu meringis pelan, namun tak urung keduanya tertawa. Entah dimana yang lucu.
-*-
Flasback 1 minggu tanpa Shendy.
Hari pertama.
Arra turun dari mobil yang disupiri oleh Pak Captro, melangkah dengan senyum yang tak surut dari bibir ranumnya. Hari ini dia akan melewati hari tanpa Shendy yang menyebalkan. Ahhh bukan hal sulit juga-kan hari tanpa Shendy. Dan Arra yakin bahwa dirinya bisa. Shendy hushh... hushh!
Itu Arra kan, kok gak bareng sama Shendy. Biasanyakan tuh cewek selalu nemplok dipunggung Shendy kalo berangkat ke sekolah. Udah kaya tas!.
Iya, itu Arra tumben yah....
Lagi marahan kali tuh sama Shendy....
Atau Shendy yang gak mau di templokin lagi sama dia... Hahha kasian....
Arra sedikit memelankan langkahnya hanya untuk mendengar bisikan anak- anak yang membicarakannya itu. Arra ingat, mereka adalah para bucinnya Shendy yang setiap hari menyapanya dengan cowok itu. Atau selama ini mereka hanya menyapanya karena dia bersama Shendy yang mereka bucin-in. Dan bersikap baik pada dirinya hanya kerena dia bersama Shendy. Pantas saja!
-Dasar para pembucin yang gak di bucinin balik. Huh!- Gumam Arra dalam hati.
Kemudian melanjutakan langkahnya menuju kelas. Mengabaikan bisikan dari para pembucin Shendy yang kembali menjelek-jeleknnya. Bodo amattt....
Matt...Bodo!!
Arra mendudukan diri di kursinya dengan nafas yang masih berusaha dia kontrol agar teratur.
“Ternyata capek yah, jalan dari parkiran ke kelas. Tapi kenapa Shendy gak pernah ngeluh cape kalo tiap hari gendong Arra dari parkiran sampe kelas yah?” Arra mulai merasa bersalah.
“Eh kenapa Arra mikirin Shendy?” Gumam Arra.
“Hai Ra. Tumben lo gak bareng Shendy? Dia kemana?” tanya Laddy yang mengambil tempat duduk di sebelah kiri Arra.
“Mati kebawa banjir.” Arra menjawab ketus.
Apa namanya harus selalu bersanding dengan Shendy yang menyebalkan itu, yang lebih mementingkan Ketua Eskul Paskibra, yang mungkin salah satu pembucinnya disekolah ini dibanding dirinya yang sahabat cowok itu bahakn sejak dalam kandungan? Huh menyebalakan!
“Hustt ngawur loh. Ujan kagak gimana mau banjir?”
“Iyah juga yah. Bego lo Ladd.” Arra menempelkan kepalanya pada meja. Laddy mencoba bersabar dan lanjut membaca novel yang berada dalam genggamannya.
Tepat Dari arah pintu masuk datang empat sekawan yang tak lain dan tak bukan adalah Reno, Naga, Regal, dan Cipto. Ke-empatnya berjalan menghampiri Arra yang mulai mengantuk.
“Ra?” Naga yang memanggil.
“Hmm” Arra mulai memejamkan matanya.
“Cs lo kemana? Kok tumben gak bareng?” Naga lagi bertanya.
Arra diam tak mau di ganggu saat ngantuk terus menyerangnya.
“Yeh. Arra di tanya kok malah diem-diem bae.” Kali ini Arra mengangkat kepalanya saat mendengar suara siapa yang bertanya itu.
“Gwe gak tau Shendy kemana, kalo kalian nyari Shendy sana cari sendiri! Kenapa harus tanya ke gwe emang gwe majikannya apa?” Arra berkata keras. Kemudian berdiri.
“Dan lo. Berapa kali lagi gwe harus ngingetin jangan panggil gwe Arra! Gwe gak suka lo manggil gwe dengan nama itu!” Tunjuknya pada Reno. Sebelum berlalu meninggalkan kelas yang mulai membuatnya tak nyaman.
‘Sofa ruangan Ketos enak kali yah? Sipp. Oh sofa im coming!’ Batin Arra bersorak senang saat menemukan tempat yang nyaman dan damai untuk tidur paginya.
“Syabarr Babanggg” Ucap Regal sambil menepuk pelan bahu Reno yang dengan cepat di tepis oleh si pemilik bahu.
“Diem lo!” Reno berkata ketus, kemudian beranjak menuju mejanya. Tanpa memperdulikan tatapan tanya dari Cipto dan Regal yang saling bertukar pandang heran, juga tak mengerti.
-*-
Hari kedua...
Sekarang waktunya istirahat setelah melewati pelajaran yang berhasil membuat Arra pusing tujuh keliling, apa lagi kalau bukan Fisika?
Melupakan pelajaran itu sejenak kini Arra dan kawan-kawan sedang menikmati jajanan khas sekolah mereka. Yang paling mencolok dalam jajaran jajanan kantin adalah Siomay Mang Danang yang nikmat tiada taraaaa. Terbukti dengan Arra yang sudah menghabiskan setengah dari sepiring siomany itu tak kurang dalam waktu 5 menit. Entah suka atau laper. Biarkan saja!
“Ra, lo kok bisa sih sampe berantem sama Shendy. Biasanyakan kalian akur-akur aja tuh.” Tanya Nathalia mengawali perbincangan diantara mereka.
Arra menggenggam grapunya dengan kuat. Teman-temannya memang sudah mengetahui kalau dia dan Shendy sedang bertengkar, dan juga mengetahui kalau cowok itu sedang berkunjung ke rumah Nenek cowok itu, yang berada di Bandung, siapa lagi kalo bukan Arra sendiri yang bercerita.
Namun yang membuat teman-temannya penasaran adalah kenapa Arra dan cowok itu bertengkar? Terbukti sudah 5 kali dalam satu hari teman-temanya itu menanyakan hal yang sama. Kepooo.... yah, teman-temannya memang kepo!
Arra menggenggam grapunya semakin kuat saat mengingat alasan kenapa dirinya kesal terhadap Shendy sambil Menusuk-nusuk kentang yang menjadi pelengkap dalam siomay itu dengan tak berperike-makanan sebagai wujud pelampiasaan. Ke-4 temannya menengguk selive takut. Arra memang manja bahkan sangat manja, tapi kalau cewek itu sudah marah semua sifat manjanya yang imut bisa lenyap hanya dalam satu kedipan mata. Menyeramkan!
Laddy, Dynar , Rosse kompak melirik Nathalia dengan tatapan siap sedia membunuh. Nathalia balas menatap teman-temannya takut-takut tapi, yang paling membuat nyali Nathalia menciut adalah Arra dengan aura yang lebih menyeramkan dari monster, hantu atau sejenisnya bahkan Shendy untuk saat ini.
“Heheh, gak papa kok Ra, kalo lo belum mau cerita.” Nathalia tertawa kikuk menutupi ketakutannya.
“Lo.... “ Arra menujuk Nathalia dengan grapu yang terdapat sedikit potongan kentang di ujungnya. Membuat nyali Nathalia semakin mmenciut saja.
“anak Paskibra-kan?” Nathalia mengangguk kikuk.
“Bagus. Cari tau tentang Reikka!” Arra melanjutkan makannya sedangkan Nathalia mengangguk walau tak tau apa alasannya hingga Arra meminta hal demikian kepadanya.
“Eh bentar-bentar. Kenapa sama Ketua Eskul Paskibra Ra?” Tanya Dynar yang menyadari suasana sudah mulai tenang.
Arra tersenyum misterius. Membuat ke-4 temannya curiga bukan main.
“Antisipation.”
-*-
Hari ketiga...
Arra duduk di depan pintu masuk Ruang Osis. Menikmati sejuknya angin yang berhembus saat senja menyapa. Sayang kali ini sekolah benar-benar terasa sepi. Bukan karena memang sudah lewat jam pulang sekolah, tapi Arra rasa mungkin karena tidak ada Shendy.
Entah kenapa Arra rasa ada lubang yang menganga di ulu hatinya saat Shendy tak ada, bahkan mungkin sekarang lubbang itu sudah mengangga dengan lebar. Ada rasa kosong yang selalu hadir dan ada rasa sepi bahkan ketika Arra bersama dengan ke-4 temannya. Serasa harinya tak lengkap tanpa Shendy.
“Hauftttt”
Arra menghembuskan nafas lelah, sebelum memejamkan mata saat merasakan angin yang menerpa wajahnya dengan lembut.
“Bahkan suara angin yang kata orang sangat lembut pun, seakan kalah sama suara Shendy yang lembut banget kalo ngomong sama Arra.” Gumam Arra terdengar lirih.
Hening dan sepi....
Itu yang Arra rasakan saat ini. Seakan dunia hanya bola bundar yang diisi oleh dirinya seorang, kosong, hampa dan sunyi. Dunia Arra seakan tak bergerak saat Shendy tak ada disisinya.
Arra rindu Shendy!
“Hai” Arra diam, masih dengan mata yang tertutup dan berharap saat membuka mata yang Shendy sudh berada disisinya.
“Khemm!” Seseorang itu berdehem membuat attansi Arra mengarah padanya yang masih dalam posisi berdiri.
“Boleh duduk di sini?” Arra mengangguk tanpa minat.
“Btw lo sendiri di sini? Osis yang lain kemana?” Sergio belum menyerah walau Arra hanya mencuek-kannya
“Hmm. Pulang.” Arra sebenarnya enggan menjawab, namun Arra akan selalu ingat apa kata Mama-nya tentang sopan santun.
“Lo gak pulang?” Arra bangkit.
“Eh mau kemana?” Arra tak perduli, dia masih berjalan tanpa perduli dari pertanyaan yang Sergio ajukan tadi.
“Biar gwe anter lo pulang!” Sergio mencekal tangan Arra. Membuat Arra menghentikan langkah dan berbalik menatap Sergio datar.
“Gak usah gwe udah di jemput. Makasih atas tawarannya.” Arra kembali berjalan setelah melepaskan cekalan tangan Sergio dari tanganya.
“Cewek yang unik.” Sergio bergumam pelan.
Arra terus berjalan, tak sekalipun menengok kebelakang untuk melihat cowok yang bernama Sergio itu. Arra sudah pusing, sebentar lagi akan ada acara pelantikan untuk Osis baru. Arra tidak tau harus ikut atau tidak. Dia biasa dengan Shendy, kalo Shendy tidak ada dia bagaimana? Dan sekarang cowok bernama Sergio itu terus saja mendekat padanya yang sudah pusing karena harus menjaga jarak dengan Reno dengan segala sifat yang berubah-ubah itu. Tolong dong, Arra kan pusing. Pengen nangis aja dehh.
Ahhh... huaaa....
-*-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments